Peristiwa Daerah

Baliho Figur Parpol Marak di Massa Pandemi, Perusahaan Advertising Tak Jadi Gulung Tikar

Jumat, 06 Agustus 2021 - 19:53 | 91.31k
Terlihat dua baliho parpol yang saling berdampingan, yakni dari PDIP dan Golkar yang terpasang di sekitaran Jl Soekarno-Hatta, Malang. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Terlihat dua baliho parpol yang saling berdampingan, yakni dari PDIP dan Golkar yang terpasang di sekitaran Jl Soekarno-Hatta, Malang. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Maraknya baliho figur parpol yang mulai terpasang dimana-mana, tak terkecuali di Malang, mendapat berbagai respon dari masyarakat.

Mulai dari nyinyiran dan ada juga yang mengkritisi.

Advertisement

Apalagi, dua figur parpol besar dari PDIP, yakni Puan Maharani dan dari Golkar, yakni Airlangga Hartarto terlihat saling berdampingan dalam baliho yang terpampang jelas di sekitaran Jl Soekarno-Hatta, Kota Malang.

Namun, ternyata dengan semakin banyaknya baliho-baliho tersebut berdiri tegak di seluruh titik jalanan, ternyata menjadi penyelamatan perekonomian para perusahaan advertising yang hampir gulung tikar akibat dampak dari pandemi Covid-19.

"Pastinya begitu (berkah bagi perusahaan advertising). Terus terang, sebenarnya mereka-mereka (figur parpol yang memasang baliho) ini menyelamatkan omzet para pemilik reklame di situasi Covid-19 seperti ini," ujar Bos Perusahaan Advertising Jade Indopratama, Rachmad Santoso, Jumat (6/8/2021).

Terlebih, selama pandemi Covid-19 muncul di Indonesia, banyak perusahaan-perusahaan yang menahan anggaran promosi, karena memang perekonomian di massa Covid-19 sedang kritis.

Namun, Rachmad menegaskan, dengan maraknya trend para figur parpol yang mulai menempatkan baliho-baliho besar di seluruh sudut kota, sebenarnya malah menjadi berkah bagi dirinya.

"Aktivasi billboard dengan konten sosok atau tokoh (parpol) ini bagi kami sebuah berkah. Dengan orderan dari mereka, ini bisa menyelamatkan perusahaan," ungkapnya.

Sebenarnya tak hanya perusahaan saja yang terselamatkan.

Akan tetapi, kata Rachmad, dengan banyaknya orderan pemasangan baliho dari parpol-parpol tersebut, hasilnya bisa menggaji para karyawannya.

"Ya dengan orderan mereka, kita bisa menggaji karyawan yang kemarin hampir di ujung tanduk," imbuhnya.

Rachmad mengaku, sebenarnya ia pun tak mengerti maraknya baliho saat ini bisa menjadi viral dan dibahas oleh banyak orang.

Padalan, lanjut Rachmad, seharusnya semua orang pasti sangat paham bahwa beberapa tahun jelang Pemilu, baik Pilkada sampai Pilpres, pasti akan melakukan promosi melalui baliho yang dilakukan secara masif.

"Mungkin saja karena bersamaan dengan PPKM ini. Tapi setahu saya, mereka mulai memasang billboard ini sebelum PPKM. Kemudian, karena kami membuat kontraknya sebelum PPKM, dengan kontrak bulanan, jadi sisa masa kontraknya ini berhimpitan dengan PPKM. Dari situ dibahaslah dengan kaitan situasi sekarang," terangnya.

Dengan itu, terkadang, kata Rachmad, beberapa perusahaan advertising pun juga dituduh atau ikut dikritisi dengan berbagai bahasan ini itu yang enggan ia contohkan.

"Model bisnisnya menyewakan billboard. Kalau menyewakan, artinya kami ini juga mencetakkan gambar. Sedangkan desain dan konten ya dari mereka. Kami hanya cetak, masang dan melakukan perawatan. Sehinga kadang kita (pemilik reklame) dituduh begini begitu, wah repot kami sebenarnya," jelasnya terkait maraknya baliho figur parpol. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES