Diskusi Menyambut Pilkada 2024, GAWA Lelaku: Mencari Pemimpin Berkualitas

TIMESINDONESIA, MALANG – GAWA Lelaku, sebagai lembaga yang berfokus pada riset, kajian kritis, seminar call, for papers, workshop, advokasi, dan pendidikan politik, sukses menggelar diskusi publik menyambut Pilkada 2024. Mencari sosok pemimpin terbaik dan benarkah Pilkada bisa melahirkan pemimpin terbaik?
Hal tersebut menjadi bahasan dalam diskusi tersebut. Hadir dalam diskusi itu, Ketua PMII Cabang Kota Malang, Diky Wahyu, aktivis HMI Cabang Malang, Ema, Ketua Kopri PC PMII Kabupaten Malang, Helina Suciati, dan Herlianto A, dari unsur jurnalis.
Advertisement
Dalam diskusi itu, Direktur GAWA Lelaku, Dr Khoiron, menyampaikan pentingnya menyambut Pilkada 2024, dengan diskusi Demokrasi dan melahirkan wacana pemimpin berkualitas.
"Perlu adanya sebuah event untuk mengoreksi atas kepemimpinan kepala daerah agar masyarakat Malang lebih serius mempertimbangkan calon kepala daerah pada proses Pilkada mendatang," jelas Khoiron, Rabu (7/8/2024), di Brojans Caffee, Kota Malang.
Ia juga menjelaskan bahwa maksud dari diskusi publik yang diselenggarakan tersebut, tidak hanya sekedar menyambut Pilkada 2024, tetapi lebih daripada itu, penting menjaga kualitas politik di Indonesia.
"Diskusi ini sengaja kami gelar untuk menyambut event politik lima tahunan, yakni Pilkada yang akan digelar November mendatang, agar dapat melahirkan sosok pemimpin berkualitas," katanya.
Lebih lanjut, Khoiron menjelaskan, bahwa situasi politik menjelang Pilkada 2024, terutama di wilayah Malang, terlihat sangat ironis dan butuh sentuhan berbagai elemen, seperti para akademisi dan aktivis.
"Jangan sampai masyarakat terjebak dalam politik transaksional. Hal ini jelas yang membunuh demokrasi Indonesia. Terbukti saat Pemilu kemarin. Politik uang terjadi dimana-mana," tegasnya.
Di sisi lain, Dicky Wahyu, sebagai Ketua PMII Cabang Malang, mengungkapkan bahwa kemungkinan adanya politik uang dalam Pilkada tersebut sangat besar. Meskipun demikian, ia yakin bahwa seluruh proses dalam Pilkada sudah melewati prosedur yang tepat.
"Dalam pandangan saya, Pilkada ini dapat diandalkan. Kita bisa melahirkan pemimpin yang baik dari sana. Kami di organisasi juga berupaya untuk mempersiapkan calon pemimpin yang berkualitas di masa mendatang," ujarnya.
Sementara itu, Helina Suciati, Ketua Kopri PC PMII Kabupaten Malang, menyoroti bahwa politik saat ini, cenderung mengesampingkan calon pemimpin yang berkualitas demi popularitas.
"Partai-partai saat ini lebih memilih calon pemimpin yang dikenal secara luas, seperti artis, meskipun belum tentu memiliki kualitas yang dibutuhkan. Ini yang terjadi saat ini," katanya.
Sementara, Ema dari HMI Cabang Malang mengajak semua peserta diskusi publik untuk aktif memantau proses Pilkada di Kota Malang. Menurutnya, tahapan Pilkada yang dilaksanakan secara benar dapat menghasilkan pemimpin yang memiliki kapasitas yang baik.
"Setiap tahap harus dilakukan dengan benar agar dapat menyaring calon pemimpin yang berkualitas," ungkapnya.
Selanjutnya, Herlianto A., Pemimpin Redaksi Tugu Malang, menyampaikan bahwa sistem Pilkada saat ini membuat calon pemimpin terperangkap dalam politik uang.
Dia mencontohkan bahwa untuk maju di Pilkada atau di Pemilu, seseorang harus mendapat rekomendasi dari partai politik, dan jika kursi partai tidak mencukupi, mereka harus berkoalisi. Fenomena ini dikenal sebagai ambang batas elektoral.
"Ambang batas elektoral inilah yang mendorong calon pemimpin terjerat dalam politik uang. Akibatnya, pemimpin saat ini lebih sering kali 'dilahirkan' dari mesin ATM daripada dukungan ideologi partai," tegasnya.
Diskusi publik ini terlihat berlangsung cukup antusias. Para peserta yang hadir, turut aktif memberikan pendapat dan pertanyaan mendalam tentang Pilkada 2024, khususnya di Malang Raya. Baik soal Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Seluruh narasumber banyak menganalisis soal sosok pemimpin yang akan dihasilkan dalam Pilkada nanti. Dengan proses yang sangat transaksional, jelas akan merusak demokrasi dan akan melahirkan pemimpin yang korup pada nantinya. Dari itu, rakyat harus betul-betul memilih pemimpin yang betul-betul lahir dari proses demokrasi yang sehat.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |