Tragedi Stadion Kanjuruhan, PBNU Hingga PP Muhammadiyah Ikut Berduka

TIMESINDONESIA, JAKARTA – PBNU dan PP Muhammadiyah turut sedih dengan tragedi Stadion Kanjuruhan usai laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Dua organisasi terbesar di Indonesia ini menyatakan, tak seharusnya tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut terjadi di tanah air.
Advertisement
"Sungguh disesalkan kejadian yang memakan korban sangat banyak. Seharusnya tidak terjadi jika diantisipasi secara baik dan selalu waspada," kata Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad kepada TIMES Indonesia, Minggu (2/10/2022).
Ia pun berharap, tragedi Stadion Kanjuruhan jangan terulang lagi. Ia menyebut, hal ini akan dicatat sebagai sejarah kelam di tanah air. Ia juga menginginkan, pemerintah mengevaluasi dan belajar dari kejadian ini.
"Kewaspadaan akan kemungkinan rusuh harus ditingkatkan. Walaupun dalam pertandingan sekecil apapun," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrurozi menyampaikan, pihaknya menyampaikan belasungkawa dan duka cita mendalam atas tragedi Stadion Kanjuruhan yang menelan banyak korban tersebut.
"Ini tragedi yang sangat menyedihkan. Harus dievaluasi menyeluruh siapa yang harus bertanggungjawab atas insiden ini," katanya kepada TIMES Indonesia.
PBNU juga meminta agar pihak yang bersalah segera diproses. Hal itu sebagai tanggung jawab karena memakan korban yang tak sedikit.
"Pihak yang bersalah harus ditindak dan dihukum. Sementara pertandingan dihentikan untuk investigasi dan pemeriksaan agar diketahui apa penyebab dan kronologi sebenarnya," ujarnya.
Sebelumnya, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta menyebutkan 127 orang meninggal dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan. "Dalam kejadian tersebut telah meninggal 127 orang. Dua diantaranya adalah Anggota Polri," ujarnya.
Pemerintah Menyesalkan
Sementara itu, Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan, tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut pemerintah sangat menyesalkan.
"Saya sudah dapat informasi dari Kapolri, Jenderal Listyo Sigit. Saya juga sudah berkordinasi dengan Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta. Pemerintah menyesalkan atas kerusuhan di Kanjuruhan. Pemerintah akan menangani tragedi ini dengan baik," katanya dalam keterangannya.
Mahfud MD juga menyampaikan bela sungkawa atas kejadian bersejarah tersebut. Ia mendoakan agar keluarga korban bisa bersabar.
"Kepada keluarga korban, kami menyampaikan belasungkawa. Kami juga berharap agar keluarga korban bersabar dan terus berkordinasi dengan aparat dan petugas pemerintah di lapangan. Pemda Kabupaten Malang akan menanggung biaya rumah sakit bagi para korban," jelasnya.
Mantan ketua MK itu menyampaikan, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan.
"Misal, pertandingan agar dilaksanakan sore (bukan malam), jumlah penonton agar disesuaikan dgn kapasitas stadion yakni 38.000 orang," katanya.
"Tapi usul-usul itu tidak dilakukan oleh Panitia Pelaksana yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan tcket yang dicetak jumlahnya 42.000," katanya lagi.
Mahfud MD juga mengatakan, bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsupporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu supporter Persebaya tidak boleh ikut menonton.
Ia mengatakan, supporter di lapangan hanya dari pihak Arema. Oleh sebab itu, para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsupporter.
"Pemerintah telah melakukan perbaikan pelaksanaan pertandingan sepak bola dari ke waktu dan akan terus diperbaiki. Tetapi olahraga yang menjadi kesukaan masyarakat luas ini kerap kali memancing para supporter untuk mengekspresikan emosi secara tiba-tiba," ujarnya soal tragedi Stadion Kanjuruhan usai laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya itu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |