Politik

Iran Masih Akan Dukung Palestina? Begini Kata Pengamat

Selasa, 28 Mei 2024 - 14:25 | 39.58k
Pengamat yang juga dosen Hubungan Internasional UMM Haryo Prasodjo, M.A.. (Istimewa)
Pengamat yang juga dosen Hubungan Internasional UMM Haryo Prasodjo, M.A.. (Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Banyak pihak yang mempertanyakan sikap Iran terhadap Palestina pasca Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal setelah mengalami kecelakaan helikopter. Sikap ini tentu cukup krusial mengingat dukungan Iran terhadap Palestina menjadi hal strategis yang membuat Israel berpikir dua kali untuk menyerang membabi buta.

Perang antara Israel dan Palestina terus memanas hingga saat ini. Serangan roket dari Gaza dan balasan militer Israel telah mengakibatkan ketegangan yang semakin sulit dikendalikan. Di tengah konflik yang berkecamuk ini, dukungan dari negara-negara lain menjadi faktor yang signifikan.

Advertisement

Iran yang telah lama mendukung Palestina, baru saja menghadapi guncangan besar dengan meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi dalam sebuah kecelakaan helikopter. Lantas, bagaimana dukungan Iran pasca meninggalnya Presiden Raisi?

Pengamat yang juga dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Haryo Prasodjo memberikan pandangannya tentang dampak dari peristiwa ini.

“Konflik antara Israel dan Palestina adalah imbas dari peristiwa di masa lalu. Dari segi hubungan internasional, Iran ingin menunjukkan kekuatan baru dalam politik regional,” ujarnya.

Haryo menambahkan bahwa dukungan Iran terhadap Palestina juga dipengaruhi oleh dinamika internal seperti kepentingan politik, identitas regional dan adanya hubungan kerja sama dengan negara lain. Secara geografis, lokasi Iran yang relatif dekat dengan Israel dan Palestina menambah kompleksitas situasi.

"Di negara-negara Timur Tengah, aspek kesukuan tidak dapat diabaikan. Ini mempengaruhi bagaimana Iran melihat kepentingannya dalam konflik ini," kata Haryo.

“Sebenarnya konflik ini terjadi atas dasar masalah pengakuan atau kedaulatan, di mana Palestina tidak mendapatkan pengakuan dari internasional. Sementara itu, negara internasional terutama negara muslim belum cukup berani untuk memutuskan kedaulatan tersebut, karena saat ini cenderung menganut sistem barat,” jelasnya.

Kematian Presiden Raisi menyebabkan ketidakpastian politik di Iran. Terlebih, Iran sedang mengalami masa transisi kepemimpinan yang penting. Iran harus mempertimbangkan kembali mengenai keterlibatannya dalam perang dan memastikan apakah pengganti presiden Raisi memiliki visi, misi, dan perspektif yang sama.

Meskipun kematian Presiden Iran tidak langsung mengubah dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok militan Palestina, namun ketidakstabilan politik bisa mempengaruhi seberapa aktif Iran dapat terlibat dalam konflik Israel-Palestina. Menurut Haryo, saat ini belum ada perubahan signifikan dalam peta konflik antara Israel dan Palestina.

"Dunia internasional masih fokus pada bantuan kemanusiaan, diplomatik di PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), serta dukungan moril dan materiil," ujarnya.

Namun, ketegangan konflik diperkirakan akan semakin meningkat dengan adanya kabar meninggalnya Presiden Raisi yang belum jelas penyebabnya. Entah memang karena campur tangan Israel atau justru faktor internal dari helikopter maupun faktor cuaca.

Di tengah situasi yang semakin kompleks ini, Haryo menekankan pentingnya kesatuan di antara kelompok-kelompok Palestina. "Hamas dan Fatah, sebagai dua kelompok besar di Palestina harus memiliki satu suara mengenai masa depan Palestina. Masalah internal ini seharusnya diselesaikan lebih dulu sebelum merambah ke tingkat internasional," katanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES