Rektor UMM Prof Fauzan Masuk falam TKN Prabowo-Gibran

TIMESINDONESIA, MALANG – Pasangan bakal calon Presiden Prabowo Subianto dan bakal calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka secara resmi mengumumkan tim kampanye nasional (TKN) mereka pada Senin (6/11/2023). Menariknya, dalam TKN tersebut, ada beberapa nama tokoh dari Malang. Salah satunya Rektor UMM Prof. Dr. Fauzan, M.Pd.
Prof Fauzan tercatat masuk dalam Wakil Ketua Koordinator Strategis TKN Prabowo - Gibran bersama dengan 22 orang lainnya.
Advertisement
Pada kesempatan sebelumnya, Prof Fauzan telah mengonfirmasi dirinya tercatat sebagai TKN Prabowo-Gibran. Namun dirinya masih belum mau memberikan pernyataan lebih dengan alasan belum menerima informasi yang komplet terkait TKN itu sendiri.
Wartawan TIMES Indonesia berusaha mengonfirmasi langsung melalui pesan singkat kepada yang bersangkutan, dan menanyakan apa yang menjadi pertimbangan Prof Fauzan menerima tawaran tersebut.
Selain itu hal lain yang ditanyakan yakni apakah Rektor UMM tersebut akan mengambil cuti atau bahkan langkah lainya, setelah dirinya resmi masuk dalam tim kampanye tersebut. Namun hingga berita ini dituliskan, yang bersangkutan masih belum memberikan jawaban.
Bebarapa pihak juga telah dimintai pendapat soal hal ini, seperti pengamat politik sekaligus dosen FISIP UMM, Prof. Dr. Wahyudi Winarjo. Namun dirinya enggan berkomentar tentang pimpinannya tersebut.
Pakar politik dari Universitas Brawijaya (UB) Andhyka Muttaqin mengatakan, sah-sah saja apabila seorang akademisi masuk dalam tim kampanye, tim pemenangan, atau yang lainya. Dengan catatan yang bersangkutan tidak melakukan politik praktis.
"Saya membedakan antara dua kategori. Yang pertama adalah akademisi sebagai pakar. Jadi sebagai konsultan atau sebagai tenaga ahli untuk diberdayakan atau di kerjasama kan dalam dalam hal apapun salah satunya untuk untuk pemilu. Kategori yang kedua adalah, Ini yang agak kurang pas menurut saya, yakni menjadi tim sukses," ucapnya.
Menurutnya, apabila akademisi masuk dalam kategori yang kedua, maka dia membahasakan bahwa hal ini akan melukai marwah perguruan tinggi. "Karena terlibat dalam politik praktis, berafiliasi. Nah menurut saya kurang kurang pas. Apalagi ada deal-deal tentang nanti kalau jadi, jadi menteri dan lain sebagainya. ini menurut saya kurang kurang pas ya," kata dia.
Dia pun mengingatkan kepada para akademisi agar jangan sampai terlibat dalam politik praktis. Karena hal itu akan merusak marwah lembaga pendidikan itu sendiri.
"Ya walaupun di dunia ini kan tidak ada yang netral. Pasti ada kecenderungan. Tapi sebagai akademisi harus pintar menempatkan diri. Jangan terjebak dengan dengan politik praktis. Wibawa akademis itu harus dijaga," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |