Pendidikan

Angkat Desa Wisata Nusantara, Mahasiswa ITN Malang Raih Juara 1 Rendering Acsent Udayana 2021

Kamis, 24 Juni 2021 - 20:30 | 102.39k
Dua mahasiswa ITN Malang yang meraih juara 1 Architecture Rendering Competition Acsent 2021. (Foto: Humas ITN Malang)
Dua mahasiswa ITN Malang yang meraih juara 1 Architecture Rendering Competition Acsent 2021. (Foto: Humas ITN Malang)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Dua mahasiswa jurusan Arsitektur S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) meraih juara 1 Architecture Rendering Competition Acsent 2021.

Mereka mengusung konsep desa wisata Nusantara dengan kebudayaan Bali. Lomba ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Udayana Bali secara virtual mulai April 2021 lalu.

Advertisement

Sedangkan pengumuman pemenang lomba disampaikan lewat akun Instagram resmi pihak penyelenggara pada Minggu (20/6/2021) lalu.

Dua mahasiswa berprestasi dari Kampus Biru ini adalah Maksimilianus Jata dan Alessandro Pareira Saputra Wula. Mereka berhasil menyisihkan puluhan kontestan lainnya.

Dua mahasiswa asal Ende, Nusa Tenggara Timur ini mengangkat konsep “Desain Desa Wisata Nusantara - Destinasi Wisata Nusantara dengan Kebudayaan Bali” dengan mengembangkan obyek wisata rumah tinggal bergaya tradisional.

Acsent diharapkan menjadi sarana dan upaya untuk menggali bakat dan kreativitas calon arsitek-arsitek muda dalam berbagai keterampilan dalam bidang arsitektur.

Desa Wisata Nusantara a

Karya mahasiswa ITN Malang ini disajikan dalam bentuk video animasi berdurasi 3 menit dan panel poster. Menceritakan desa wisata nusantara yang berada di Pulau Bali sebagai destinasi wisata dengan tema nusantara, serta memberikan pola massa yang baik dan lega. Mampu menghadirkan pengalaman berwisata, dengan tidak mengurangi nilai luhur yang dipresentasikan melalui corak dan arsitektur nusantara.

Ada empat area yang ditonjolkan dalam rendering. Yakni, area entrance taman wisata, area entrance museum, communal space, dan interior gedung teater. Kemudian tiap area di detailkan dengan wujud fasilitas gedung teater, amphitheatre, museum, tempat ibadah, restoran, dan tempat berjualan buah tangan khas Bali oleh masyarakat sekitar.

“Kami harus membuat sedetail mungkin konsep fungsi bangunan, suasana, dan masih banyak lainnya. Kesesuaian tema, estetika, penyajian karya, kerapian, dan pengambilan view animasi pada panel gambar kami jadikan daya tarik,” kata Max, sapaan akrab Maksimilianus Jata.

Ia menjelaskan bahwa setiap peserta diberi tantangan membuat desain 3D modelling dasar dari panitia sebagai acuan rancangan desain. Peserta diminta untuk merender objek, mengeksplorasi dan berkreasi dalam menentukan material, lighting, suasana dengan tema yang sudah ditentukan.

Rendering difokuskan pada eksterior objek dengan skala kawasan (Desa Wisata Nusantara) secara keseluruhan, dan interior bangunan yang didesain secara bebas yang disesuaikan dengan kondisi new normal.

“Disini kami banyak sekali merubah material bangunana, interior, dan memperbaiki modeling 3 dimensi. Yang kami rasa kurang baik dan lebih bisa mendekati rendering yang lebih realistis," tuturnya.

Ia menyajikan konsep rendering dengan menceritakan mengenai pentingnya mempertahankan serta merawat warisan budaya nusantara yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.

Untuk menyatukan bangunan dengan alam, maka material utama yang digunakan adalah bata merah, beton, kayu, atap jerami, dan genteng. Penggunaan material dibuat apa adanya tanpa finishing. Dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah dalam arsitektur nusantara.

Tidak mudah membuat rendering detail bangunan demi bangunan. Max dan Sandro sapaan akrab Alessandro Pareira Saputra Wula, membutuhkan waktu hampir satu minggu dikarenakan luasan tapak dan kompleksnya beberapa detail. Untuk memudahkan rendering 3D model mereka menggunakan software sketchup pro.

Dilanjutkan dengan animasi interior dengan aplikasi Lumion 9.5. Sementara video eksterior kawasan, menseting material dan pencahayaan pada aplikasi Lumion 10.

Sementara kebutuhan rendering animasi memakan waktu satu minggu termasuk editing video pada software adobe premiere pro dan photoshop. Sehingga total pengerjaan animasi dan poster memakan waktu circa 2 minggu.

Aplikasi Lumion sendiri merupakan software yang biasa digunakan dalam dunia arsitektur untuk kebutuhan mempresentasikan hasil rancangan atau ide desain, agar lebih mudah dipahami oleh orang awan.

Namun untuk dapat menggunakan software dengan nyaman dan baik membutuhkan performa komputer yang mumpuni serta penguasaan software itu sendiri.

“Untuk 3D modeling dan animasi kami kerjakan bersama. Saya (Max) mengerjakan bagian exterior dan landscape kawasan. Sedangkan Sandro untuk interior bangunan. Lalu, untuk poster dan post-production serta animasi foto rendering dikerjakan bersama-sama,” bebernya.

Meskipun dikerjakan bersama, namun tetap ada kesulitan dalam membuat rendering. Seperti halnya device (laptop dan komputer) yang digunakan oleh mereka berdua memiliki spesifikasi standard.

Padahal lomba yang mereka ikuti termasuk dalam skala kawasan. Dimana banyak sekali bentuk geometri bangunan yang harus detail. Hal tersebut tentu sangat menyulitkan kinerja komputer Max dan Sandro.

“Saat pertengahan pengerjaan kami sempat kebingungan. Karena komputer dan laptop yang kami gunakan nyaris tidak bisa mengerjakan modeling pada saat masuk proses rendering animasi di software. Namun, kami tidak kehilangan trik untuk menyelesaikan rendering ini. Meskipun dengan berat hati, akhirnya kami harus menurunkan kualitas animasi karena ada beberapa keterbatasan (komputer),” ungkap Max.

Baik Max maupun Sandro meski sama-sama pernah mengikuti lomba rendering, namun Acsent 2021 menjadi kejuaraan pertama bagi mereka. Dalam lomba rendering kali ini asal pemenang lomba tidak dipublikasikan oleh panitia. Namun menurut informasi yang didapat Max, untuk juara 2 berasal dari Universitas Udayana Bali sendiri.

“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyiapkan animasi serta panel poster baik dari teknik pengambilan angle kamera dan narasi video. Kami rasa poster karya kami sudah cukup seimbang, penyajian foto dan deskripsinya sangat proporsional,” jelasnya.

Sandro yang baru duduk di semester 4 Arsitektur ini berharap akan semakin banyak masyarakat yang peduli pada pentingnya tempat wisata dengan tema nusantara. Sehingga generasi masa depan bisa mempertahankan kelokalan dan identitas bangsa sebagai daya tarik wisata.

“Kami juga berharap kedepannya semakin banyak lomba rendering arsitektur. Karena skill rendering, foto, dan animasi sangat diperlukan pada saat kami terjun di dunia kerja khususnya bidang arsitektur. Pastinya kami sangat senang (juara 1) karena effort yang kami keluarkan tidak sia-sia, dan juga mendapatkan pengalaman baru setelah mengikuti lomba ini,” pungkas mahasiswa ITN Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES