Peristiwa Daerah

Gubernur Suryo, Gubernur Pertama Jatim yang Diabadikan Menjadi Monumen dan Nama Jalan

Selasa, 12 Oktober 2021 - 14:19 | 180.69k
Monumen Gubernur Suryo, Gubernur Pertama Jatim. (Foto: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia).
Monumen Gubernur Suryo, Gubernur Pertama Jatim. (Foto: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Nama Gubernur Suryo tak asing lagi bagi masyarakat Jawa Timur, Khususnya Surabaya. Banyak orang mengetahui bahwa Gubenur Suryo adalah nama jalan di tengah Kota Surabaya tepatnya di depan gedung Negara Grahadi.

Selain diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Surabaya, Gubernur Suryo juga diabadikan menjadi monumen. Letak monumen Gubernur Suryo berada di Taman Apsari Surabaya, tepat menghadap gedung Negara Grahadi.

Advertisement

Lalu, siapa sebenarnya Gubernur Suryo ini. Gubernur Suryo merupakan Gubernur Pertama Jawa Timur yang menjabat tahun 1945 hingga 1948.

Dikutip dari p2k.itbu.ac.id Gubernur Suryo memiliki nama asli Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo biasa disebut Gubernur Soerjo. Ia lahir dipada tanggal 9 Juli 1898.

Sebelum menjadi Gubernur Jatim Pertama, Gubernur Suryo pernah menjabat  sebagai Bupati Magetan dari tahun 1938 hingga  1943. Ia adalah menantu Raden Mas Arja Hadiwinoto. Setelah menjabat sebagai Bupati Magetan, ia mengambil alih dari Su Cho Kan Bojonegoro (residen) pada tahun 1943.

Saat sebelum pertempuran 10 November, RM Suryo membuat akad gencatan senjata dengan komandan pasukan Inggris Brigadir Jendral Mallaby di Surabaya pada tanggal 26 Oktober 1945. Namun tetap saja meletus pertempuran tiga hari di Surabaya 28-30 Oktober yang membuat Inggris terdesak. Presiden Sukarno memutuskan datang ke Surabaya untuk mendamaikan kedua pihak.

Gencatan senjata yang disepakati tidak dikenal sepebuhnya oleh para pejuang pribumi. Tetap saja terjadi kontak senjata yang menewaskan Mallaby. Hal ini menyulut kemarahan pasukan Inggris. Komandan pasukan yang bernama Jenderal Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya agar menyerahkan semua senjata paling tanggal 9 November 1945, atau keesokan harinya Surabaya akan dihancurkan.

Menanggapi ultimatum tersebut, Presiden Sukarno menyerahkan sepenuhnya keputusan di tangan pemerintah Jawa Timur, yaitu menolak atau menyerah. Gubernur Suryo dengan tegas berpidato di RRI bahwa Arek-Arek Suroboyo akan melawan ultimatum Inggris sampai darah akhir.

“Berulang-ulang telah kita kemukakan bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Juga sekarang dalam menghadapi ultimatum pihak inggris kita akan memegang teguh sikap ini kita tetap menolak ultimatum itu,” teriak Gubernur Suryo.

Tragedi datang pada tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Suryo dicegat orang tak dikenal di tengah hutan Peleng, Kedunggalar, Ngawi. Dua perwira polisi yang lewat dengan mobil ikut ditangkap. Ke 3 orang lalu ditelanjangi, diseret ke dalam hutan dan dibunuh. Mayat ke 3 orang ditemukan keesokan harinya oleh seorang pencari kayu bakar.. Gubernur Suryo dimakamkan di Makam Sasono Mulyo, sebuah monumen yang didirikan untuk mengenang jasanya di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi.

Atas jasa, Gubernur Suryo dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 294 Tahun 1964, 17 November 1964. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES