Politik

Gamang Tentukan Sikap, Pengamat: Sudah Tak Ada Ruang bagi Khofifah di Pilpres

Senin, 31 Juli 2023 - 16:55 | 61.11k
Pertemuan Gubernur Khofifah dengan Prabowo Subianto di Surabaya beberapa waktu lalu.(Dok.TIMES Indonesia)
Pertemuan Gubernur Khofifah dengan Prabowo Subianto di Surabaya beberapa waktu lalu.(Dok.TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pengamat Politik Senior Mochtar W Oetomo menangkap pesan politik kunjungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Surabaya baru-baru ini. Karena dalam pertemuan peresmian Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar itu, ada sejumlah sosok penting. Gubernur Jatim Khofifah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijono. 

Megawati menyebut jika Kebun Raya Mangrove merupakan legacy mantan Wali Kota Surabaya Tri Risma dan dirinya. 

Advertisement

Dari gestur pertemuan itu, Mochtar melihat sejauh ini tidak melihat hubungan khusus antara Mega dan Khofifah dalam momentum-momentum poltik. Bahkan di Pilgub Jatim terakhir, PDIP dan Khofifah dalam posisi berseberangan. 

Tetapi, kata Mochtar, dalam politik, segala sesuatu bisa berubah secara dinamis. 

"Jadi, itu tadi. Ketika Bu Khofifah ada di situ bisa saja itu suatu simbol bahwa bukan hal yang tidak mungkin nanti di 2024 PDIP menggandeng Khofifah di Pilgub Jatim," ujarnya, Senin (31/7/2023). 

Mengapa Pilgub Jatim dan bukan Pilpres? 

"Kan kalau kontestasi Capres kan sudah tidak ada (ruang) bagi Khofifah. Sudah mengerucut lima nama pendamping Ganjar. Khofifah sudah tidak mungkin," jawab Mochtar. 

Beberapa hari lalu, Ketua DPP PDIP Puan Maharani membocorkan 5 nama bakal calon wakil presiden (Cawapres) yang akan mendampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Puan Maharani menyebut dari 10 nama Cawapres yang mendampingi Ganjar sudah mengerucut menjadi lima nama. Mulai Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno, Menteri BUMN Erick Thohir, Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa dan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

Apakah lima nama itu sudah tidak akan ada perubahan? 

"Saya rasa dalam konteks PDIP selama ini terkait informasi politik strategis elektoral itu apa yang disampaikan akan cenderung selalu fix (pasti).Apa yang disampaikan Puan tidak mungkin tanpa sepengetahuan Mega. Itu artinya ya sudah lima nama itu yang terjaring," tuturnya. 

Artinya peluang Khofifah mendampingi Capres dengan elektabilitas tinggi sudah tertutup? 

"Ya, rasa sudah tertutup. Karena sejauh ini justru Khofifah dikabarkan dipasangkan dengan Anies kan? Bukan dengan Ganjar, bukan dengan Prabowo. Meskipun di awal-awal ada berita-berita tentang itu. Tapi terakhir Effendy Choirie pun sudah menyatakan, Khofifah sudah tidak ada kabar. Sudah selesai, bergeser ke Yenny Wahid misalnya," ujar Mochtar. 

Kegamangan Berujung Blunder

Mochtar menyebut hasil survei SSC dalam beberapa waktu terakhir. Elektabilitas Khofifah sebagai Cawapres juga cukup jauh jika dibandingkan Erick Thohir dan Mahfud MD. Bahkan berada di bawah Ridwan Kamil. 

Misal di Kota Surabaya sebagai representasi Wilayah Arek dan heterogenitasnya mampu menggambarkan Jatim secara keseluruhan. 

Survei SSC pada Juni 2023 kemarin, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini memuncaki perolehan tingkat elektabilitas Cawapres dengan angka 22,3% diikuti Mahfud MD dengan angka 19,3%.

Elektabilitas Erick Thohir perlahan namun terus menguat dan mencapai posisi puncak saat ini, meski ada nama-nama lain yang menyusul seperti Mahfud MD, kemudian ada Ridwan Kamil dan Agus Harimurty Yudoyono dengan perolehan keduanya 10%.

Kemudian ada nama seperti Gibran Rakabuming, dengan elektabilitas 7,6%, Sandiaga Uno dengan 7,1%, Tri Rismaharini dengan 6,8%. Sementara, nama-nama lain yang muncul masih di bawah 5 persen, seperti Airlangga Hartarto 3,7%, Khofifah I.P., 2,3%, Muhaimin Iskandar 2,2%, Puan Maharani 2,1%. 

Seperti kata Mochtar, jika melihat elektabilitas Khofifah ada di angka 2,3% bukan tanpa sebab. 

"Itu tidak terlepas dari kegamangan Khofifah sendiri yang selama ini tidak pernah mau running dan deklarasi secara terbuka sehingga publik tidak menangkap bahwa memang Khofifah berhasrat ke sana (Pilpres)," tandasnya.

Tidak berhasrat atau menunggu pinangan Capres? "Kalau itu aspek politik praktis yang tahu hanya Khofifah sendiri," jawab Mochtar diplomatis. 

Karena menurut Mochtar, Khofifah sudah didatangi oleh tiga Capres potensial. Mulai Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo hingga Anies Baswedan. 

"Tapi, memang itu kan sebuah keputusan penting yang tidak serta merta diambil. Saya melihat itu. Kegamangan itu justru bervibrasi. Akhirnya publik pun gamang dalam melihat Khofifah. Sebenarnya mau tetap bertahan di Pilgub atau mau ke Pilpres," ucapnya. 

"Di hasil survei, kedua-duanya posisinya turun. Survei Pilpres nama Khofifah turun, di survei Pilgub pun nama Khofifah turun. Karena publik masih menunggu ini sebenarnya Khofifah mau ke mana?," jelas Mochtar. 

Jika menatap waktu kontestasi yang semakin dekat, lantas apa kira-kira pertimbangan Khofifah sehingga ia begitu alot menentukan sikap politik tersebut? 

Sementara Mochtar justru mengatakan, Khofifah sudah terlambat. 

"Kalau menurut posisi sekarang, sudah sulit karena dinamika koalisi di Jakarta sudah berjalan demikian cepat. Jadi sudah terlambat. Jadi bisa dibilang, kegamangan langkah Khofifah adalah sebuah blunder," ujarnya. 

Kegamangan Khofifah itu juga turut berdampak pada kegamangan persepsi publik sehingga ketika nanti Khofifah bertarung di 2024 itu pun tidak menjadi perkara yang mudah. Kecuali, jika sejak awal Khofifah berani mendeklarasikan diri tidak ke Pilpres dan tetap bertahan di Pilgub.

"Maka, akan lebih kuat vibrasinya," ucap Mochtar. 

Apakah karena Khofifah percaya diri dengan senjata gerbong Muslimat NU? "Ya pasti. Dan itu sudah teruji di tiga Pilgub. Tapi kan politik itu dinamis sekali. Dan kita tidak tahu di 2024 di konteks Pilgub Jatim tokoh siapa yang akan muncul," tegasnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES