Sinergi dalam Kebersamaan: GKJW, Warga, TNI, dan Polri dalam Kebhinnekaan yang Ika
TIMESINDONESIA, MALANG – Balai Wiyata, Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Kota Malang, Jawa Timur. Kompleks bangunan yang menjadi pusat Keuskupan Agung GKJW ini sangat ramai. Setidaknya dalam seminggu terakhir. Tepatnya 9-17 Agustus 2023.
Internalisasi Rasa Syukur
Suasana itu tentu beda dengan hari-hari biasanya. Pusat kendali GKJW se-Indonesia ini seperti menjadi simbol bersama bahwa kebersamaan, pluralisme, hidup tanpa sekat primordial, dan kesatuan persatuan itu wujud simbolik yang nyata.
Advertisement
"Ini bentuk harmonisasi dan toleransi antar umat beragama yang diwujudkan dalam rasa syukur kita bahwa bangsa ini telah merdeka selama 78 tahun. Wujud syukur inilah yang harus kita internalisasi ke dalam diri kita semua sebagai warga bangsa," kata Pdt. Natael Hermawan Prianto, Ketua Majelis Agung GKJW, dalam perbincangan dengan TIMES Indonesia.
Apa yang diisyaratkan dalam kata Pdt Natael itulah yang menjadi inspirasi gelaran "Bahagia Bersama" peringatan HUT Ke-78 RI di GKJW.
GKJW tidak sendiri. Untuk makin menunjukkan kebhinnekaan yang ika, berbagai unsur terlibat. Ada TNI, Polri, OKP, media, dan tentu masyarakat.
Ada dari Kodim 0833 Kota Malang, Polresta Malang, PCNU Kota Malang, GM FKPPI, media TIMES Indonesia, Gusdurian, dan seluruh masyarakat sekitar gereja. Dan tentu, jamaah GKJW yang datang bergantian dari gereja GKJW se-Malang Raya.
"Ini semua adalah wujud sinergi dalam kebersamaan. Bahagia bersama sebagai bentuk rasa syukur untuk Indonesia itu," ucap Pendeta Natael.
"Pada 17 Agustus nanti, semua akan ikut upacara di sini setelah seminggu bergembira dengan berbagai lomba dan hadiah," tambah Pendeta Natael.
Harmoni dan Keindahan
Salah satu lomba yang digelar adalah lomba tradisional. Ada lomba balap bakiak, lomba makan krupuk, dan lain sebagainya.
TNI, Polri, tokoh agama dan masyarakat berbaur di situ. Tak ada sekat dan jarak. Semuanya menjadi satu. Indonesia!
"Inilah harmoni. Sesuatu yang aslinya sudah indah, di sini menjadi semakin indah," ucap Dandim 0833 Kota Malang Letkol Heru Wibowo yang hadir dalam pembukaan acara.
"Suasana ini yang dinanti-nanti para founding fathers bangsa. Suasana damai, sejuk, penuh harmoni dan keindahan. Gus Dur, bapak bangsa dan tokoh pluralisme, mencintai suasana seperti ini," tambah Wakil Ketua PCNU Kota Malang H Khoirul Anwar.
Tampak hadir juga ketua DPRD, wakil ketua PCNU Kota Malang, para Babinsa dan Bhabinkamtibmas, Kapolsek dan Danramil, serta para pendeta GKJW. Ratusan warga pun berbaur menjadi satu.
Mereka berkumpul dalam harmoni. Merayakan hidup tanpa sekat dan batas. Untuk Indonesia tercinta!
Pelukis Simfoni Kota Malang
Dekapan angin membawa suara tawa, sorak sorai, dan nyanyian yang bersahut-sahutan. Semua berjoget bersama, makan bersama, menyatu dalam satu jiwa keindonesiaan.
Anak-anak dengan wajah berseri, orang tua yang bergembira, generasi muda yang mengiringi. Semua menjadi simfoni kebahagiaan.
Setiap gerakan lomba, setiap nyanyian, dan setiap senyuman adalah kuas yang melukis kanvas harmoni. Keanekaragaman budaya menjadi catatan biru dalam palet perayaan.
Mulai dari tiap gerakan lomba, nyanyian lokal, hingga kuliner Nusantara, semua tersaji dengan gairah. Bahagia bersama!
Di tengah lomba, masyarakat menjadi aktor penting. Berinteraksi dengan anggota TNI dan Polri. Berdialog dengan pemimpin GKJW.
Setiap sentuhan tangan, setiap pandangan mata, setiap kata yang diucapkan menyiratkan kedekatan emosional yang mendalam.
Jembatan Inklusivitas dan Kesatuan
Pemuda menjadi jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka berkolaborasi dalam kegiatan sosial dan budaya, menegaskan kembali kata-kata Bung Karno, "Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia."
Inilah nyanyian harapan. Melodi masa depan yang lebih cerah.
GKJW dan NU menonjol sebagai pelopor dialog antar-agama. Menampilkan bagaimana umat beragama hidup berdampingan, menciptakan kanvas harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah puisi nyata tentang perdamaian, syair tentang kebersamaan.
TNI dan Polri, tak hanya sebagai pelindung tetapi juga sebagai saudara. Mereka berbagi cerita, bersama-sama merayakan keberhasilan bangsa. Membentuk ikatan persaudaraan yang otentik. Ini adalah gubahan emosi yang mengalir, melodi cinta kepada tanah air.
"Perayaan ini menjadi refleksi dari Indonesia yang inklusif, bersatu, dan damai. Setiap elemen bangsa berkontribusi dan merasakan bahwa mereka adalah bagian dari Indonesia yang lebih besar," kata Waketum GM FKPPI Ir R. Agoes Soerjanto MT, yang hadir dalam acara itu.
"Seperti kata Bung Karno; "Kita harus bersatu, atau kita akan terpecah belah dan jatuh satu per satu."," sambungnya.
Perayaan HUT RI ke-78 bukan sekadar perayaan, tetapi manifestasi dari persaudaraan, kebersamaan, solidaritas. Melalui tarian, nyanyian, senyuman, dan tawa, kita menyadari bahwa kita adalah satu, tak ada sekat, tak ada batas.
Ini adalah kode untuk Indonesia tercinta. Bangsa yang kita cintai, yang kita banggakan. Semua menjadi simfoni, orkestra, puisi, lukisan, dan syair untuk Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |