Forum Dosen

Hilirisasi atau Kebangkrutan

Jumat, 08 Juli 2022 - 11:42 | 39.69k
Rio Era Deka, S.Pd., MM, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Islam Malang (UNISMA)
Rio Era Deka, S.Pd., MM, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Islam Malang (UNISMA)

TIMESINDONESIA, MALANG – Presiden Jokowi memperkirakan akan ada 60 negara terancam bangkrut berdasarkan laporan IMF, World Bank dan PBB. Setidanya ada 42 negara dari 60 negara tersebut sudah menuju kondisi berpotensi mengalami kebangkrutan. Negara yang masuk dalam kategori kebangkrutan adalah negara – negara yang berpenghasilan rendah. Dipastikan juga negara tersebut memilik beban hutang cukup tinggi.

Ada beberapa hal penyebab  negara menuju kebangkrutan. Pertama, negara menuju bangkrut disebabkan karena pademi covid yang melanda di awal tahun 2020. Kondisi tersebut memberikan efek rambatan secara global baik melalui jalur perdagangan maupun keuangan, yang selanjutnya berdampak pada penurunan kinerja ekonomi sejumlah negara sehingga menyebabkan pertumbuhan negatif.

Selain perlambatan aktivitas ekonomi dan tekanan di sektor keuangan, sejumlah negara juga menghadapi tantangan dari sisi fiskal seiring peningkatan pengeluaran pemerintah terkait anggaran kesehatan dan jaring pengaman sosial, serta stimulus fiskal untuk menopang sejumlah sektor ekonomi. Perkembangan ini meningkatkan risiko atas kesinambungan ekonomi suatu negara, dan berisiko menurunkan kemampuan untuk menyelesaikan utang.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kedua, adanya konflik berkelanjutan antara Rusia – Ukraina. Perang ini akan mengancam pemulihan ekonomi global dari pandemi covid. OECD telah memperingatkan bahwa konflik tersebut dapat menimbulkan pukulan satu persen pada pertumbuhan global. IMF diperkirakan akan menurunkan perkiraan pertumbuhannya, yang saat ini berada di 4,4 persen untuk tahun 2022.

Selain itu akan ada Krisis pangan dan kehancuran sistem pangan global. Hal ini karena Rusia dan Ukraina merupakan lumbung pangan dunia dengan menyumbang 30 persen ekspor gandum dunia. Dalam perang ini, harga sereal dan minyak goreng meningkat. 

Ketiga, kenaikan suku bunga The Fed. Bank sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Kenaikkan suku bunga itu menjadi yang terbesar sejak 1994. Alih – alih untuk menstabilkan harga, The Fed akan menaikkan suku bunga dengan sangat cepat beberapa bulan mendatang. Suku bunga yang lebih tinggi di AS dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ada beberapa negara yang bangkrut karena terlilit hutang. Negara tersebut adalah Sri Lanka dengan hutangnya mencapai 732 Triliun Rupiah. Kemudian ada juga Argentina ini hutangnya mencapai 1440 Triliun Rupiah, Simbabwe 64,8 Triliun Rupiah dan Ekuador sebanyak 144 Triliun Rupiah.

Bagaimana dengan Negara Indonesia? Dalam pidatonya Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskas bahwa Indonesia dalam kondisi yang cukup baik. Hal itu dicerminkan pada kasus covid  terkendali dan pemulihan ekonomi Indonesia naik berlanjut menjadi modal situasi global yang tidak menentu. Ditambah lagi andanya lonjakan harga komoditas internasional sehingga mendorong penerimaan negara meningkat. Pendapatan dari komoditas tersebut dapat digunakan untuk menahan inflasi dari krisis energi dan pangan secara global. 

Menghadapi ancaman global, Indonesia menyiapkan beberapa strategi untuk terhindar dari krisis global. Salah satunya dimulai dengan hilirisasi industri. Hilirisasi industri ini penting diwujudkan mengingat kekayaan akan sumber daya alam negara Indonesia yang melimpah. Bagaikan salah satu lirik lagu koes plus “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” betapa kayanya sumber daya alam negeri ini. Menurut penelitian yang dilakukan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Maka adanya hilirisasi industri dimaksudkan  untuk mendapatkan nilai tambah produk bahan mentah dalam aktivitas rantai nilai sehingga mampu bersaing di pasar global, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberikan peluang usaha. Indonesia akan mengeskpor sumber daya alam keluar negeri memliki nilai jual yang lebih tinggi karena yang diekspor sekarang bukan lagi produk bahan mentah akan tetapi sudah menjadi produk jadi. Untuk mewujudkan ini pemerintah bersama – sama mendorong lebih banyak investasi ke dalam negeri untuk memperkuat hilirisasi industri agar terhindar dari kebangkrutan.


*)Penulis: Rio Era Deka, S.Pd., MM, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Islam Malang (UNISMA)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES