Mengenal Metode Survei Exit Poll dan Penerapannya di Pemilu 2024

TIMESINDONESIA, MAGELANG – Meski penghitungan perolehan suara dalam Pemilu 2024 belum selesai dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun biasanya prediksi hasil perolehan suara sudah bisa diperoleh lembaga-lembaga survei yang ada.

Meski terkadang hasilnya tidak tepat, namun dari hasil yang diperoleh para penyelenggara survei tersebut, akurasinya sangat tinggi bahkan nyaris mendekati sama dengan hasil yang dihitung oleh KPU.

Advertisement

Melansir dari berbagai sumber, salah satu rekapitulasi hasil penghitungan suara yang lazim digunakan pada pemilu di Indonesia adalah Survei Keluar (Exit Poll).

Exit Poll sendiri adalah penghitungan suara cepat yang sangat mirip dengan Quick Count. Perbedaannya yaitu, Exit Poll menggunakan pemilih yang telah melakukan pemilihan atau baru keluar dari tempat pemungutan suara (TPS) sebagai respondennya.

Menurut salah satu petugas survei Exit Poll Alvara, Agatha Annie Natarina Rahayu (46), Exit Poll merupakan suatu metode penghitungan suara yang dilakukan beberapa saat setelah pemilih memberikan suaranya di TPS.

Agatha menyebut, sebenarnya secara teknis Exit Survey adalah bagian dari survei. Penghitungan suara dengan menggunakan Exit Poll dilakukan dengan cara mewawancarai responden yang merupakan pemilih yang baru selesai menggunakan hak pilihnya di TPS.

"Pemilih akan ditanya melalui jajak pendapat. Kita tanya berdasarkan dari pertanyaan yang ada di aplikasi kami," terang Agatha yang bertugas di Kecamatan Magelang Tengah.

 Agatha menambahkan bahwa survei yang ia lakukan tidak memprediksi siapa yang akan memenangkan Pemilu.

"Exit Poll menargetkan data demografi pemilih. Data demografi muncul menjadi sebuah pertanyaan seperti, usia, agama, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, latar belakang partai politik, organisasi keagamaan, dan hal lainnya," jelasnya.

Lebih lanjut Agatha menjelaskan bahwa Alvara adalah, lembaga penelitian Indonesia yang selalu mengutamakan akurasi dan wawasan sebagai prioritas utama bagi para pengambil keputusan di perusahaan dan institusi mana pun.

"Jadi karena hal itulah, kami yang bertugas sebagai surveyor atau pencari data, tentunya harus menjunjung tinggi profesionalisme saat melakukan tugas ini," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.