Kecamatan Tegaldlimo Mulai Sulit Air, BPBD Sebut Masuk Wilayah Rawan Kekeringan
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Petani di Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur mulai kesulitan mengaliri air di persawahan. Hal tersebut imbas dari menurunnya intensitas hujan yang sudah jarang turun di Banyuwangi.
"Di wilayah kami, Desa Wringinpitu ada sekitar 600 hektare lahan persawahan yang sulit mengaliri air. Embung penampung air yang dibangun sudah mulai menipis airnya. Embung itu pun hanya cukup untuk 70-90 hektare. Sisanya dari air sumur bor, tapi itu pun terbatas," ungkap Kepala Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, Budi Purnomo.
Menurut Budi, meski sulit ia tetap mengupayakan agar aliran irigasi persawahan para petani tetap berjalan lancar agar petani tetap bisa melakukan aktivitas sepert biasa.
"Kami masih membangun 1 embung lagi, tapi masih dalam proses, mudah-mudahan tahun depan bisa rampung," ujar Budi.
Menanggapi hal tersebut, Badan Penanganggulan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi mengaku Kecamatan Tegaldlimo memang masuk dalam wilayah rawan kekekeringan.
“Selain Tegaldlimo, kecamatan yang rawan kekeringan dengan kondisi memprihatinkan adalah Wongsorejo,” terang Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, Eka Muharram, Selasa (25/6/2019
Eka menyebut berdasarkan data tahun 2018, ada 8 kecamatan yang perlu diwaspadai akibat musim kemarau panjang. Yakni Kecamatan Wongsorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Tegalsari, dan Muncar. Namun pada 2019 ini ada tambahan Kecamatan Singojuruh. Pipa saluran air rusak karena terkena banjir bandang tahun lalu. “Kemarin kita koordinasi dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Banyuwangi, bahwa puncak kemarau panjang diprediksi terjadi pada bulan Agustus higga September 2019,” tutur Eka. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Banyuwangi |