Positive News from Indonesia

Hijrah dan Teknologi: Simbiosis Menuju Kebaikan

Selasa, 18 Juli 2023 - 06:14 | 122.59k
Subscribe TIMES TV KLIK
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hijrah, kata yang menggema dari lembah Arab. Artinya perpindahan atau migrasi. Namun, di dalam sendi-sejuta makna, hijrah bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan sebuah fenomena. 

Ia adalah simbol perubahan. Transisi dari kegelapan ke cahaya, dari ketidakadilan ke keadilan, dari kesesatan ke kebenaran, dan... seterusnya.

Advertisement

Peristiwa bersejarah perpindahan Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabat beliau dari Makkah ke Madinah telah menggoreskan tinta emas pada lembaran sejarah umat manusia. Namun, hijrah jauh lebih dalam dari itu. Hijrah adalah esensi perubahan, cerminan perjalanan setiap individu dalam menggapai versi terbaik dari dirinya.

Ibnu 'Ataillah al-Iskandari, mengungkapkan; "Jangan Anda lihat sejauh mana jarak Anda telah berjalan, tetapi lihatlah seberapa jauh Anda telah meninggalkan kebiasaan buruk Anda." 

Kita dapat melihat hijrah sebagai refleksi atas perubahan positif dan upaya terus-menerus untuk membuang belenggu-belenggu negatif yang menghambat kita.

Hijrah dan Teknologi: Menyibak Tirai Baru

Dalam kancah dunia modern yang dipenuhi teknologi, hijrah telah menemukan wujudnya yang baru. Perkembangan teknologi, seakan menyibak tirai baru untuk umat manusia. Memungkinkan konsep hijrah berkembang seiring dengan evolusi zaman.

Teknologi bukanlah sekadar alat yang mendorong konsumerisme, tetapi juga menjadi wasilah untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Umat Islam, dengan tekad bulat, dapat memutuskan untuk meninggalkan media sosial yang mempromosikan kebencian dan perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam, serta beralih ke platform yang mendukung kehidupan spiritual mereka.

Mengingat kata-kata bijak dari Al-Jahiz, "Manusia tidak dapat menghindari perubahan, sebagaimana api tidak dapat menghindari membakar."

Teknologi, dengan segala kemudahan dan tantangannya, adalah api zaman ini. Hijrah dalam konteks ini, adalah keterampilan untuk menjinakkan api tersebut, memanfaatkannya untuk kebaikan bukan keburukan.

Cerminan Filosofi Hidup

Para tokoh Muslim telah melukis makna hijrah dalam kanvas pikiran mereka. Imam Ali bin Abi Thalib, melalui hikmahnya, menyeru; "Orang yang paling berani adalah orang yang bisa mengalahkan dirinya sendiri." 

Inilah esensi hijrah, pertarungan melawan diri sendiri. Melawan nafsu dan kebiasaan buruk.

Syekh Hamza Yusuf, menghias kalimat dengan kata-kata indah. "Perjalanan menuju Allah itu dimulai dengan satu langkah." Ini bukan hanya menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari langkah pertama. nlNamun juga merujuk pada konsep filosofis bahwa setiap perjalanan besar dimulai dengan langkah kecil.

Seiring hijrahnya waktu, saat 1 Muharram kembali menyapa. Kita semua dipanggil untuk merenungkan makna hijrah dalam hidup kita.

Seperti nasihat Al-Ghazali, "Hijrah sejati adalah ketika seseorang meninggalkan apa yang tidak disukai oleh Allah." Dengan demikian, hijrah adalah upaya untuk meninggalkan kebiasaan buruk, pikiran negatif, dan tindakan yang tidak bermoral, mencari kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna.

Jadi, marilah kita menyambut Tahun Baru Hijriah ini dengan hati yang penuh harapan, semangat yang membara, dan niat yang tulus untuk menjadi lebih baik. 

Selamat Tahun Baru Hijriah, mari kita berhijrah menuju versi terbaik dari diri kita. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES