Positive News from Indonesia

Kunjungan Haru Dandim Lamongan ke Purnawirawan TNI AD Moestari

Kamis, 17 Agustus 2023 - 21:03 | 117.96k
Dandim Lamongan Ledkol Arm Ketut Wira Purbawan saat menemui Purn TNI AD Moestari. (FOTO: Sarifah Latowa/TIMES Indonesia)
Dandim Lamongan Ledkol Arm Ketut Wira Purbawan saat menemui Purn TNI AD Moestari. (FOTO: Sarifah Latowa/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Suatu siang, Senin, 14 Agustus 2023 pejuang berusia 85 tahun Purnawirawan TNI AD Moestari sedang duduk membelakangi kasur tidurnya yang sudah lusuh di bilik berukuran 3,4 meter. Dirinya tak menyangka hari ini akan kedatangan orang spesial yang akan mengubah hening menjadi sebuah kisah.

Tiba-tiba, bayangan seorang perwira muncul di pintu. Dandim Lamongan Ledkol Arm Ketut Wira Purbawan, dengan setia dan penuh penghormatan, hadir untuk memberikan penghormatan dan apresiasi.

Advertisement

Arm-Ketut-Wira-Purbawan-2.jpg

Dalam posisi duduk pada bangku sambil memegang tongkat di dalam biliknya, Moestari pun membalas hormat kepada Dandim.

Dengan lembut dan penuh hormat, Dandim Lamongan, memberikan bantuan sembako dan sejumlah uang dari Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf  ke tangan Moestari.

Adegan itu menggambarkan kedalaman rasa hormat dan penghargaan yang dimiliki oleh generasi yang lebih muda bagi mereka yang telah berkorban untuk negara di masa lalu.

Arm-Ketut-Wira-Purbawan-3.jpg

Harapan dan emosi bercampur aduk menjadi satu ketika Dandim menyerahkan tali asih dari Pangdam. Penerimaan bantuan ini sangat berarti bagi Moestari, bukan karena nilai finansialnya, tetapi juga sebagai simbol penghargaan.

“Ini ada sedikit titipan dari Panglima Kodam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf untuk bapak. Ia memberikan ini sebagai bentuk penghargaan,” ujarnya.

Air mata Moestari pun tumpah. Ia tak bisa menahan rasa haru. Inkarnasi keberanian dan ketangguhan, seringkali terlupakan oleh masyarakat, hari ini merasa dihargai.

Dalam kunjungannya, Dandim mengajak pria yang tinggal di RT 02/RW 03 Ndapur Tengah, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan itu berbincang.

Dengan rasa haru dan air mata berlinang, Moestari berbincang dengan sesekali memegang bahu sang Dandim.

“Saya menangis bukan berarti saya sedih, saya menangis karena saya terharu. Baru kali ini saya diberi tali asih dari seorang Pangdam V Brawijaya dan baru kali ini juga saya dikunjungi Dandim Lamongan selama saya pensiun. Ini suatu kehormatan bagi saya,” ujarnya lirih.

Dandim juga menanyakan kesehatan, dan membahas sedikit perjuangan Moestari pada masa lalu.

Selama berpuluh-puluh tahun, Moestari telah mengabdi pada negara ini, bertempur untuk kebebasan dan kedaulatan. Namun, tidak pernah dalam hidupnya ia menduga bahwa penghormatan yang begitu menyentuh hati ini akan datang dari kunjungan yang tidak terduga.

Kedatangan Dandim Lamongan bukan hanya menyentak Moestari, tetapi juga membangkitkan kembali kenangan-kenangan lama yang mungkin telah terkubur dalam-dalam.

Dalam suasana haru, air mata Moestari kembali mengalir, membasahi keriput di wajahnya yang telah lama membeku oleh waktu.

Rumah sederhana yang biasanya sepi, siang itu dipenuhi oleh suara hormat dan penghormatan. Dandim Lamongan, dengan penuh kasih sayang dan penghargaan, kembali berbicara pada Moestari.

“Terima kasih, atas apa yang telah anda lakukan untuk negeri ini.”

Moestari hanya bisa mendengarkan dengan mata terpejam, menahan tangis yang semakin deras. Hatinya dipenuhi rasa syukur dan terharu. Ia merasa dihargai, dan bukan hanya oleh seorang Dandim, tetapi oleh Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf.

Siang itu, tiba-tiba semua kenangan dan perjuangan Moestari membanjiri pikirannya. Waktu berlalu cepat dan ia tahu bahwa usianya tidak muda lagi, tetapi hatinya masih muda dan tetap berani.

Inilah kisah Moestari di Lamongan, kisah tentang seorang Purnawirawan TNI AD, air matanya, dan penghargaan yang diberikan oleh Pangdam V Brawijaya takkan terlupakan dan akan selalu menjadi bagian dari sejarah.

Di tempat berbeda, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf mengatakan, pertemuan Dandim Lamongan dengan Moestari adalah perwujudan penghormatan dan penghargaan kita terhadap mereka yang telah banyak berkorban untuk negara ini.

Menurutnya, kisah ini bukan hanya tentang bagaimana emosionalnya pertemuan tersebut, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai bangsa harus memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah berjuang untuk memperjuangkan kedaulatan kita.

Sebagai bagian dari TNI, sambungnya, dirinya memiliki komitmen yang kuat untuk selalu menghormati dan menghargai jasa-jasa mereka.

Mereka merupakan sumber inspirasi bagi kita untuk tetap berdedikasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam menjaga kedaulatan negara.

“Saya berharap, pertemuan seperti ini dapat menjadi contoh bagi generasi muda untuk menghargai dan mengenang jasa mereka yang telah berbuat untuk Negara ini,” ujarnya.

Kisah Moestari adalah sebuah pesan bahwa kita harus terus menghargai dan menjunjung tinggi jasa mereka yang telah berkorban banyak untuk masa depan kita.

Berikut pengalaman tugas Peltu (Purn) Moestari

1) Jakarta Thn 1961-1963. (Pembangunan jembatan Semanggi dan Sarinah)

2) Kalimantan tahun 1963.

5) Irian Barat 1969.

5) Timor Timur tahun 1972.

Selain mengunjungi Moestari, di momen peringatan HUT ke 78 RI, Dandim Lamongan juga berkunjung kepada empat Purn TNI AD lainnya di antaranya Letkol Purn Sutaji (80), Serma Parman (Purn. TNI AD) (82), Koptu Purn Suyadi  (79) dan Kopka Purn Bandiyo (78). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES