Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Atasi Mental Inlander Dengan Budaya Literasi

Selasa, 25 Februari 2020 - 11:20 | 201.32k
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-UNISMA
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-UNISMA
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Berpikir, berbicara, dan bertindak; itulah siklus organ internal tubuh manusia bekerja. Jiwa yang kuat lahir dari pikiran yang sehat. Sebuah pikiran akan melahirkan pembicaraan lalu melahirkan tindakan. Pola konsumsi otak baik akan lahir pola pikir yang baik. Hanya dengan budaya literasi pikiran tajam, pengalaman luas, perasaan lemah lembut, dan otak sehat.

 Literasi atau “literacy” merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Maka saring lalu shering ketika ingin memanfaatkan kemampuannya. Sebab pada psikologis manusia seperti halnya alat pencernaan, ketika konsumsi makanan sehat tentu cernaannya pula sehat, ketika pemikiran telah dikomsumsikan makanan sehat pikirannya pun akan baik yang keluar. Maka proses bacaan akan menentukan olah pikir, bicara, dan tindakannya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

 Sebelum melakukan keterampilan membaca, arti membaca secara umum ialah sebuah keterampilan. Sebuah keterampilan ketika tidak dilatih tidak akan bisa, walaupun bisa mungkin tidak akan fasih dalam me-apalikasikannya; itulah yang tidak dapat dipungkiri dalam proses memaknai keterampilan. Ketika telah memperaktikkan mungkin akan memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhan.

Fungsi dari membaca dari sisi lain bahwa membaca memang sangatlah penting. Bahkan dianjurkan seeking pentingnya, dalam agama telah dianjurkan untuk iqro (bacalah) dengan kata perintah Tuhan memerintahkan. Secara fenomenologis, membaca merupakan kebutuhan atau dasar-dasar untuk hidup, pepatah lama telah kita pahami bahwa membaca adalah gerbang dunia, memahami bacaan pengetahuannya. Maka tidak salah dan harus dibenarkan ketika Tuhan telah memperintahkan untuk baca.

Perintah Tuhan yang menganjurkan termaktub pada surat Al alaq; iqra` bismi rabbikallażī khalaq artinya; bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Penggalan surah tersebut tidak  lain dan tidak bukan, dalam perintahnya tidak memberikan batasan akan bacaannya, karena perintahnya ‘bacalah dengan menyebut nama Tuhannya’. Ketika ditarik lebih luas lagi Allah Swt sangat pemurah bagi umatnya tanpa pandang bulu sangat toleransi mengenai kepada seluruh manusia, karena tidak memeberikan dikotomi dalam memerintahkan manusia untuk membaca. Begitu dahsyatnya hikmah dan manfaat membaca.

Namun dalam membaca tentunya manusia tidak hanya sekedar membaca. Banyak praktik-praktik membaca sekarang sering ditemukan dalam kalangan masyarakat umum; tidak lain mulai hanya membaca status sosial, media teman, membaca lingkungan, membaca buku, dan sebagainya. Memang secara spesifikasi membaca tidak dijelaskan secara detail pada potongan surat yang telah termaktub di atas. Namun harus dipahami, bahwa membaca tersebut dianjurkan yang bisa mendekatkan diri kepada Penciptanya, dan bisa memahami fungsi kemanusiaan, dan menyehatkan rohani. Kalau itu benar bersyukur, kalau salah, silahkan kita diskusikan dengan yang lebih pandai. Tulisan ini bukan bertujuan untuk menggurui melainkan untuk saling berbagi dan mengingatkan pentingnya membaca, tentunya tidak hanya membaca melainkan bisa membuka rasa filantropi-humanis, teologis, dan pengetahuan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dari ketiga tujuan tersebut, telah ada dalam kudrot manusia. Mengapa demikian, manusia telah diciptakan secara sempurna oleh Tuhan. Dengan akal budi, rohani, dan naluri. Hal tersebut tidak lain bahwa manusia memang mahkluk sempurna, tanpa melihat prosesnya. Makhluk yang ditunjuk untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi, untuk bisa membawa bumi ini lebih baik, dan mempu menjaganya untuk bisa menjadikan bumi sebagai tempat paling nyaman berkehidupan. Sebab Tuhan menciptakan alam semesta dengan kun fayakun (tercipta semuanya dengan seisinya), manusia sebagai makhluk sempurna ditugaskannya.

Menyoal Kembali Penelitian UNESCO Mengenai Tingkat Baca di Indonesia

Penelitian pada tahun 2016 Penelitian dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama "The World’s Most Literate Nations", menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana (Kompas, 23/06/2019).

Hal tersbut tidak dapat kita telan mentah-mentah data tersebut. Ketika memahami hal tersebut, kita warga Negara Indonesia jangan sampai terulang kembali sejarah terdahulu yang dikenal  mental  inlander,  mental tersebut sangat berbahaya di negeri ini. Penelitaian tersebut tidak harus diamini secara mentah. Sebab kalau diamini secara mentah negeri ini tidak akan berkembang, sebab warganya tidak memiliki kepercayaan diri akan dirinya sendiri, karena telah mengetahui jika kita semua warga negara yang rendah dalam tingkat membaca, kita harus percaya diri dan memulai koreksi diri. Dalam hemat penulis penelitian tersebut masih tergolong tidak merata dalam hal tingkat literasi, spesifikasi literasi yang diteliti bukan hanya mengenai membaca buku secara umum, jika penelitian itu diperluas dengan tingkat baca negeri ini tidak akan kekurangan orang membaca negeri ini; namun buku-buku yang dibaca tidak masuk dalam katigori yang diteliti oleh UNESCO. Bayangkan jika secara umum literasi di Indonesia diteliti di kalangan pesantren-pesantren Islam, atau non-muslim, dan sebagainya. Pasti ditemukan data-data dari tingkat baca orang Indonesia sangat tinggi, sebab di dalam pesantren budaya membaca dan menulis bukan hanya menjadi ekstrakulikuler, melain sebuah kebiasaan kala kegiatan wajib tidak ada (nyantai), kegiatannya baca, diskusi, dan kegiatan literasi lainnya, telah menjadi budayanya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Hemat penulis menganai literasi khususnya praktik membaca tersebut tidak seluruhnya  diamini. Karena melahirkan mental inlander, yang dikatui mental inlander tersebut menganggap warga pribumi selalu dijadikan kelas paling bawah. Hal tersebut akan mengembalikan negeri ini pada masa penejajahan  kolonialis dari (1600-1945), telah terjadi pada masyarakat kita, bahwa pribumi memiliki kelas paling bawah, di antara golongan Eropa,Arab, dan Cina.

Maka mengubah cara berpikir agar bisa tetap percaya diri, untuk tetap menjadi warga yang ideal dengan tetap membaca apapun yang pantas dibaca sesuai dengan kebutuhan diri, tanpa melihat pandangan negara lain, kalau pun akan tetap mengamini jadikan motivasi jika negeri ini tidak kecil hati akan selalu ada inovasi untuk membenahi diri, negeri ini dari sisi lainnya.

Bukan baca rendah tapi akses baca mempengaruhi. Mengatasi orang untuk gemar membaca di negeri ini, bukan seperti halnya mengedipkan mata beberapa kali. Cara paling sederhana dalam teorinya Petrovich Palov (1848-1936) seorang ahli fisiologi bangsa Rusia, yang dikenal dengan teori Stimulus-Respon. Yang mana masyarakat bukan diberikan pemahaman tentang membaca melainkan diberikan sebuah hidangan bacaan (fasilitas baca) secara tidak langsung akan direspon, hanya seperti itu akan menjadi alternatif mengatasinya, bukan menyarakan gemar membaca dengan lantang tapi tidak memperhatikan fasilitas rakyat.

Yang harus diketahui bahwa orang Indonesia tidak rendah membaca, namun fasilitas baca di Indonesia sangat memiriskan. Bagi hemat penulis, bukan menyuarakan tentang pemahaman mengenai pentingnya membaca kepada masyarakat, namun lebi tepatnya memeberikan stimulus paling sederhana untuk masyarakat dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan apa yang akan dibutuhkan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-UNISMA

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES