Kopi TIMES

Belajar dari Pak Dadang, Meramu Pemerintahan dengan Nilai Nilai Religius

Senin, 17 Februari 2020 - 15:13 | 166.94k
Foto Istimewa
Foto Istimewa

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Di masa akhir jabatan duet Dadang Wigiarto dan Yoyok Mulyadi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Situbondo periode kedua, yang akan berakhir pada bulan Pebruari 2021, patut kiranya menyimak kisah singkat dan belajar ke Pak Dadang, begitu panggilan akrab Dadang Wigiarto, yang berhasil meramu pemerintahan dengan nilai-nilai religius.

Awal mulanya, tak pernah terlintas dalam pikiran Pak Dadang menjadi Bupati karena ia tidak memiliki latar belakang politisi dan ia hanya bergelut di dunia hukum sebagai lawyer. 

Walau penulis tidak begitu akrab dengan Pak Dadang, sebagai santri yang ada di Situbondo, penulis ingin menyajikan sisi inspiratif dari sosok Pak Dadang. Penulis sekilas hanya ngaji disaat Pak Dadang memberikan sambutan di majelis majelis pengajian dan acara formal pemerintahan.

Bagi Pak Dadang, menjadi Bupati Situbondo adalah perintah langsung dari Hadratus Syekh KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin, Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah di Situbondo dan pendiri dua Pondok, Pondok Pesantren Sumber Bunga Seletreng dan Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Panji Kidul. 

Beberapa tahun sebelumnya, Pak Dadang sempat gagal di kontestasi pemilihan ligeslatif, ia pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPRD di Dapil III Situbondo dan tidak membuahkan hasil. Setelah itu, bertarung lagi di Dapil II juga kandas. Karena membawa misi perintah Kiai Sufyan, akhirnya berlaga di Dapil I pada tahun 2004 ia berhasil meraih kursi DPRD Situbondo.

Kemudian, Tugas berat menjadi Bupati Situbondo ditujukan padanya. Ia teruji pada Pilkada 2010 memperoleh suara terbanyak dan akhirnya dinobatkan menjadi Bupati Situbondo. Sejak ia menjadi nomor orang satu di Situbondo, misi religius harus dijalankan di sektor sektor pemerintahan, selain juga ia memiliki tugas pokok dan fungsi Bupati. Salah satu amaliah yang fenomenal adalah membumikan Shalawat Nariyah.

Kesabaran dan istiqomah (Konsisten) adalah modal utama Pak Dadang untuk memasifkan shalawat di birokrasi. Disamping latar belakang mereka berbeda juga adalah hal yang baru. Lewat kegigihannya shalawat nariyah terus menjamur ke tingkat pemerintahan paling bawah yakni desa.

Dalam pandangannya, nilai-nilai religius adalah benteng pertahanan, pendorong dan penggerak serta merupakan kekuatan ilhiyah dalam menjalankan tugas di pemerintahan. Perencanaan dan teknis adalah sebuah iktiar. Keberhasilan merupakan dampak dari sinerginya antara usaha manusia dan kemauan Tuhan.

Edisi-Senin-17-Februari-2020-uday-nyar.jpg

Kalau boleh meminjam bahasa yang sering diajarkan KH Imam Qusyairi Syam atau Kiai Qusyai, kiai pemikir dari Opelan adalah "Ana Urid, Anta Turid, Nahnu Urid Wa Allahu Fa'allul Lima Yurid" yang bermakna "Boleh saya berkehendak, Kamu berkehendak, Kita Berkendak akan tetapi ada yang maha berkehendak yaitu Allah SWT".

Dari sisi inilah, ramuan pemerintahan dengan nilai nilai religius sangat ampuh menjadi senjata dalam berbagai bidang, baik berefek langsung atau kemanfaatannya berangsur-angsur. Hal yang biasa jika di sana sini masih terjadi percikan percikan kecil masalah dan konflik namun bisa terurai dan akan terkikis sejalan dengan berlalunya waktu.

Penulis sengaja tidak mengurai ratusan prestasi yang sudah berhasil diraih oleh pemerintah daerah, bukannya tidak penting, namun penulis ingin memfokuskan pada keberhasilan dalam memadukan antara pemerintahan dan nilai nilai religius di era serba keterbukaan ini.

Walhasil, Ketika nilai nilai agama hanya dijadikan dalih dan media untuk memuluskan kepentingan politik tanpa harus mengamaliahkan saat ditakdirkan memegang kekuasaan. Kita masih butuh sosok Pak Dadang-Pak Dadang baru yang konsisten merawat tradisi serta warisan ulama untuk diterjemahkan dalam tatanan sosial dalam beragama, berbangsa dan bernegara. (*)

 

*Fathullah Uday, Penulis salah satu santri di Situbondo dan Jurnalis TIMES Indonesia.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*)Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi. 

*)Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Situbondo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES