Kopi TIMES

Resume Banjir Jakarta

Kamis, 27 Februari 2020 - 15:17 | 104.59k
Dr. Yopi Ilhamsyah, Peneliti Post-Doktoral Klimatologi Terapan Institut Pertanian Bogor dan Dosen Meteorologi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Dr. Yopi Ilhamsyah, Peneliti Post-Doktoral Klimatologi Terapan Institut Pertanian Bogor dan Dosen Meteorologi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

TIMESINDONESIA, ACEH – Terhitung banjir telah merendam Jakarta sebanyak 4 sampai 5 kali sejak tahun baru 2020. Bahkan dalam sepekan terakhir, dua kali banjir melanda Jakarta. Secara ringkas kita coba lihat data-data banjir Jakarta periode 22-25 Februari. 

Berdasarkan data BMKG, pada pengamatan yang berlangsung dari 22 Februari jam 07.00 pagi hingga 23 Februari jam 07.00 pagi, hujan ekstrem terjadi di Pulo Gadung dengan jumlah curah hujan (CH) bernilai 241 milimeter (mm), Manggarai 228 mm, Kelapa Gading 184 mm, Pulo Mas 182 mm dan Setiabudi Timur 154 mm.

Hujan sangat lebat terjadi di Kemayoran dengan CH 126 mm, Waduk Melati 125 mm, Kodamar Sunter 120 mm, Karet 113 mm dan Cideng Gambir 103 mm. Hujan disebut ekstrim jika CH bernilai di atas 150 mm. Sementara, hujan disebut sangat lebat jika CH bernilai antara 100-150 mm. 

CH bernilai 1 mm artinya air hujan memiliki ketinggian 1 mm dalam luasan 1 meter persegi. Jika CH bernilai 100 mm maka terdapat air hujan dengan tinggi 100 mm pada luasan 1 meter persegi.

Untuk mengetahui seberapa banyak air yang dihasilkan dari hujan dalam suatu wilayah, maka CH yang jatuh ke permukaan kita kalikan dengan luas wilayah dalam satuan meter persegi.

Jika Jakarta memiliki luas wilayah sebesar 661,52 kilometer persegi maka 1 mm curah hujan akan menghasilkan air sebanyak 661.520.000 liter atau sekitar 662 juta liter air. Jumlah yang sangat banyak, ya.

Jika hujan ekstrem dan hujan sangat lebat menghasilkan CH sebesar 200 dan 100 mm, tentu volume air yang dihasilkan akan lebih banyak lagi, masing-masing berkisar 132,4 dan 66,2 milyar liter air. 

Beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi Jakarta adalah tekstur tanah liat, penggunaan lahan termasuk alih guna situ/waduk, minim ruang hijau, penyempitan dan pendangkalan sungai, sampah dan trotoar tanpa gorong-gorong.

Jika terjadi hujan ekstrem dengan volume air seperti tersebut di atas tentu menimbulkan banjir.

Sementara pada 24-25 Februari, hujan ekstrem terjadi di Kemayoran, Pulo Gadung, Pulo Mas, Manggarai, Halim Perdana Kusuma, Kodamar Sunter dan Setiabudi Timur masing-masing dengan CH bernilai 278, 260, 245, 209, 205, 165 dan 150 mm.

Kategori hujan berintensitas sangat lebat jatuh di Pasar Minggu, Waduk Melati, Tomang, Kedoya, Curug masing-masing bernilai 144, 144, 141, 121 dan 119 mm. Peta isohyet (garis-garis kontur yang menggambarkan CH yang sama) menunjukkan hujan sangat lebat hingga ekstrem terkonsentrasi di sekitar Jakarta Pusat dan Timur. 

Transformasi lansekap ekstensif dan masif diperparah dengan problematika klasik Jakarta seperti disebutkan di atas, berdampak banjir yang terus menghantui Jakarta.

Beberapa indikator pemicu hujan ekstrem di Jakarta selama 22-25 Februari disebabkan oleh daerah konvergensi antar-tropis yang menguat di sepanjang Pulau Jawa, Siklon Tropis Ferdinand di lepas pantai selatan Jawa dan perubahan iklim sebagai respons negatif dari transformasi lansekap. Inilah mengapa CH dapat begitu tinggi di wilayah tengah dan timur Jakarta hingga Bekasi dan Cikarang seperti ditunjukkan lewat peta isohyet.

Hujan ekstrim dan banjir parah di timur Jakarta juga terjadi pada tahun baru. Apa sebab?. Transformasi lansekap menjadi properti urban menimbulkan suhu udara yang panas. Suhu panas dengan cepat menumbuhkan awan Cumulonimbus (CB). Karena panas maka tekanan udara turun dan dengan cepat menarik awan-awan di sekitarnya. Akibatnya awan CB tumbuh tinggi dan menurunkan hujan berintensitas tinggi disertai badai angin hingga puting beliung, petir bahkan hujan es di pusat dan timur Jakarta.

Untuk mereduksi suhu panas maka ruang hijau perlu diperbanyak lebih dari 30 persen dengan dominasi pepohonan berakar tunggang seperti Beringin dan penyerap emisi gas rumah kaca seperti Trembesi yang juga berfungsi mengikat air sebagai pengendali banjir. 

Pengendalian banjir

Pengendali banjir utama di Jakarta adalah melalui optimalisasi sistem saluran air berbasis drainase dan sungai. Kedua sistem ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut laut mengingat 40 persen daratan Jakarta berada di bawah permukaan laut saat terjadi pasang. Saat banjir pada 22-25 Februari, pasang laut tidak maksimum sehingga perhatian utama diarahkan pada hujan dan kemampuan saluran. 

Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane, sistem drainase telah berfungsi mencapai 86.6 persen sementara sistem sungai hanya 13.4 persen. Inilah yang mengakibatkan air hujan meluap ke daratan. Belum optimalnya sistem sungai karena belum dikeruk selain juga terbentur pembebasan lahan dalam upaya normalisasi sungai.

Indikator kinerja tata kelola kota yang baik terlihat dari sistem saluran air dan ruang hijau. Oleh karenanya, dua hal ini mutlak untuk kelangsungan Jakarta sekaligus menjadi pembelajaran bagi kota-kota lain di Indonesia. Tentu saja hal lain seperti prilaku warga yang selalu menjaga kebersihan lingkungan turut menjadi tolok ukur kota yang baik.

Di daerah hulu Kabupaten Bogor sedang dibangun bendungan kering (dry dam) yang ditargetkan selesai tahun 2020. Menurut kami strategi aksi tanggap banjir ini kurang tepat kalau dilakukan rekayasa hidrologi bersifat sementara.

Analoginya, bendungan hanya terisi saat musim penghujan saja guna menurunkan volume limpasan yang dapat mempengaruhi kapasitas alir sungai-sungai di Jakarta. Namun setelahnya bendungan tidak lagi terisi air dan menjadi kering. 

Kenapa tidak dibangun bendungan permanen saja yang berfungsi sebagai wadah konservasi air untuk kebutuhan air bersih dan irigasi hingga sumber pembangkit listrik tenaga mikrohidro tapi kita tunggu saja realisasi dan fungsinya dalam mengendalikan banjir Jakarta nantinya. 

***

*) Penulis: Dr. Yopi Ilhamsyah, Peneliti Post-Doktoral Klimatologi Terapan Institut Pertanian Bogor dan Dosen Meteorologi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES