Politik

Masyarakat Cenderung Bahas Capres Ketimbang Caleg di Pemilu 2024, Kok Bisa?

Senin, 27 November 2023 - 10:50 | 30.51k
Caleg DPR RI, Totok Hedi Santosa (pegang mic) dalam sebuah diskusi tentang Pemilu 2024). (FOTO: Olivia Rianjani/TIMES Indonesia)
Caleg DPR RI, Totok Hedi Santosa (pegang mic) dalam sebuah diskusi tentang Pemilu 2024). (FOTO: Olivia Rianjani/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Di tengah hiruk-pikuk tingginya antusiasme masyarakat terhadap pemilihan presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2024, membuat keberadaan pemilihan calon legislatif atau Pileg 2024 terlupakan.

Padahal, peran anggota legislatif sangat penting dalam proses pemerintahan di pusat maupun daerah.

Caleg DPR RI, Totok Hedi Santosa mengatakan, ada banyak masyarakat yang resah terkait problematik Pemilu 2024 ini. Sebab, masyarakat lebih menantikan kedatangan capres daripada caleg itu sendiri.

“Publik lebih antusias terhadap soal Presiden dalam pengertian Ganjar-Mahfud. Inilah yang kemudian problematik pertama yang saya hadapi. Ini agak susah karena pemilih Pak Ganjar-Mahfud MD itu tidak dengan sendirinya akan memilih saya sebagai caleg PDI Perjuangan,” kata Totok Hadi, Senin (27/11/2023).

Totok yang merupakan Caleg dari PDI Perjuangan menceritakan, berulang kali dirinya menyelenggarakan kegiatan untuk kepentingan Pileg, tapi yang ditunggu datang capres bukan caleg. “Padahal, biaya acara dari caleg," papar caleg yang memiliki program kebudayaan ini.

Totok menilai politik transaksional tidak menjamin seseorang akan berhasil dalam Pemilu. Sebab, keberadaan media sosial yang bisa mengubah trend politik karena tuntutan zaman.

“Modal budget saja tidak cukup, tapi tanpa budget juga tidak mungkin. Bagi saya ada tiga hal pertama modal sosial, kultural dan modal budget. Duit penting tapi kalau modal lain itu gak ada, ya gak bisa,” imbuh Totok.

Totok juga menyinggung, bahwa perilaku pemilih saat ini berdasarkan hasil riset terdapat presentase yang sangat sedikit antara pemilih militan dengan pemilih pada umumnya.

“Faktor pertama militansi orang itu hanya 14 persen itu menurut riset. Misal PDIP dapat 100 sebenarnya yang militan hanya14 orang. Yang lain atas dasar orang-orang panutan,” tandasnya.

Di sisi lain, Totok juga meyayangkan, sampai saat ini penggiringan opini melalui media sosial untuk menyerang peserta pemilu tertentu marak terjadi. Termasuk berita hoaks melalui video yang dipotong beberapa bagian, juga sering dijumpai.

“Kami contohkan banyak potongan-potongan video bu Mega yang cuekin pak Jokowi seperti melepas tangan, dinilai berkhianat dan sebagainya. Dengan demikian, kami harap masyarakat harus berhati-hati dan menentukan pilihan politik dengan benar," tegasnya.

Senada dengan Totok, Caleg DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Atik Heru Maryanti juga menyatakan, jika Pileg tak kalah penting dari Pilpres 2024.

“Pileg itu lebih penting dari pilpres, karena berkaitan soal anggaran harus mendapat persetujuan dari DPR. DPR itu wakil rakyat yang memperjuangkan rakyat itu DPR," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES