Peristiwa Daerah

Tokoh KAHMI Malang Bicara tentang Pemimpin, Ini Pendapat Mereka

Minggu, 08 Juli 2018 - 14:55 | 101.41k
Prof Muhadjir Effendy (kiri) bercengkrama dengan Prof Mukti Fadjar, mantan hakim konstitusi. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
Prof Muhadjir Effendy (kiri) bercengkrama dengan Prof Mukti Fadjar, mantan hakim konstitusi. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGMendikbud RI Prof Dr Muhadjir Effendy dan Rektor UB Malang Prof Dr Nuhfil Hanani memberi tausiyah kebangsaan di hadapan ratusan KAHMI Malang. Kedua tokoh pendidikan ini bicara tentang pemimpin dan bagaimana memimpin dalam halal bihalal KAHMI di Graha Insan Cita (GIC) Jl Soekarno Hatta Kota Malang, Jatim, Minggu (8/7/2018). 

Baik Prof Nuhfil maupun Prof Muhadjir banyak cerita pengalaman pribadi bagaimana menjadi pemimpin di institusinya. Keduanya seakan sepakat bahwa memimpin itu adalah ibadah. 

Advertisement

BACA JUGA: Halal Bihalal KAHMI Malang Bertabur Tokoh Nasional

Prof Nuhfil menyampaikan, setelah sekian lama bergelut di proses menjadi pemimpin, baik di tingkat fakultas maupun universitas di Universitas Brawijaya (UB), hal yang paking substansial adalah ibadah.

Prof-Dr-Erani-Yustika.jpgStaf Khusus Presiden RI Prof Dr Erani Yustika. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES indonesia)

"Sederhana saja. Ketika belum menjadi pemimpin kebanyakan rajin ibadah dan tahajud. Tapi setelah jadi, lambat laun ibadahnya berkurang, tahajudnya hilang. Alasannya macem-macem, termasuk sibuk rapat atau lembur sampai malam. Tahajudnya lepas. Kebanyakan kan seperti itu?," ucap Nuhfil yang disambut tawa hadirin.

Padahal sejatinya memimpin itu harus menjadi ibadah. Sehingga bisa menambah ibadah yang sebelumnya dijalani dengan istiqamah. 

Seperti halnya peaan Rasulullah, pemimpin itu harus punya sifat siddiq (jujur), fathonah (cerdas), amanah (amanah), dan tabligh (menyampaikan/menyerap aspirasi).

"Semuanya sudah diberitahu caranya oleh Rasulullah. Tinggal kita melaksanakan saja. Secara rutin dan istiqamah," tuturnya.

Khusus yang tabligh ini, sambung Nuhfil, pemimpin harus bisa menyerap dan menyampaikan aspirasi. Siapa saja. Bukan hanya pada pendukungnya saja. Artinya, saat jadi pemimpin, sudah bukam lagi memimpin satu golongan, tapi memimpin banyak kelompok dan golongan yang beragam.

Prof-Muhadjir-Effendy.jpgMendikbud Prof Muhadjir Effendy MAP. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES indonesia)

Nuhfil juga menuturkan, hal-hal yang sederhana dan kecil harus terus dilakukan. Tidak melulu pada yang besar saja. "Ilmu yang biasa-biasa saja asalkan rutin dijalankan itu bagus. Termasuk melakukan hal yang kecil-kecil dengan istikomah, itu penting," ucapnya.

Sementara Prof Muhadjir menyampaikan bahwa berelasi dan berteman sebagai untuk memperkuat aset seorang pemimpin itu sangat perlu. Ia menceritakan bagaimana awal mula menjadi Mendikbud RI. 

Awalnya banyak yang meragukan. Tapi karena banyak relasi yang terbangun sebelumnya, khususnya di KAHMI, akhirnya bisa melewati dengan lancar dan mudah.

"Termasuk saat berhadapan dengan DPR. Ceritanya serem sekali saat menteri dipanggil DPR. Harus ini itu. Tapi karena teman saya banyak di DPR, seperti Pak Ridwan Hisyam ini, akhirnya semua lancar. Tidak seserem yang diceritakan," ungkap Muhadjir yang didambut tawa hadirin.

Di sisi lain, sambung dia, pemimpin tidak perlu merespons berlebihan dengan isu-isu yang berkembang. Karena semuanya belum tentu benar. Bahkan bisa jadi banyak salahnya.

Mantan rektor UMM ini lantas mencontohkan soal istilah partai Allah dan partai setan. "Sebagai pemimpin dak usah berlebihan menanggapinya. Tidak perlu ribut-ribut. Toh di (pilkada) Jatim partai setan dan partai Allah bisa bersatu. Kenapa harus ribut?" ucapnya yang lagi-lagi disambut applaus hadirin.

Nuhfil-Hanani.jpgRektor UB Prof Dr Nuhfil Hanani. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES indonesia)

Karenanya, Muhadjir berharap agar menjadi pemimpin itu tenang-tenang saja menyikapi isu. "Wes sak madyo ae-lah. Tengah-tengah saja. Tenang-tenang saja," tutur Muhadjir.

Selain Prof Muhadjir Effendy dan Prof Nuhfil Hanani, halal bihalal KAHMI Malang itu juga dihadiri Stafsus Presiden RI Prof Dr Erani Yustika, politisi Ridwan Hisyam, mantan hakim konstitusi Prof Mukti Fadjar, Rektor Unira Malang Dr Hasan Abadi, Plt Wali Kota Malang Sutiaji, kepala BPJS Malang, wakil walikota terpilih Sofyan Edi Jarwoko, serta sejumlah tokoh sipil lainnya. Acara yang dihelat di Graha Insan Cita (GIC) Jl Soekarno Hatta Kota Malang, Jatim, diakhiri dengan ramah tamah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES