Peristiwa Nasional PPKM Darurat

IDI Banyuwangi Imbau Dokter Berkomorbid Tutup Layanan Praktik

Kamis, 15 Juli 2021 - 12:14 | 61.27k
Ketua IDI Banyuwangi, dr Yos Hermawan. (FOTO: Instagram dr Yos Hermawan)
Ketua IDI Banyuwangi, dr Yos Hermawan. (FOTO: Instagram dr Yos Hermawan)
FOKUS

PPKM Darurat

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Banyuwangi (IDI Banyuwangi), Jawa Timur mengimbau kepada seluruh dokter di Banyuwangi, untuk menutup tempat praktik selama PPKM Darurat berlangsung. Terutama bagi dokter yang memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid dan dokter lanjut usia.

“Diimbau kepada rekan-rekan dokter yang memiliki komorbid dan lanjut usia untuk tidak praktek dahulu. Selama situasi pandemi Covid-19 ini semakin menghawatirkan,” kata Ketua IDI Banyuwangi, dr Yos Hermawan, Kamis (15/7/2021).

Advertisement

Namun demikian, dalam keadaan mendesak para dokter tersebut tetap bisa menangani kasus dengan kategori pasien darurat (emergency) atau yang segera membutuhkan pertolongan.

“Jiwa dokter itu penolong dan harus menjalankan amanah kemanusiaan. Jika memang terpaksa maka harus dilakukan. Jika perlu bisa menggunakan APD lengkap dengan tingkat keamanan 1 level dari standard,” ujar dr Yos.

Selanjutnya, IDI Banyuwangi juga meminta kepada seluruh dokter agar memprioritaskan keselamatan diri dan keluarga. Kendati demikian, buka berarti para dokter tersebut selanjutnya meninggalkan amanahnya sebagai pejuang Covid-19.

“Diinstruksikan bagaimana dokter di masa pandemi ini harus selalu sehat. Melindungi diri dan keluarga dari ancaman virus corona saat ini. Sekaligus dimohon untuk membantu penanganan secara optimal,” pinta Ketua IDI Banyuwangi tersebut.

Seruan ini sudah disosialisasikan kepada seluruh dokter di Kabupaten Banyuwangi. Sebagai pilar utama dalam penanganan kasus Covid-19 hendaknya tenaga kesehatan tidak mengambil resiko yang membahayakan nyawa dan keluarga.

“Kesehatan diri dan keluarga harus menjadi yang utama. Tentunya tanpa meninggalkan tugas-tugas yang diamanahkan sesuai tanggung jawab sebagai dokter. Terutama bagi dokter yang memiliki komorbid dan lanjut usia,” jelasnya.

Menurut dr Yos, dalam beberapa waktu terakhir ini seluruh kamar isolasi yang tersedia di rumah sakit rujukan Covid-19 selalu penuh.

Tentunya hal ini menjadi salah satu kendala penanganan bagi dokter yang menjadi pasien Covid-19 dan segera membutuhkan perawatan.

“Setiap hari penuh. Barulah jika ada yang pergi atau meninggal bisa kosong. Ini realita yang harus dihadapi bersama. Dokter juga manusia biasa yang tidak kebal terhadap penyakit dan juga dituntut untuk tetap memberikan pelayanan. Ini dilema,” katanya.

Sebab itu, penting dalam situasi genting saat ini seluruh dokter di Banyuwangi berusaha agar tidak jatuh sakit apalagi tertular Covid-19. IDI Banyuwangi juga meminta agar para dokter tidak memaksakan diri disaat tubuh dalam kondisi lelah atau kurang sehat.

“Tidak boleh konyol istilahnya memaksakan diri. Sudah tahu capek ya istirahat dulu jangan dipaksa. Karena kesehatan dokter masih dibutuhkan untuk pelayanan di hari berikutnya dan seterusnya,” katanya.

“Karena kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini berakhir. Sebab itu kesehatan harus senantiasa dijaga agar bisa memberikan pelayanan dengan optimal setiap harinya,” imbuh dr Yos melalui sambungan selulernya.

Vaksin Penting, Namun Teknis Lebih Penting

Melihat perkembangan Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi sejauh ini, dr Yos memiliki catatan tersendiri. Baik dari segi penyebaran maupun upaya yang dilakukan untuk penanganan.

Menurut dr Yos, dalam upaya penanganan Covid-19 di Banyuwangi tidak serta merta dilakukan secara bombastis namun justru malah memicu kerawanan penularan terhadap masyarakat. Contoh misal, tentang vaksinasi yang di gebyar namun justru memicu kerumunan yang tinggi.

“Vaksinasi penting, iya betul. Masyarakat butuh vaksin untuk melindungi diri, setuju. Namun jika cara yang dilakukan tidak benar malah kontraproduktif terhadap penanganan pandemi ini secara utuh,” katanya.

“Jangan sampai dilupakan, kegiatan di Hulu seperti tracing, testing dan treatment ini juga harus dikuatkan. Dokter dan nakes butuh kolaborasi dengan lintas sektor,” imbuhnya.

Dokter yang bertugas di Puskesmas Kecamatan Genteng Kulon ini mencontohkan, kasus aktif yang ada di masyarakat saat ini cukup banyak dan membutuhkan penanganan dengan baik. Agar tidak berkembang dan menular ke lingkungan sekitar.

Penanganan yang baik, menurut dr Yos tidak hanya dalam bentuk penyembuhan saja. Namun penting juga untuk dilakukan antisipasi atau pencegahan.

“Jika orang yang positif tidak diperhatikan dan terpaksa keluar mencari makan, maka ini akan beresiko menularkan. Sebab itu kerja sama lintas sektoral sangat vital untuk menopang agar kasus aktif bisa tertangani dengan optimal,” katanya.

Sebab itu IDI berharap kepada Pemerintah setempat agar melakukan penanganan secara utuh. Artinya menyentuh untuk semua sektor di masyarakat.

IDI, juga sempat menyesalkan pelaksanaan vaksinasi yang justru menimbulkan kerumanan masyarakat beberapa hari lalu. Keinginan agar segera terciptanya herd imunity yang tidak dibarengi dengan cara yang tepat justru akan menyebabkan upaya yang ditempuh sejauh ini blunder.

“Sangat disesalkan dengan kejadian (kerumunan vaksinasi) itu. Artinya masih belum ada perencanaan yang baik. Vaksinasi harus sukses namun seminimal mungkin tidak menciptakan kerumunan yang berbahaya,” katanya.

“Di sisi lain, petugas kesehatan juga nyaman dan tidak sampai kelelahan dan jatuh sakit kemudian rentan tertular virus itu sendiri. Apalagi saat ini PPKM Darurat berlangsung,” kata dr Yos Hermawan, Ketua IDI Banyuwangi kepada TIMES Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES