In Memoriam KH Chamzawi (1): Mozaik bagi Para Khadimul Ummah

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hari ini 40 hari KH Chamzawi, rois syuriah PCNU Kota Malang, wafat. Banyak kenangan dari para santri, sahabat, kolega, dan teman almarhum. Mereka akan menuliskan in memoriam secara bersambung. Pertama diawali Kiai Robikin Emhas SH MH, Staf Khusus Wakil Presiden RI dan Ketua PBNU 2015-2023.
***
Advertisement
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Kiai Chamzawi Syakur, orang tua, guru, dan teladan kita, telah berpulang, pada Rabu, 16 Agustus 2023, sekira pukul 12.25 WIB.
Seolah merefleksikan potret hidupnya, almarhum meninggal dunia dengan cara yang bersahaja. Wafat dalam penanganan medis cukup singkat, di Poliklinik UIN Maliki Malang, di almamater tercintanya, dimana 40 tahun lebih beliau berkhidmat.
Kepergian Kiai Chamzawi pada Rabu Wage, 29 Muharam 1445, cukup mengejutkan. Pengasuh Ma’had Aly UIN Maliki Malang ini, pagi di hari yang sama, masih mengisi pengajian kitab rutin di sebuah Majlis Ta’lim, di kawasan Jagalan, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Sepulang ngaji di Jagalan, beliau menuju Kantor MUI Kota Malang untuk suatu agenda rapat yang sudah terjadwal. Namun tak sampai kelar kegiatan rapat di Kantor MUI, kiai merasa kurang enak badan, lantas berpamitan pulang. Tak dinyana, inilah pamitan terakhir kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini sebelum kembali ke Haribaan Ilahi. Karena itu saya meyakini kepergian beliau dalam keadaan fii sabilillah.
Sosok seperti Kiai Chamzawi di era revolusi industri seperti saat ini jarang kita temukan. Merangkum berbagai kesaksian baik dari para santri, sahabat, dan kerabat almarhum, ada tiga legacy beliau yang saya rasa cukup adiluhung untuk dianut dan teladani.
Tahadduts bin ni’mah
Warisan pertama, adalah menyangkut kesederhanaan hidupnya. Sejak lulus sarjana lengkap dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang dan kemudian mengabdi hingga diterima sebagai dosen tetap di kampus yang sama pada 1984, Kiai Chamzawi menempati rumah dinas tipe 45. Di rumah tinggal sederhana yang letaknya tak jauh dari Masjid Tarbiyah UIN Maliki Malang inilah Kiai Chamzawi berdomisili hingga akhir hayatnya.
Pada tahu 2016, seiring purna bhakti beliau sebagai abdi negara, Kiai Chamzawi secara resmi mohon izin untuk undur diri dari lingkungan kampus. Termasuk untuk meninggalkan rumah dinas yang sudah bukan lagi menjadi haknya. Namun pihak kampus tidak memperkenankan dan memohon agar tetap berkenan menjadi Pengasuh Ma’had Aly UIN Maliki Malang.
Warisan kedua, yang juga masih berkelindan dengan keserhanaan hidup Kiai Chamzawi, adalah menyangkut ketawadlu’annya dalam bersikap. Mengetahui permohonannya untuk meninggalkan lingkungan kampus ditolak oleh civitas, Pengasuh Ma’had Aly UIN Maliki Malang ini hanya meresponnya dengan seuntai senyum penuh ketundukan, dan sam’an wa tho’atan. Meskipun sesungguhnya sebagai manusia biasa, jauh dilubuk hati sudah terbayang rencana-rencana indah untuk dapat menikmati masa pensiun yang lebih berkualitas bersama anak-cucu dan keluarga tercinta.
Saya sungguh sependapat dengan kesaksian sahabat dan kolega lainnya yang melihat sosok Kiai Chamzawi sebagai pribadi yang selalu rendah hati, tidak jumawa pada jabatan dan zahid.
Dari santri, rekan sesama dosen, para sejawat di NU, hingga keluarga terdekatnya di rumah menyampaikan kesaksian yang sama. Sangat jarang dan bahkan tidak pernah melihat Kiai Chamzawi dalam keadaan marah. Sepelik apapun situasi, nada suaranya tetap lembut meneduhkan.
Pengakuan Nyai Sri Wahyuni, istri almarhum, sepanjang pernikahan dengan Kiai Chamzawi ia tidak pernah sekalipun mendapatkan kata-kata kasar. Apalagi amarah. Saking kalemnya keseharian sang suami, sampai-sampai anak-anaknya pun tak cukup punya keberanian, bukan karena takut, tapi sungkan untuk sekedar mengutarakan keinginan terkait sesuatu.
Dan warisan ketiga, yang saya kira mudah diucapkan tetapi tak gampang ditiru, adalah menyangkut keikhlasannya dalam berkhidmat. Bab ikhlas ini rahasia Allah, yang bahkan malaikat pun tidak mengerti.
Menurut beberapa kolega terdekatnya, dunia perkhidmatan kemasyarakatan sudah dimulai Kiai Chamzawi sejak mahasiswa. Kegiatan merintis majis ta’lim senyampang menghidupkan musholla-musholla kampung di sekitar IAIN Malang, adalah kegiatan ekstra beliau diluar kuliah.
Ala kulli hal, kehadiran Kiai Chamzawi di tengah masyarakat lapis paling bawah itu terus dijalaninya hingga akhir hayat. Meski dengan kesibukannya yang kian padat dengan beberapa jabatan fungsionalnya yang makin tinggi, tak mengubah sedikitpun sikap dan pembawaannya. Kiai Chamzawi adalah Kiai Chamzawi, yang tanpa jarak, tanpa prosedur, alih-alih protokoler.
Sebagai pimpinan tertinggi Ormas di Kota Malang, Kiai Chamzawi konon sempat diserahi kondaraan operasional untuk mobilitas sehari-hari. Namun merasa sudah cukup dengan Avanza coklat, kendaraan pribadi yang ia miiliki, beliau memilih tidak menggunakannya.
Walhasil, kultur kota Malang dengan segenap kemewahannya yang terus beranjak metropolis tidak mengubah sama sekali kepribadian Kiai Chamzawi. Beliau tetaplah sosok yang apa adanya. Selalu merasa cukup dengan apa yang ada. Sosok yang menempatkan kedudukan dan jabatan semata-mata sebagai amanah.
Kesederhanaan hidup, ketawadlu’an dalam bersikap, dan keikhlasan dalam berkhidmat sebagaimana melekat dalam diri Kiai Chamzawi, tentu tidak lahir begitu saja. Husnudzon saya, sedikit banyak juga berkah sentuhan dari kedua orang tua dan para guru-guru beliau. Termasuk sudah barang tentu sentuhan dari para masyayikh Lirboyo Kediri dan Gading Pesantren Malang, dua tempat dimana beliau sempat menimba ilmu.
Kesederhanaan Kiai Chamzawi yang tidak silau dengan kemewahan dan gaya hidup modern, serta ketulus-ikhlasan beliau dalam menjalankan tugas-tugas keumatan, sebagai sebuah jalan hidup, kini telah tunai sudah. Doa kami, kiranya “tarekat” Kiai Chamzawi ini dapat menjadi panutan bagi para pejuang fii sabilillah, menjadi mozaik bagi para khadimul ummah. (*)
* Penulis adalah Staf Khusus Wakil Presiden RI dan Ketua PBNU 2015-2023
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |