Sulyanati, Sosok Alternatif untuk Masa Depan PDIP Kota Banjar

TIMESINDONESIA, BANJAR – Bursa penjaringan calon ketua partai PDIP Kota Banjar belum dihelat namun sosok-sosok kandidat kuat yang tertarik untuk maju di Muscab partai dengan lambang kepala banteng mulai bermunculan.
Seperti halnya seorang gadis cantik, keberadaan DPC PDIP Kota Banjar menjadi rebutan para politikus yang ingin berkiprah didalamnya.
Advertisement
Sebuah partai politik akan selalu dihadapkan pada tantangan dinamika yang berbeda dari waktu ke waktu.
Diakui Sulyanati SH, M.Si, M.Kn, sebagai salah satu tokoh muda Kota Banjar, bahwa kehidupan politik tak ubahnya cuaca yang selalu berubah-ubah.
"Maka, keteguhan ideologis atas garis perjuangan partai harus pula dibarengi kemampuan menyesuaikan diri untuk memastikan agar apa yang menjadi cita perjuangan tetap relevan dan aktual," katanya, Jumat (14/3/2025).
Begitupun bagi sebuah partai yang berakar sejarah ideologis yang panjang seperti PDIP. Partai Besar ini, dikatakan Sulyanati tidak bisa tidak, harus terus menjadi partai pembelajar (learning party) sehingga dapat terus tumbuh dalam segala situasi dan tantangan.
Maka itu, seiring rasa syukur atas perjalanan partai selama ini, sebagai partai pembelajar, PDIP Kota Banjar kiranya tidak lekas berpuas diri atas pencapaian politiknya selama ini, melainkan dari waktu ke waktu harus terus berbenah dan meningkatkan kapasitas politiknya tiada henti.
Tidak ada satu perjuangan yang sempurna. Oleh karenanya komitmen kolektif kader PDIP untuk terus tumbuh bersama ke arah yang lebih baik merupakan fundamental penting dalam memacu nafas panjang perjuangan partai ini di Kota Banjar.
Sehubungan dengan semangat untuk menjadi lebih baik tersebut, maka, kehadiran figur alternatif yang
menawarkan harapan baru bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Banjar selayaknya disambut dalam kerangka spirit berlomba-lomba dalam kebaikan di tubuh PDIP Kota Banjar.
Kegotong-royongan PDIP mengandung konsekuensi makna bahwa tidak boleh ada satupun kader partai yang tersisihkan atau disisihkan. Setiap figur kader PDIP, di segala lapisan dan kalangan berperan penting dalam merawat asa perjuangan cita-cita politik "Bung Besar" di Kota Banjar.
Setiap masa ada pemimpinya, dan setiap pemimpin ada masanya, kalimat tersebut kiranya selalu relevan dalam sebuah kehidupan politik yang dinamis.
Pun begitu dengan figur Sulyanati SH, M.Si, M.Kn, atau akrab disapa Sulya, Uya atau kang Komeng. Pria kelahiran Ciamis, 12 Januari 1978, ini belakangan cukup menjadi sorotan sebagai figur potensial untuk memimpin DPC PDIP Kota Banjar.
Pelopor Lahirnya Kota Banjar
Sulyanati bukanlah nama baru dalam lanskap politik Kota Banjar. Ia merupakan salah satu pelopor utama berdirinya Kota Banjar sebagai daerah otonom.
Pada tahun 2002-2003, sebagai tokoh muda yang tergolong progresif, ia bersama para tokoh lainnya mendorong otonomi untuk Banjar melalui Forum Peningkatan Status Kotif Banjar Menuju Daerah Otonom (FPSKB).
Perjuangan mengotonomikan Banjar didasari atas keyakinan bahwa otonomi daerah adalah kunci pembuka gerbang kesejahteraan masyarakat.
Dijabarkan kepada TIMES Indonesia, Sulyanati meyakini bahwa Kemandirian Banjar akan membuka jalan bagi percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang.
Ikhtiar FPSKB akhirnya membuahkan hasil manis ketika Banjar resmi dinyatakan sebagai daerah otonom baru pada tahun 2003, sebuah pencapaian monumental yang mencatat Sulyanati sebagai salah satu arsitek penting dalam sejarah Kota Banjar.
Rekam Jejak Pasca pemekaran Banjar, Sulyanati dipercaya menjadi Komisioner KPU Kota Banjar Jawa Barat periode 2003-2008 dengan tanggung jawab di Divisi Sosialisasi, Informasi, Kajian dan Pengembangan Pemilu.
Kepercayaan terhadapnya berlanjut pada periode 2008-2013, di mana ia kemudian membidangi Divisi Program Perencanaan, Logistik dan Anggaran Pemilu.
Kiprahnya bahkan meluas ketika Ia ditunjuk sebagai Tenaga Ahli di berbagai lembaga pemerintahan. Pengalamannya bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Dalam Negeri, hingga Badan Pertanahan Nasional. Sebelum akhirnya pada tahun 2013, Sulya memulai profesinya sebagai Notaris & PPAT di Kabupaten Pangandaran.
Kandidat Doktor Ilmu Hukum di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ini juga dipercaya sebagai
Ketua Badan Pembina Harian Institusi Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Pangandaran.
Komitmen Sulyanati terhadap keadilan sosial tercermin melalui kiprahnya sebagai Dewan Pimpinan Serikat Petani Pasundan dan Sekjen Lembaga Penguatan Rakyat yang mengadvokasi petani penggarap di Pulau Nusakambangan.
Hal ini menegaskan garis perjuangannya sebagai aktivis yang memperjuangkan landreform dan prinsip "Tanah untuk Rakyat".
Di lingkungan kampus-pun demikian, dalam kapasitasnya sebagai ketua Senat Mahasiswa FH Unigal (Universitas Galuh Ciamis) saat itu, kiprah di dunia pergerakan mengiringi perjalannya.
Aktif di berbagai forum aksi seperti FARMACI (Forum Aksi Mahasiswa dan Rakyat Ciamis) yang terafilisi dalam gerakan advokasi Reforma Agraria bersama Serikat Petani Pasundan maupun gerakan mahasiswa lainnya seperti Jaringan Mahasiswa Indonesia (JMI) maupun pergaulannya dengan gerakan mahasiswa Pro Demorrasi lain seperti LMND (Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi).
Dari hasil penelusuran diketahui bahwa Sulya tercatat sebagai kader PDIP sejak tahun 1999. Secara kebetulan kakak kandungnya adalah sekretaris PAC Pataruman dikala itu, dan membidangi administrasi kepartaian adalah satu satu bidangnya.
Pilihannya terhadap PDIP bukan sekadar kebetulan, melainkan didasari kesadaran ideologis sebagai pribadi yang memahami dan menghayati pemikiran Soekarno.
Ditengah karirnya sebagai Notaris-PPAT, Ia selalu terlibat dalam berbagai proyek pemenangan partai, baik pada Pemilu, Pilpres, maupun Pemilukada. Pada Pemilu Presiden 2024, ia menginisiasi Komunitas Partisipan untuk Ganjar Pranowo Jabar-Jateng, sebuah gerakan untuk memenangkan pasangan Ganjar-Mahfud.
Dipandang Tepat untuk Masa Depan PDIP Kota Banjar
Dalam konstelasi politik saat ini, Sulyanati menjadi figur alternatif yang bisa diharapkan untuk memimpin DPC PDIP Kota Banjar. Ada beberapa alasan kuat mengapa ia layak dipertimbangkan.
Pertama, Sulyanati adalah sosok yang telah teruji integritasnya. Sebagai pribadi yang telah "selesai" dengan dirinya sendiri, ia dapat menjadikan PDIP di Kota Banjar semata sebagai wadah perjuangan ideologis.
Kualitas ini amatlah penting, untuk menjaga kepercayaan dari para kader. Rasa percaya terhadap pemimpin merupakan modal utama untuk mengembalikan harga diri dan militansi kader.
Kedua, sebagai pelaku sejarah yang turut mempelopori berdirinya Kota Banjar, Sulyanati memiliki legitimasi historis yang kuat. Kiprah pengalamannya tentang Kota Banjar dari masa pembentukan hingga sekarang menjadi nilai tambah yang tidak dimiliki banyak tokoh lain.
Ketiga, Sulya adalah pribadi dengan stamina sosial-politik yang kuat. Dengan mobilitasnya yang tinggi dan produktivitas yang sudah teruji, ia mampu menjadi role model dan motor penggerak bagi kader-kader PDIP di Kota Banjar.
Keempat, Sulyanati adalah sosok pemersatu. Dengan karakternya yang supel dan memiliki pergaulan yang luas, ia mampu diterima oleh berbagai kalangan. Kemampuannya menjembatani komunikasi yang cair, nyaman, dan efektif di antara elemen kader menjadi kunci untuk membangun persatuan dan konsolidasi partai.
Sebagai seorang perangkul, ia dapat menjadi titik temu dari berbagai ketegangan politik yang kerap muncul dalam dinamika sebuah partai.
Harapan Baru untuk Kemenangan PDIP
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, kehadiran Sulyanati sebagai figur alternatif Calon Ketua DPC PDIP Kota Banjar menjadi angin segar bagi partai.
Dukungan datang baik dari kader internal partai maupun masyarakat non-partai. Sistem dukung ini menjadi modal sosial yang sangat berharga untuk memulai kepemimpinannya.
Di tengah berbagai tantangan politik PDIP kontemporer, sosok seperti Sulyanati menjadi harapan baru. Ia tergolong sosok yang mengayomi berbagai kalangan sosial-ekonomi masyarakat, ia memiliki potensi untuk memperluas basis dukungan PDIP di Kota Banjar.
PDIP Kota Banjar tidak kekurangan kader terbaiknya. Sulya adalah kader ideologis yang tidak hanya memiliki visi jelas, tetapi juga rekam jejak yang meyakinkan dan legitimasi yang kuat.
Sulyanati, sebagai pelaku sejarah pembentukan Kota Banjar dan kader PDIP sejak lama, menawarkan kombinasi pengalaman, integritas, dan energi yang kini aktual untuk membawa partai menuju era kemenangan baru di Kota Banjar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |