Politik

Ketua Golkar Jatim Sarmuji Was-was Hasil Survei Incumbent

Jumat, 23 September 2022 - 20:53 | 25.09k
Ketua Golkar Jatim Sarmuji (tengah) saat menjadi pembicara dalam acara Sarasehan Politik di Hotel Elmi Surabaya, Jumat (23/9/2022). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Ketua Golkar Jatim Sarmuji (tengah) saat menjadi pembicara dalam acara Sarasehan Politik di Hotel Elmi Surabaya, Jumat (23/9/2022). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Ketua Golkar Jatim Sarmuji mengingatkan Gubernur Khofifah agar waspada dalam Pilgub Jatim 2024 mendatang. Karena hasil survei dari berbagai lembaga menempatkan elektabilitas incumbent di bawah 50 persen bahkan di bawah angka 40 persen. 

"Angka di bawah 40 persen untuk seorang incumbent itu berat sekali," tandas Sarmuji, Ketua Golkar Jatim saat Sarasehan Politik di Hotel Elmi Surabaya, Jumat (23/9/2022). 

Sarmuji sebagai pimpinan salah satu parpol pendukung Khofifah mengatakan ada kemungkinan mengapa angka tersebut terus bertahan dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut Ketua Golkar Jatim ini, Khofifah telah bertransformasi dari isu sebagai calon gubernur menjadi calon presiden atau wakil presiden. Sehingga datanya menjadi bias dan kontan mempengaruhi elektabilitas. 

"Ini pembelaan saya, sehingga orang di dalam benaknya itu terbelah," ucap Sarmuji. 

Ia juga mengatakan, Khofifah memiliki karakteristik khas dengan jaringan Muslimat NU yang terkenal sebagai jaringan diam. 

Pilgub nanti sekaligus bakal membuktikan apakah jaringan Muslimat masih diam atau ikut bertransformasi menjadi jaringan parpol. 

"Ibarat listrik kalau belum dipencet saklarnya belum nyala lampunya," ungkapnya. 

Golkar-Jatim-Sarmuji-2.jpgPengamat politik dari UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Ahmad Zainul Hamdi, Jumat (23/9/2022). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Namun, jika semua pendukung berkampanye, Sarmuji yakin elektabilitas Khofifah perlahan akan menanjak.  

"Bu Khofifah harus mencermati betul lembaga-lembaga survei yang menempatkan elektabilitasnya di bawah 40 persen. Karena untuk seorang incumbent ini sebenarnya tidak terlalu menguntungkan," tuturnya. 

Sarmuji juga mencontohkan saat Pak Dhe Karwo pada Juni 2013 silam atau kira-kira satu tahun kurang sebelum Pilkada, elektabilitasnya sudah mencapai 62,5 persen. 

"Jadi ini saya harus memberi warning juga kepada orang yang saya dukung Ibu Khofifah. Syukur-syukur kalau Ibu Khofifah bisa maju dalam kontestasi nasional dan ini sangat memungkinkan," harapnya. 

Hal itu karena Sarmuji mencermati ada beberapa kandidat yang menginginkan Khofifah menjadi calon wakil presiden. 

"Meskipun Gerindra telah berkoalisi dengan PKB, tapi kelihatannya, saya melepaskan diri sebagai ketua partai ini, pencermatan pribadi saya, kelihatannya kalau disuruh milih, Pak Prabowo juga berminat itu kalau dengan Ibu Khofifah," jelasnya. 

Ia juga menyebutkan Khofifah bakal masuk radar tokoh Capres potensial seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Airlangga Hartarto. 

"Jadi peluang Bu Khofifah untuk maju ke pentas nasional memang besar. Barangkali itu juga mempengaruhi kenapa elektabilitasnya Bu Khofifah sebagai cagub menjadi lebih turun karena bias orang pecah," ucap Sarmuji. 

Sedangkan dari sisi partai yang ada di Jatim, Sarmuji mencermati belum ada partai yang serius menggalang untuk memunculkan cagub. 

"Sampai hari ini belum ada. Karena semua partai sebenarnya terserap energinya untuk mengampanyekan capres juga," kata dia. 

Bahkan Golkar Jatim belum melakukan langkah dan persiapan menuju Pilgub. "Kita sedang berjuang untuk Pileg untuk mengampanyekan Capres kita Pak Airlangga Hartarto," ujarnya.

Sementara itu, Pengamat politik dari UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Ahmad Zainul Hamdi mengatakan, Pilgub Jatim 2024 sudah tidak akan menarik lagi sebagaimana pemilihan sebelumnya. Karena Pilgub merupakan rangkaian paling akhir setelah Pileg dan Pilpres. 

"Jadi partai-partai politik nggak akan memiliki antusiasme yang seperti sebelumnya," kata Prof Hamdi. 

Padahal biasanya, Pilgub selalu menjadi daya tarik pengungkit menuju Pilpres. "Mungkin sedikit garing," tandasnya.

Ia menambahkan, kemunculan sejumlah nama figur bukan sebuah kejutan saat ini. Karena itu biasanya relate dengan parpol.

"Kalau 2024 itu agak susah ditebak karena biasanya orang akan ramai di Pilpresnya," ujar dia. 

Ia juga melihat hasil sejumlah survei menempatkan Gubernur Khofifah sebagai incumbent cukup tinggi meskipun di bawah 50 persen. Akan tetapi jarak dengan nomor dua cukup jauh. Seperti Risma dan Emil Dardak. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES