Politik

Jika Pemilu Digelar Dua Putaran, Para Paslon Harus Lakukan Ini

Selasa, 13 Februari 2024 - 16:45 | 21.05k
Pakar HTN dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Ibnu Sam Widodo, S.H., M.H. (istimewa)
Pakar HTN dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Ibnu Sam Widodo, S.H., M.H. (istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Menang dalam satu putaran menjadi isu yang ramai dibahas dalam Pemilu 2024 ini. Setiap paslon, punya keinginan untuk bisa menang dalam satu putaran. Bahkan salah paslon 02 sudah yakin akan menang dalam satu kali coblosan. Hal itu diyakini setelah ada beberapa lembaga survey yang menyatakan bahwa eleksibilitas Paslon 02 sudah melebihi 50 persen.

Pakar Hukum Tata Negara (HTN) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Ibnu Sam Widodo menyampaikan bahwa seluruh pihak paslon akan berupaya sedemikian rupa untuk memperoleh suara lebih dari 50% sebagai kemenanangan yang mutlak dalam strategi pemenangan satu putaran.

Advertisement

“Yang menentukan bahwa agar bisa menang satu kali putaran, maka paslon harus mendapatkan perolehan suara lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah suara dalam pemilihan umum, dengan sedikitnya dua puluh persen di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia,” ujarnya.

Hal itu sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam Pasal 6A angka 3 UUD NRI 1945. Adapun kedua paslon yang meraih perolehan suara tertinggi pertama dan kedua akan dipilih kembali oleh rakyat melalui pemilihan umum. Mengacu pada ketentuan tersebut, tentu sangat besar kemungkinan bagi penyelenggaraan Pemilu tahun 2024 ini dapat diselenggarakan sebanyak dua putaran.

Menurut data Lembaga Survey Indonesia (LSI), telah merilis adanya 18 lembaga survey dimana 14 lembaga survey diantaranya menggambarkan potensi kemungkinan terjadinya pemilu dalam dua putaran. Bahkan hasil dari perhitungan di beberapa lembaga survey, elektabilitas ketiga paslon tersebut belum ada yang mencapai di angka lima puluh persen.

Sehingga besar perkiraan kemungkinan akan terjadinya pemilu dalam dua putaran.
“Tidak ada pilihan lain bagi para paslon yang maju ke putaran kedua pemilu selain optimalisasi dan gerakan yang lebih masiv dalam menjalankan program kampanyenya yang telah dilaksanakan di tahap sebelumnya,” ungkap Dodo.

Dodo pun mengungkapkan Strategi yang harus dan akan dilakukan oleh para Paslon jika Pemilu harus digelar dua putaran. Yang pertama yakni menentukan Pendukung dalam Partai Koalisi.

"Jika memang benar pemilu Tahun 2024 ini akan berlangsung menjadi dua putaran, maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan kembali oleh tim para kandidat capres dan cawapres. Tentunya diperlukan pemetaan politik kembali dan kejelian dari masing-masing tim paslon serta strategi yang lebih matang," tuturnya.

Koalisi antar partai dalam putaran kedua tentu menjadi isu strategis yang harus cepat diambil dengan berbagai resiko politik yang dipertaruhkan. Tim paslon yang telah kalah dan tidak memiliki kesempatan dalam putaran kedua hanya memiliki pilihan untuk bergabung dengan salah satu paslon yang unggul dalam putaran pertama sehingga akan membentuk basis pertahanan perolehan suara yang lebih kuat.

"Tentunya hal ini akan sangat menguntungkan bagi pasangan kandidat yang telah menjaring koalisi tersebut. Sehingga diperlukan strategi yang lebih masiv bagi paslon yang tidak mendapatkan dukungan koalisi," kata dia.

Hal selanjutnya yang harus dilakukan oleh para Paslon yakni memperluas kelompok target dan pendanaan. Perluasan kelompok target harus menjadi salah satu sasaran utama dalam memperluas jaringan untuk mendukung perolehan suara.

"Pendekatan melalui berbagai metode harus lebih intens diupayakan agar memperoleh kekuatan yang setara, baik itu dengan cara menemui tokoh masyarakat dan warga secara langsung dalam berbagai forum, maupun mengupayakan di platform sosial media yang lebih masiv lagi dengan menggandeng lebih banyak segmen," sambung Dodo.

Selain itu tidak dapat dipungkiri juga para paslon untuk memperkuat basis pertahanan pendanaan yang dituntut untuk lebih kuat agar bisa mendanai semua kegiatan kampanye yang lebih masiv.

Dapat terjaringnya basis suara rakyat di daerah-daerah tentu membutuhkan pendanaan yang lebih kuat lagi yang harus disediakan setiap paslon, karena masih banyak masyarakat yang akan memberikan suaranya jika paslon tertentu telah memberikan bantuan langsung kepada masyarakat.

Hal ini menurutnya akan menguntungkan di beberapa sektor ekonomi pemegang usaha tertentu, seperti penyedia sembako yang mampu menyediakan dalam jumlah besar untuk kemudian dibagikan secara gratis dengan bendera partai tertentu, dan penyedia provider seperti internet yang tentu juga akan dibutuhkan untuk serangan udara yang dilakukan oleh paslon dalam memberikan kampanye-kampanye melalui media social. Kebutuhan masyarakat untuk mengakses internet pun akan semakin meningkat.

Selanjutnya para paslon juga harus melakukan Upgrading Knowledge dan Pencitraan. Upgrading knowledge dan kesiapan setiap paslon dalam beradu argumen di panggung debat pun harus dimaksimalkan sehingga tidak ada lagi pernyataan yang dianggap stuck atau blunder di mata masyarakat yang kemudian justru akan menjatuhkan citra masing-masing paslon yang sudah sedemikian payah membangun pencitraan pada tahap-tahap sebelumnya.

"Demikian pula dengan kehati-hatian dalam bertindak di ruang publik, mengingat cepatnya sebuah momen dapat beredar melalui media sosial sehingga dibutuhkan pencitraan yang bijak bagi masing-masing paslon dalam putaran kedua ini," pungkas Ibnu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES