Gaya Hidup

Rumah Budaya Indonesia di Berlin Gelar Saresehan dan Pameran Keris

Rabu, 29 Mei 2019 - 18:04 | 149.12k
Kai Witte Ahli di bidang senjata historis (Foto: Istimewa)
Kai Witte Ahli di bidang senjata historis (Foto: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BERLINRumah Budaya Indonesia atau Haus der Indonesischen Kulturen di Berlin pada Minggu pagi (26/5/2019) telah dipadati oleh seratusan pengunjung yang mayoritas orang Jerman. Hari ini, rumah budaya tersebut menyelenggarakan acara Sarasehan yang mengangkat tema “Keris” dan Pembukaan Pameran Keris.

Acara dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin, Dr. Ahmad Saufi.

Advertisement

Adalah Kai Witte, seorang Jerman yang sangat menguasai pengetahuan tentang keris, didaulat menjadi pembicara pada acara sarasehan. Pria yang berasal dari kota Tübingen ini merupakan seorang kolektor barang-barang antik dan pakar di bidang senjata historis seperti keris. 

Di dalam presentasinya yang berjudul „Der Kris. Ikonographie und Symbolik eines Kulturschatzes“ (Keris. Sebuah ikon dan simbol warisan budaya) ia memaparkan tentang asal, sejarah, dan fungsi sosial keris. 

Audiens diajaknya untuk menelusuri sejarah Indonesia. Witte menyebutkan bahwa pada relief Candi Prambanan yang sudah eksis di sekitar abad kesepuluh, senjata asimetris ini sudah bisa ditemukan. Begitu halnya di Candi Panataran yang berlokasi di Blitar, Jawa Timur, pada reliefnya terdapat keris sebagai senjata di masa itu.

rumah-budya-indonesia-berlin-2.jpgPara pengunjung pameran keris di Berlin (Foto: Istimewa)

Sebagai seorang ahli Biologi, Kai Witte awalnya begitu tertarik dengan pesona alam Indonesia. Ia mengaku setelah sering melakukan perjalanan ke berbagai negara di Asia, ia banyak bertemu dan berkenalan dengan penduduk di negara tersebut. Dari sana kemudian muncul ketertarikannya terhadap budaya yang begitu beragam, salah satunya mengenai keris yang berkembang di Nusantara. 

Witte menyebut ia memiliki banyak koleksi keris di rumahnya. Ia banyak melakukan penelitian terhadap benda berbau mistis ini. Adapun keris-keris yang dimilikinya ia dapati dari para pemilik yang tinggal di kawasan Eropa, seperti Belanda. Tak jarang ia membeli benda-benda bernilai tinggi dan sudah berusia seratus bahkan dua ratus tahun tersebut di pasar loak atau di toko online bernama ebay. 

Di Eropa, keris-keris yang sudah berumur ratusan tahun ini dapat bertahan lama. Alasannya, menurut Witte, karena iklim Eropa yang tidak membuat pegangan keris cepat lapuk. Selain itu, situasi politik juga memengaruhi eksistensi dari keris di dalam negeri.

Beberapa koleksi keris milik Dr. Ing. Peter Sternagel dapat dijumpai juga pada pameran. Dr. Sternagel memperoleh keris-keris tersebut semasa ia bekerja di Pusat Kebudayaan Jerman Goethe-Institut di Jakarta dan Bandung pada tahun 1970-an. 

Pameran dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai berbagai bentuk dan gaya serta tempat asal dari keris kepada pengunjung. Dr. Sternagel pada acara pembukaan pameran memaparkan kepada para pengunjung bagaimana ia memperoleh sekian banyak keris tersebut dan menyebut keris kesukaannya.

Selain itu, di venue pameran para pengunjung dapat mengamati foto pandai besi pada saat membuat keris dari bentuk besi hingga menjadi keris. Foto-foto tersebut diabadikan oleh pakar tradisi pisau Asia Tenggara, Dr. med. Achim Weihrauch.

Acara pameran di Rumah Budaya Indonesia ini dimeriahkan juga dengan pagelaran musik gamelan Jawa Puspa Kencana dan Lindhu Raras. Pameran keris ini didukung IFICAH (International Foundation of Indonesian Culture and Asian Heritage) dan akan berlangsung hingga hari Kamis (30/5/2019) di Berlin. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES