KPU: Pemilu 2024 Pakai Kotak Suara Kardus

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan, Pemilu 2024 kembali menggunakan kotak suara kardus seperti Pemilu 2019 lalu. Hal itu lantaran mempertimbangkan anggaran.
"Kotak suara yang akan dipergunakan untuk penyelenggaraan Pemilu 2024 berbahan karton duplex kedap air seperti di Pemilu 2019," kata Komisioner KPU Yulianto Sudrajat, Kamis (29/12/2022).
Advertisement
Meski dari kardus, KPU memastikan kotak suara kardus yang dipakai akan diperkuat dari tahun 2019 lalu.
"Spesifikasi kami perkuat, sehingga lebih kokoh dan tidak mudah rusak," jelasnya.
Selain mempertimbangkan anggaran, kotak suara dari kardus juga lantaran adanya keterbatasan gudang penyimpanan. Untuk itu, kotak suara itu akan dilelang setelah pemilu selesai dilaksanakan.
"Kotak dan bilik setelah pemilu selesai akan kami lelang dan hasilnya kami setorkan kepada kas negara," ujarnya.
DPR Tak Keberatan dengan Kotak Suara Kardus
Sementara itu, anggota Komisi II DPR Rifqinizami Karsayuda menyampaikan, dirinya tak keberatan dengan keputusan KPU itu. Menurutnya, hal itu akan menghemat anggaran.
Menurutnya, kotak suara dari kardus itu juga sudah teruji dan efektif di Pemilu 2019 lalu.
Namun, pihaknya meminta KPU memperhatikan aspek kerahasiaan pemilu saat menggunakan kotak suara dari kardus tersebut. Politikus PDI Perjuangan itu pun berharap, tak ada potensi kecurangan akibat kotak suara dari kardus.
Kritik Kotak Suara Kardus
Penggunaan kota suara kardus menuai kritik. Akademisi Muhammadiyah Edi Sugianto mengkritik soal KPU akan kembali menggunakan kotak suara kardus di Pemilu 2024 nanti.
Menurutnya, penggunaan kotak suara kardus dalam Pemilu 2024 terkesan aneh dan main-main. Padahal, pemilu ini akan menentukan kepemimpinan Indonesia selanjutnya.
"Saya sebagai masyarakat merasa aneh, dan bertanya-tanya. Ini gawe besar penentu masa depan bangsa, apakah KPU gak punya standar keamanan dalam hal ini, sehingga harus pakai kardus," katanya kepada TIMES Indonesia, Kamis (29/12/2022).
Menurut Wakil Rektor Institut Al Ghurabaa Jakarta Timur itu, jika alasannya efisiensi anggaran, hal itu juga tak masuk akal.
"Mohon maaf, banyak sekali program pemerintah yang mesti dipangkas anggarannya," jelasnya.
Ia menyampaikan, keamanan suara rakyat tidak bisa dibandingkan dengan harga alumunium apalagi dengan kardus. Mestinya, jebolan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu, KPU mencari inovasi agar suara rakyat lebih aman, bukan malah membuat kekhawatiran.
"Ingat, potensi kecurangan dalam pemilu di Indonesia itu sangat tinggi, apalagi dengan kardus, mau berapa gembok? Cari cara lain agar suara rakyat lebih aman. Ingat, ini bukan pemilihan OSIS atau BEM. Ini pemilihan level nasional yang disorot kamera dunia. Jangan malu-maluin. Mohon dengan hormat," ujarnya.
Kotak Suara Pemilu 2024 jangan dari Kardus
Sementara itu, pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prasetyo memandang, penggunaan kotak suara kardus itu terkesan main-main. Padahal Pemilu 2024 adalah hajatan besar untuk memilih pemimpin Indonesia.
"Terkesan main-main. Menurut saya aneh, menghina demokrasi. Anggarannya triliunan masak gak sanggup," katanya dikutip TIMES Indonesia dari Kompas.com.
Menurutnya, pemilihan suara di tingkat bawah saja menggunakan kotak suara yang lebih kokoh. Ia pun menekankan agar kotak suara berbahan yang lebih kokoh agar tidak mudah disabotase.
Ia berharap, penggunaan kotak suara kardus itu tak semakin mengurangi kepercayaan publik pada penyelenggaraan Pemilu 2024.
"Tuduhan-tuduhan kecurangan pemilu terjadi massif sekali. Jangan sampai dengan adanya kotak suara dari kardus makin menambah kecurigaan," ucapnya.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin punya penilaiaanyang sama. Ia menilai, kotak suara Pemilu 2024 dari kardus sangat berpotensi adanya kecurangan.
"Jika kotak suaranya terbuat dari kardus, akan muncul soal dugaan kecurangan dari pihak yang kalah. Ini yang selama ini kita khawatirkan," katanya.
Ia menilai, penggunaan kardus sebagai kotak suara pada Pemilu 2024 tidaklah efisien. Sebab, kardus dinilai mudah rusak.," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |