Politik Pilkada 2024

Suara Paslon WALI Terancam Anjlok di Masa Krusial Pilkada Kota Malang

Jumat, 01 November 2024 - 16:48 | 106.97k
Paslon Nomor Urut 1 Pilkada 2024 Kota Malang, Wahyu Hidayat - Ali Muthohirin (WALI). (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
Paslon Nomor Urut 1 Pilkada 2024 Kota Malang, Wahyu Hidayat - Ali Muthohirin (WALI). (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
FOKUS

Pilkada 2024

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Suara pasangan calon (Paslon) nomor urut 1, Wahyu Hidayat - Ali Muthohirin (WALI) nampaknya mulai terancam anjlok di masa-masa krusial menjelang Pilkada 2024 Kota Malang. Di mana, pesta demokrasi yang digelar pada 27 November 2024 mendatang itu kurang dari satu bulan saja.

Hal itu terlihat dari dukungan dan antusiasme masyarakat terhadap sosok Wahyu - Ali yang terlihat terus menurun. Ini tampak dari sejumlah pendapat warga hingga tokoh masyarakat, seperti yang ada di wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Advertisement

Dari penelusuran TIMES Indonesia di beberapa kelurahan di Kecamatan Lowokwaru, banyak masyarakat yang membelokkan arah dukungan dari Paslon WALI ke paslon lainnya. Seperti ke nomor urut 2 Heri Cahyono (Sam HC) - Ganis Rumpoko ataupun ke nomor urut 3 Abah Anton - Dimyati Ayatullah (ABADI).

Pilkada-Kota-Malang-2.jpgPaslon Walikota dan Wakil Walikota Kota Malang nomer 2 saat menyampaikan paparan dalam acara Sinergi Pembangunan Malang Raya. (FOTO:Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

Hal ini diakui oleh warga Jalan Selorejo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, bernama Wahyunanto. Secara tegas, ia memilih paslon nomor urut 2, Sam HC - Ganis Rumpoko.

Menurutnya, kedua figur Calon Walikota dan Wakil Walikota Malang itu, Paslon HC-Ganis Rumpoko, paling cocok dan relevan untuk merealisasikan seluruh programnya.

"Saya pilih 02, karena melihat figur perempuan yang belum punya catatan dan Sam HC merupakan pendatang baru yang punya kemauan keras, karena sebelumnya (calon) independen," jelas Wahyunanto, Jumat (1/11/2024), kepada TIMES Indonesia.

Alasan paling kuat tidak memilih kedua paslon lainnya, yakni pasangan Anton-Dimyati (Abadi) dan Wahyu-Ali (WALI), karena track record dari kedua pasangan calon. Misalnya, kata Wahyunanto, sosok Wahyu Hidayat sendiri, memiliki track record yang tidak baik-baik saja. Terutama ketika ia menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang.

Tak hanya itu, sosok Calon Wakil Wali Kotanya, yakni Ali Muthohirin dinilai telah mencederai demokrasi, karena memanfaatkan kekuatan penguasa atau pusat. Yakni, Presiden ke-7, Joko Widodo (Jokowi).

"Wakilnya itu kan setahu saya juga belum lepas jabatan sebagai Komisaris Independen di BUMN, mana etikanya itu. Terus menggunakan kekuatan pusat untuk melenggang, ini bisa merusak demokrasi. Kalau gentle ya harusnya lepas jabatan," tegasnya.

Hal yang sama juga diakui seorang pelaku UMKM asal Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, bernama Pujianto. Menurutnya, yang pantas bersaing ketat dan rata-rata dukungan berada di Sam HC - Ganis Rumpoko dan Abah Anton - Dimyati Ayatullah (ABADI).

"Bukan hal baru soal masa lalu Abah Anton. Tapi bisa kita akui kalau simpatisan militannya tetap banyak. Karena dari dulu peduli dengan rakyat kecil. Tapi, saya tetap mendukung 02, karena ada sosok perempuan bernama Mbak Ganis Rumpoko, dengan janji yang masuk akal, khususnya soal Puskesmas Mental dan untuk UMKM itu," bebernya.

Namun, ditanya soal Paslon WALI, ia tak bisa berkata banyak. Karena sejak awal, ia tak pernah mengikuti Wahyu Hidayat maupun Ali Muthohirin.

"Ya, saya tahu Pak Wahyu pernah jadi Pj (walikota). Tapi saya gak tahu dia gimana selama ini. Kalau Ali, siapa yang tahu juga, kalau mau dijagokan, ya ngapain orang gak tahu. Jadi saya gak minat, cari yang pasti aja lah," katanya santai.

Pilkada-Kota-Malang-3.jpgPasalon Walikota dan Wakil Walikota Kota Malang nomer 3 saat menyampaikan paparan dalam acara Sinergi Pembangunan Malang Raya. (FOTO:Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

Di sisi lain, warga Jalan Mawar bernama Aris yang turut mewakili anak muda. Ia masih merasa bimbang antara Paslon ABADI atau Sam HC - Ganis Rumpoko atau WALI.

"Gak tahu ya, Mbak Ganis saya tahu memang. Tapi Abah Anton siapa juga yang gak tahu kan. Keluarga saya juga kayaknya tetap Abah Anton. Tapi saya gak tahu mau ikut atau ke Mbak Ganis, masih bingung ini," akunya ke TIMES Indonesia.

Saat ditanya soal Paslon WALI, ia mempunyai alasan tersendiri kenapa tak lagi mau memilih Paslon nomor urut 1 itu (Pasangan WALI).

Menurutnya, kampanye yang dilakukan selama ini cukup kotor. Mulai dari meminta bantuan penguasa, kemudian memberi sembako murah dengan harga tak masuk akal, yang disebar kepada warga agar memilihnya. Termasuk informasi soal pemberangkatan warga untuk ziarah wali agar bisa mendapat dukungan.

"Gimana mau gak kotor, wong mereka untuk mencari dukungan kayak gitu. Di mana demokrasinya. Apalagi minta bantuan Kaesang sama bapaknya itu, Pak Jokowi. Itu sebenarnya tanda mereka gak pede menang. Akhirnya minta bantuan penguasa biar bisa menang. Males juga kalau milih itu, gak sesuai sama harapan saya pribadi," jelasnya.

Meski begitu, ternyata nama Paslon WALI masih cukup tenar di kelurahan lainnya di Kecamatan Lowokwaru. Tapi, namanya cukup bersaing dengan Paslon ABADI.

Hal itu terjadi di wilayah Jatimulyo, Kota Malang. Ketua RW 08 bernama Yakub menyebutkan, bahwa informasi yang ia dengar, warga di wilayahnya memiliki dua calon yang paling kuat untuk mereka dukung.

Calon tersebut, yakni pasangan WALI dan Pasangan ABADI. Dua nama itu sangat kuat bersaing di warga area rumah Yakub.

"Yang saya dengar ya, ada yang ke Abah Anton, ada juga yang ke pihak Wahyu. Ya 50-50 lah mas. Katanya sih, Abah Anton itu kan pembangunanya bagus dan sangat peduli rakyat kecil. Kalau pak Wahyu itu kan saat jadi Pj Wali Kota Malang ia sering blusukan juga sampai senam-senam dengan warga kan, mungkin itu," ungkapnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ketua RT 01 Jalan Arumdalu, Jatimulyo, Kota Malang, Santoso. Menurutnya, warga di sini tentu mencari calon yang berpengalaman. Otomatis, dua nama itu, yakni Abah Anton dan Wahyu Hidayat menjadi calon yang paling kuat.

"Abah Anton cukup bagus dengan gerakannya selama ini. Wahyu juga kan katanya dia ahli tata kota, ya mungkin punya harapan bisa mengatasi banyak permasalahan di Kota Malang," jelasnya.

Meski begitu, ia dan warganya tetap berharap memiliki sosok pemimpin yang mau melihat banyak hal secara luas untuk kebaikan Kota Malang.

Ia menyebut, banyak warga yang ingin persoalan pasar Tawangmangu dan Pasar Blimbing bisa terselesaikan dan diperbaiki dengan bagus.

Bukan hanya itu, ia juga ingin olahraga di Kota Malang bisa merata. Tidak melulu soal sepak bola saja. Tapi olahraga lainnya juga harus dikembangkan dengan penuh prestasi.

"Olahraga di Kota Malang ini kurang ya, belum bisa menangani semua, cuma salah satu aja. Kayak voli, bulutangkis juga, harusnya kan bisa berjaya, gak cuma sepak bola. Ini harus diperhatikan juga dengan serius," katanya.

Perlu diketahui, data yang dimiliki TIMES Indonesia dari data Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network, telah mengeluarkan survei untuk ketiga Paslon di Pilkada Kota Malang per 5 Oktober 2024.

Dalam survei tersebut, menunjukkan bahwa Paslon nomor urut 3, Abah Anton - Dimyati Ayatullah (ABADI) unggul dengan prosentase 42,7 persen.

Di bawah Paslon ABADI, ada Paslon nomor urut 1 Wahyu Hidayat- Ali Muthohirin dengan prosentase 22,5 persen. Sedangkan, untuk Paslon nomor urut 2, yakni Sam HC - Ganis Rumpoko berada di posisi tiga dengan prosentase 7,5 persen.

Sementara hasil survei LSI Network untuk masing-masing kecamatan, mayoritas masih dimenangkan oleh pasangan ABADI. Untuk di Kecamatan Lowokwaru sendiri, pasangan ABADI mendapat 45,8 persen. Untuk pasangan WALI mendapat 21,2 persen. Sedangkan untuk pasangan HC-Ganis mendapatkan 11,3 persen.

Hal ini, bisa membuat Paslon WALI makin merosot dengan adanya pembelokan dukungan masyarakat. Ini dikuatkan oleh pengamat politik UB, Andhyka Muttaqin.

Ia menyebut bahwa dukungan yang berubah-ubah ini menunjukkan adanya ketidakpuasan atau ketidakcocokan atas langkah-langkah yang dilakukan Paslon. Khususnya bagi Paslon 01, Wahyu-Ali.

"Saat warga merasa bahwa kandidat kurang menunjukkan kemandirian politik atau bergantung pada pusat, ini dapat menciptakan persepsi negatif tentang kemampuan Paslon untuk memimpin secara mandiri," ungkapnya.

Dinilai, masyarakat kini lebih cenderung menghargai calon yang menunjukkan keyakinan diri dan otonomi tanpa terlalu mengandalkan kekuatan eksternal. Seperti dukungan tokoh-tokoh politik pusat.

"Ketergantungan ini bisa dinilai warga bahwa Paslon tidak cukup kuat untuk berdiri sendiri atau tidak cukup kuat untuk mewakili kepentingan lokal," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES