Membaca Lembaran Bung Hasto Kristiyanto

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lewat lembaran-lembaran kalender, hingga saat ini, 7 Juli 2023, kita sampai pada jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa depan Bung Hasto Kristiyanto. Selamat ulang tahun Bung!
Hari ini, 57 tahun lalu, adalah kanvas putih bagi Bung Hasto. Sebuah kanvas di mana ia bisa melukis kembali potret diri sembari menjalankan kuas takdir dari yang Kuasa.
Advertisement
Saya mengenal Bung Hasto sejak lama. Sekjen PDI Perjuangan ini memiliki nama lengkap Dr Ir Hasto Kristiyanto MM. Saat menjadi jurnalis di Jawa Pos sejak 1998 silam, pernah ngepos di politik juga, beberapa kali berkomunikasi dengan Bung Hasto. Sekira tahun 2002.
Tahun itu Bung Hasto punya tugas kemediaan. Sebagai wasekjen PDI Perjuangan. Kalau tidak salah bidang 2. Urusan media massa.
Maka jujugan jurnalis pun ke Bung Hasto. Asyik orangnya. Low profil. Humble. Punya wisdom. Khas orang yang matang di bidang politik.
Maka saya pun mencoba "membaca" sosoknya. Sebisa heksa indera bekerja. Meski saya pun menyadari tidak akan habis membaca seorang Bung Hasto dengan segala kehebatannya.
Kehidupan dan karya Bung Hasto bukanlah sebuah cerita yang sederhana. Ia adalah kumpulan petikan-petikan kata dan langkah yang terjalin bersama membentuk irama yang khas. Seperti komposisi simfoni yang megah.
Sebuah harmoni yang terbangun dari perpaduan nada-nada pikiran dan aksi. Mirip dengan Edgar Allan Poe, sang maestro literatur gothik, yang meramu kata dan suasana menjadi sebuah cerita yang begitu memikat dan tak terlupakan.
Orkestra Bung Hasto di Panggung Politik
Menyelami perjalanan Bung Hasto bagaikan berkelana dalam labirin. Terkadang gelap dan misterius. Lalu, terang dan penuh warna.
Namun, setiap tikungan dan belokan dalam labirin itu adalah jejak Bung Hasto yang membawa kita pada kebijakan dan keputusan yang ia ambil. Jika kita mengikuti jejak-jejak tersebut, kita akan menemukan gambaran lebih luas dari pribadi dan visi politik Sekjen PDI Perjuangan ini.
Setiap jejaknya adalah nada dalam simfoni politik dan sosial yang ia mainkan. Setiap langkahnya adalah gerakan dalam dansa kehidupan bangsa ini. Seakan-akan Bung Hasto bukan hanya pemain dalam orkestra politik ini, namun juga konduktor yang mengarahkan irama dan tempo.
Ia adalah penari dan penyair, musisi dan filosof. Semua dalam satu pribadi, Bung Hasto!
Bung Hasto, dalam setiap pilihan dan keputusannya, tampaknya memahami sesuatu yang kita semua perlu belajar: bahwa kehidupan dan politik adalah tentang harmoni, tentang mencari dan menciptakan keseimbangan.
Dan hari ini, di ulang tahunnya, kita merayakan pria yang telah memberikan begitu banyak nada dan harmoni dalam simfoni bangsa ini.
Mungkin, seperti kata-kata terkenal Martin Luther King, "Semua yang kita lihat atau rasakan adalah mimpi dalam mimpi." Bung Hasto telah memilih untuk menari dalam mimpi tersebut.
Bung menulis melodi dan irama takdirnya sendiri. Dia adalah penari dan komposer dalam mimpi ini, lalu membentuk dan membina takdir bangsa. Bersama guru dan mentor utamanya: Megawati Soekarnoputri.
Ada ungkapan terkenal dari Poe, "Aku menjadi gila, dengan panjang periode-periode mengerikan ketika akal sehatku menghilang." Mungkin ada momen-momen ketika Bung Hasto merasa seperti itu, ketika tantangan tampak tak terbatas dan takdir bermain dengan kejam. Namun, ia tetap teguh, berjalan melalui api dan badai dengan keberanian dan tekad yang mengagumkan.
Mungkin inilah yang paling memukau tentang Bung Hasto: kemampuannya untuk tetap teguh dan fokus dalam menghadapi tantangan, sambil tetap memegang teguh prinsip dan nilai-nilainya.
Bung Hasto adalah penari yang melanjutkan tariannya meskipun melodi terasa getir. Bung Hasto adalah pelayar yang tetap mengemudikan kapalnya walaupun badai menerjang.
Esensi Kepemimpinan Bung Hasto
Dalam kegelapan, Bung Hasto menjadi cahaya. Dalam hiruk pikuk, ia menjadi suara yang jernih. Dalam kaos, ia menjadi simfoni. Dalam perubahan dan ketidakpastian, ia menjadi pilar stabilitas dan harapan.
Mungkin inilah esensi dari kepemimpinan Bung Hasto, dan mungkin juga inilah sebabnya mengapa kita merayakannya hari ini.
Melihat perjalanan Bung Hasto hingga saat ini, kita teringat pada kata-kata lain dari Rumi: "Aku mimpikan hari-hari yang tak terhingga dari masa lalu." Mungkin Bung Hasto juga melihat ke belakang dan merenung tentang apa yang telah ia capai. Namun, yang pasti, ia tidak berhenti di sana.
Seperti halnya Rumi, yang menulis cerita-cerita yang bertahan melampaui zamannya, Bung Hasto juga melanjutkan perjuangannya, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini.
Selamat ulang tahun, Bung Hasto Kristiyanto. Teruslah menari dengan takdir, menciptakan harmoni dalam simfoni kehidupan ini. Teruslah menjadi pelayar yang membawa kita melintasi badai menuju cahaya. Bung adalah penari dan penyair, musisi dan komposer dalam sinfonia kehidupan politik di Indonesia hari ini. Dan hari ini, kita merayakan melodi yang telah Sampean ciptakan.
Dalam setiap langkah dan irama, dalam setiap nota dan harmoni, dalam setiap tantangan dan kemenangan, kita lihat refleksi diri Bung Hasto. Dan dalam refleksi itu, kita melihat cahaya dan harapan. Terima kasih Bung Hasto, karena telah menjadi penerang dalam kegelapan, menjadi simfoni dalam kaos, menjadi pilar di tengah badai. Selamat ulang tahun, dan semoga Bung terus menari dengan takdir, menciptakan harmoni dalam kehidupan bangsa ini. (khoirul anwar)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Sudarmadji |
Publisher | : Rifky Rezfany |