Politik

Komunikolog Indonesia: Tak Ada Masalah dengan Ganjar dan Azan

Selasa, 12 September 2023 - 14:48 | 72.34k
Tangkapan layar, Ganjar Pranowo saat tampil di video azan stasiun televisi.
Tangkapan layar, Ganjar Pranowo saat tampil di video azan stasiun televisi.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYAAsosiasi Komunikolog Indonesia buka suara terhadap tampilnya Ganjar Pranowo di salah satu siaran azan stasiun televisi. 

Ketua Asosiasi Komunikolog Suko Widodo merasa tak ada masalah apapun dengan kreativitas seperti itu. Bahkan dari sisi peraturan-perundangan tak ada yang dilanggar.

Advertisement

"Ini kan bukan masa kampanye. Terdaftar di KPU sebagai Capres juga belum. Di dalamnya pun tak ada bahan kampanye apapun. Saya bingung di mana letak kontroversinya," tutur Pakar Komunikasi Universitas Airlangga tersebut, Selasa (12/9/2023).

Emrus Sihombing, Pakar Komunikasi Universitas Pelita Harapan menambahkan, sebelum ada wajah Ganjar, banyak juga wajah-wajah orang lain dalam siaran tersebut.

"Dalam konteks tersebut, Ganjar kan orang biasa, tidak ada bedanya dengan wajah-wajah umat lainnya yang tampil pada azan. Ajakan Ganjar maupun semua yang pernah tampil di azan itu adalah sesuatu yang baik," jelasnya.

Asosiasi-Komunikolog.jpgAsosiasi Komunikolog Indonesia buka suara terhadap isu tampilnya wajah Ganjar Pranowo di salah satu siaran azan stasiun televisi. (FOTO: Dok. AsoeoaAsosiasi Komunikolog Indonesia)

Senada dengan itu, Iwel Sastra, peneliti dan pengajar komunikasi pada London School of Public Relations menyatakan, agak susah mencari-cari alasan meributkan siaran azan tersebut.

"Pasal mana ya pada Undang-Undang Penyiaran yang dilanggar?," tanya dia.

Peneliti komunikasi politik pada Institut Salemba School, Effendi Gazali menyampaikan pandangannya. Tentu saja isu tersebut boleh-boleh saja menggelinding menjadi diskusi publik. Apalagi kalau mau ditiru, kesannya jadi tidak kreatif.

"Di sisi peraturan, pasti tak ada aspek apapun yang dilanggar. Ajakannya juga ke arah yang positif," katanya.

Effendi tak ketinggalan menambahkan tips. Ia mengatakan, kalau kemudian mau lebih mengayomi, bisa juga dibuat variasi azan dengan beberapa wajah tokoh nasional.

"Jadi terkesan tidak hanya satu figur," tutur Effendy.

Hasrullah, ahli komunikasi Universitas Hasanuddin ikut memperkuat usul Effendi. Bisa saja segera ditambahkan wajah para ulama lain. Misal wajah Tuan Guru Bajang, atau beberapa wajah lain dari Kawasan Timur Indonesia.

"Sehingga lanskapnya lengkap dari seluruh Indonesia," tambah Hasrullah.

Ia juga mengusulkan semua tokoh nasional membuat cara-cara komunikasi yang tak kalah kreatif, ketimbang meributkan sesuatu yang ajakannya positif.

Jangan Semua Minta Dibuatkan 

Siaran azan yang memuat wajah Ganjar Pranowo makin bergulir jadi polemik. Ada pernyataan berbagai pihak bahwa tayangan azan tersebut melanggar aturan.

Tapi pada saat yang sama, mereka menganjurkan agar Prabowo dan Anies juga dibuatkan tampil dalam tayangan azan seperti itu. Hasrullah sebagai komunikolog tidak setuju.

"Ini kan tidak konsisten. Posisi kami di Asosiasi Komunikolog sangat jelas, kalau azan seperti itu melanggar aturan, ya harus dihentikan. Jangan malah menganjurkan agar Prabowo dan Anies dibuat tampil dalam siaran azan. Itu kan tidak logis pemikirannya. Apakah sesuatu yang melanggar kalau dibuat untuk rame-rame dianggap tidak lagi melanggar?," ujarnya.

Suko Widodo turut menguatkan. "Sekarang tinggal Bawaslu dan KPI membuat keputusan. Kan ini terkait dengan SP3SPS Komisi Penyiaran Indonesia, mungkin pasal 58 ayat 5, bahwa siaran azan tidak boleh disisipi iklan," kata Suko.

Lantas, apakah wajah Ganjar dalam siaran azan itu merupakan iklan?

"Menurut kami tidak demikian. Kalau ya, maka seluruh wajah dalam semua tayangan azan adalah iklan. Ganjar kan saat ini sama dengan warga negara biasa. Kalau kita konsisten maka seluruh azan tidak boleh ada wajah orang. Cukup suara dan visualisasi tulisan. Bagi kami yang penting adalah sikap konsisten," ujar Suko.

Iwel Sastra, peneliti komunikasi dari London School of Public Relations sangat setuju dengan keharusan untuk konsisten.

"Pada saat kita ingin adil terhadap nama-nama lain, maka kita jangan melupakan harus adil juga pada Ganjar. Kalau wajah rakyat lain boleh tampil pada siaran azan, maka wajah Ganjar yang kini adalah rakyat biasa juga boleh tampil di sana. Atau jika mau adil secara hakiki, maka seluruh azan harus tanpa wajah siapapun," tutur Iwel Sastra memperkuat Suko Widodo.

Emrus Sihombing, pakar komunikasi Universitas Pelita Harapan mempertanyakan konsistensi media secara luas.

"Saya tertarik membicarakan konsistensi. Kita harus adil seluas-luasnya. Jika ada stasiun TV menayangkan satu acara politik suatu partai tertentu selama 2 jam, maka dia juga harus menayangkan acara seluruh partai lain secara adil selama 2 jam. Apakah kita akan konsisten seperti itu? Menurut saya ini menarik sebagai diskusi publik untuk kedewasaan komunikasi politik kita," ungkapnya.

Sementara peneliti Institut Salemba School Effendi Gazali setuju dengan Suko Widodo dan Hasrullah agar kita konsisten menunggu hasil penelusuran Bawaslu dan KPI.

"Kita harus bicara konsisten, entahlah wajah Ganjar, Anies, atau Prabowo dalam siaran azan itu. Kebetulan saat ini yang tampil adalah wajah Ganjar," ujar Effendi.

Bahkan menurut Effendi, sekarang harus ada diskusi substantif soal definisi iklan atau ajakan mana yang tidak boleh dan boleh, serta dalam konteks apa?

"Apakah  ajakan atau gagasan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan ajakan untuk menunaikan ibadah sekarang dibatasi, tidak boleh dalam tayangan tertentu? Atau boleh dalam semua siaran justru karena ajakan moralnya hakiki?," ujar Effendi. 

Dia menambahkan mungkin sekarang hanya di negara-negara komunis klasik atau ortodox, hal tersebut dibatasi.

Diketahui, Asosiasi Komunikolog Indonesia buka suara terhadap isu tampilnya wajah Ganjar Pranowo di salah satu siaran azan stasiun televisi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES