Gaya Hidup

Biar Tidak Punah, Wayang Palembang Butuh Regenerasi

Selasa, 28 Januari 2020 - 09:55 | 107.59k
Wayang Palembang saat pentas di acara Dewan Kesenian Palembang. (Foto: Istimewa)
Wayang Palembang saat pentas di acara Dewan Kesenian Palembang. (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, PALEMBANGWayang Palembang belum banyak dikenal oleh masyarakat ketimbang wayang Jawa. Berdasarkan catatan museum wayang di Jakarta, wayang klasik atau wayang kulit masuk dari Jawa ke Palembang pada Abad ke 17 dengan melihat bentuk fisik dari wayang yang ada di Palembang.

Ki Agus Wirawan Rusdi yang menjadi Dalang Wayang Palembang semenjak tahun 2004 menjelaskan, meski banyak kemiripan dengan wayang di daerah Jawa, namun selain berbahasa Palembang ada beberapa khas Palembang yang tidak dimiliki dari daerah lain seperti tatahan.

"Ini pakaian yang dominan warnanya hijau dan merah, serta ada cerita khas yang dibuat oleh dalang palembang terdahulu tentang kehidupan sehari - hari dan tingkah laku warga kota Palembang," ungkap Cek Wirawan sapaan akrabnya.

Dalam catatan secara khusus tidak ada, mungkin masa itu belum ada pencatatan atau di hilangkan masa penjajahan dahulu pihaknya tidak tahu.

"Cuma yang pasti saya ketahui bener pada tahun 1900an sudah ada wayang berbahasa Palembang," ungkapnya.

Pihaknya mengapresiasi langkah Dewan Kesenian Palembang (DKP) yang telah menerobos celah mengenalkan warisan budaya Palembang ke kalangan generasi milenial dengan menghadirkan pementasan wayang di Cafe dimana dominan yang hadir adalah anak - anak muda.

wayang-palembang-b8962adeb2d36d2bd.jpg

"Saya senang sekali dengan kegiatan seperti ini, bahkan ini baru pertama kali wayang masuk cafe, wayang main di mall sudah pernah, di dinas kebudayaan,  wayang main di cafe baru sekali ini dan ini akan saya kirim ke grup wayang seluruh Indonesia bahwa Palembang lebih dulu masuk cafe," terang Dalang sejak tahun 2004 ini.

Dia berharap ada generasi baru yang menjadi Dalang, dan juga mewarisi irama - irama penambuh gamelan, karena disamping seorang dalang kalau tidak ada suara gamelan rasanya seperti kurang greget.

"Istilahnya selain meregenerasi Dalang, ada juga generasi muda yang mau melestarikan pengrawit atau penambuh gamelan juga," katanya.

Edisi-Rabu-29-Januari-2020-wayang.jpg

Sementara itu, Ketua DKP Iqbal Rudianto, Senin malam (27/1/202) mengungkapkan pihak DKP merasa bahagia bisa menghadirkan wayang Palembang dikesempatan yang sedikit berbeda dari konsep biasanya, yakni melalui acara musik yang di fasilitasi oleh Autentic Moment untuk anak muda atau generasi milenial.

"Ini momen yang bisa dikatakan bersejarah, dimana konser musik di suatu Cafe dan pihak sponsor bisa memberikan ruang untuk pelestarian warisan budaya suatu daerah, dan Alhamdulillah acara berjalan dengan sukses," terang pria yang akrab di sapa Didit dalam rilisnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : Palembang TIMES

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES