Peristiwa Daerah

Arsitek Indonesia Kelas Dunia Ungkap Tujuh Aspek Penting Membangun Ibukota Negara Baru

Sabtu, 17 Agustus 2019 - 09:39 | 150.15k
Faldo Andreo Honggowidjojo, Jumat (16/8/2019). (Foto: Istimewa)
Faldo Andreo Honggowidjojo, Jumat (16/8/2019). (Foto: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Spekulasi kemungkinan lokasi Ibukota Negara yang baru untuk Indonesia menjadi pembahasan para pakar. Faldo Andreo Honggowidjojo, arsitektur muda Indonesia asal Surabaya kelas dunia, mencoba membahas tujuh aspek penting dalam membangun ibu kota baru

Menurut Faldo, dibutuhkan lebih dari para arsitek untuk merancang sebuah pengembangan ibukota. Akan tetapi, dalam sebuah pembangunan secara dasar membutuhkan profesi dari masing-masing tenaga ahli. 

Advertisement

Seperti Insinyur Sipil, Geodesist, Photogrammetrist, Ahli MEP (dalam perancangan mekanika, listrik dan perpipaan), Properti Development Analyst (merancang studi kelayakan serta data arsitektur), Desainer Interior, Urban Planner (Insinyur Tata Kota/ Arsitek Lansekap) dan profesi-profesi lainnya yang juga dibutuhkan untuk keahlian tertentu.

Singkatnya, pembangunan sebuah kota atau ibukota sebenarnya memiliki dasar agenda yang sama dengan mengembangkan sebuah lahan pengembangan properti baru secara peran dan kebutuhannya. 

“Namun, dengan keperluan-keperluan khusus dalam penunjangan tugas negara, perancang perlu membenamkan beberapa poin penting lebih dalam pada aspek yang menjadi prioritas,” terang pria yang telah mengantongi segudang penghargaan luar negeri seperti, Award Winner (Italy 2019) in Architecture, Building & Structure Design. Design Consultant (Property Development, Architecture & Interior) Top 10 Designer in Indonesia (WDR 2019) ini, Jumat (16/8/2019).

Sementara tujuh aspek penting yang dapat menjadi perhatian khusus dalam sebuah perancangan ibukota baru pada agenda arsitektur tersebut adalah Space Zoning Plan, sebuah ilmu pemetaan wilayah berdasarkan ruang dan zona dalam sebuah dasar perancangan. Pemetaan tersebut berlaku secara 2-dimensi (denah) atau 3-d (ruang, struktur dan topography secara hierarchy). 

“Dalam hal ini, perancangan sebuah ibukota baru tentu membutuhkan zonasi wilayah yang mencakup gedung-gedung inti (pemerintahan) dan gedung-gedung pendukung (fasilitas),” tandasnya.

Fungsi setiap gedung tersebut demi menciptakan alur yang baik dalam ritme kerja, koneksi dan kesinambungan antara gedung (dan departemen). 

Bila kita bicara tentang perancangan zona, hal ini tidak cukup hanya pada tata kota saja, namun per satuan tiap gedung juga dirancang dengan zonasi yang baik untuk mencapai sistem Walk Flow (Alur Jalan) dan Work Flow (Alur Kerja) yang baik. 

Selain berbicara dalam alur yang baik lanjutnya, zonasi juga dilakukan atau dirancang dalam tingkatan privasi. Peletakan tersebut didasari oleh pembatasan zona publik menuju zona privasi, yang berlaku baik secara lansekap dan arsitektur. 

Setelah semua perancangan tersebut, desain diteruskan pada kajian Room Reserving Plan, di mana akan diterapkan pembagian tiap ruang pada prinsip-prinsip yang sama pada Space Zoning Plan. Selanjutnya yang juga menjadi bagian penting dalam perancangan ibukota adalah keamanan.

Terlepas dari kajian keamanan pada lokasi terpilih, perancangan baik pada tata kota dan arsitektur juga melibatkan dan membentuk kajian keamanan secara desain. Pada dasarnya, ada dua (2) faktor keamanan yang terlibat dalam arsitektur, yaitu natural disaster (bencana alam) dan outer threats (ancaman luar).

“Sebenarnya hal ini bukanlah spesifik pada perancangan ibukota, namun sebagai tempat penting yang mempunyai tanggung-jawab tugas negara, faktor keamanan dalam perancangan arsitektur lebih ditekankan secara mendalam,” ungkap peraih penghargaan Registered in World Design Consortium. Listed in World’s Leading Designer in Architecture Category (DAC 2019). Listed as Popular Designer in the World (PopDes 2019-2020) and Best Designers of the World (R+ 2019-2020). Anggotarabaya,Bh Dewan Internasional untuk Industri Kreatif – Dunia (ICCI).

Dalam perancangannya, desainer membutuhkan perhatian khusus pada pencegahan, penanganan, dan evakuasi yang diterapkan dalam sebuah desain. 

Sebagai contoh salah satu dari natural disaster yang mungkin terjadi adalah kebakaran. Dalam tindak pencegahannya, desainer menerapkan standar dan kalkulasi dari Fire Bureau untuk menetapkan jumlah dan lokasi sprinkler, hydrants, alarm, tabung pemadam dan berikut system perpipaan yang melibatkan air dengan tekanan terpisah dari suplai umum. 

Pada penanganannya, rancangan desain dari tindak pencegahan tersebut harus berfungsi dengan baik secara mekanisme otomatis dan standar prosedur petugas dalam operasional nyata. 

Selain itu, perancangan juga memerlukan kajian denah dan material pada evakuasi untuk penerapan titik kumpul, rute evakuasi dan akses pertolongan (contoh kaca yang dapat dipecahkan dengan tanda segitiga dari pemadam kebakaran). 

Hal yang sama pada perancangan tindak pencegahan, penanganan dan evakuasi juga didesain sedemikian rupa untuk menghadapi bencana yang lain dan ancaman luar. 

Ada baiknya apabila perancangan memiliki konsiderasi yang seimbang antara penerapan teknologi sekuriti dan mekanisme manual guna persiapan yang maksimal pada semua kondisi. Selain itu, keamanan tidak hanya berfokus pada pengguna saja, tetapi juga pada arsip dan aset penting negara. 

“Yang menjadi perhatian ketiga adalah kajian transportasi dan logistik. Ini juga menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan kota yang secara prinsip diperlukan untuk mendukung jalannya operasional dan kegiatan pada suatu tempat.

Secara spesifik, perancangan di sini melibatkan infrastruktur dan suplai sehari-hari. Dengan akses infrastruktur yang baik, tentu segala bentuk transportasi yang melibatkan pengguna (manusia) dan barang akan lebih lancar.

Kelancaran transportasi dan logistik secara langsung mempengaruhi kegiatan sebuah kota, itulah kenapa dari masa ke masa, perkembangan sebuah kota (bahkan provinsi atau negara) sangat dipengaruhi akan kemudahan transportasi dan logistik di suatu daerah. 

Pada sisi perancangannya, hal ini juga membutuhkan pembangunan tempat-tempat khusus seperti gudang, pelabuhan, landasan udara (termasuk landasan helikopter) sampai sistem lalu lintas dan penunjang transportasi masal/ publik lainnya. Faktor yang tidak kalah penting adalah Power Supply, Water Supply dan Data Supply (Connection Route untuk jaringan komunikasi).

“Jangankan sebuah ibukota, pengembangan suatu lahan properti saja bila tidak mendapatkan suplai listrik, air dan data yang baik dapat mempengaruhi keseluruhan kesuksesan sebuah pengembangan,” tambah Faldo.

Tidak heran apabila seringkali perusahaan pengembang properti menilai faktor suplai terlebih dahulu sebelum masuk dalam perencanaan apapun. Tentu saja, bukan tidak mungkin untuk saat ini bahwa kemajuan teknologi dapat membantu memperbaiki keterbatasan suplai, tetapi semua itu akan menjadi beban tambahan dalam biaya dan desain. 

Dua cara desainer mendapatkan suplai yang baik dalam sebuah pengembangan apabila lokasi memiliki keterbatasan suplai adalah membuat sambungan dari daerah terdekat (apabila ada kelebihan suplai dari lokasi terdekat) dan membuat source plan baru (apabila tidak ada suplai dari lokasi terdekat atau biaya koneksi lebih mahal). Perhatian yang lain adalah waste management (pengolahan pembuangan).

“Sebuah kota dengan desain dan fasilitas terbaik pun bila tidak memiliki pengolahan pembuangan yang baik akan menjadi ancaman sewaktu-waktu, dan inilah yang sering terjadi di kota-kota berpenduduk padat yang tidak siap dengan pengolahan sampah,” pungkas Faldo Andreo melengkapi tujuh aspek penting membangun ibu kota baru.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES