Gaya Hidup

Pemilik Kopi 16/12 Ajak Sejahterakan para Petani Kopi

Minggu, 05 Februari 2023 - 16:00 | 104.70k
Cuncun, salah seorang founder kopi 16/12 memperlihatkan produk kopinya. (Foto: Djarot/TIMES Indonesia)
Cuncun, salah seorang founder kopi 16/12 memperlihatkan produk kopinya. (Foto: Djarot/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Tercatat sebagai negara penghasil kopi ke-4 di dunia, Indonesia memiliki beragam jenis varietas kopi yang popular di dunia. Kopi Gayo, Kintamani, kopi Luwak, kopi Jawa, Sidikalang, hingga Toraja. Selain yang disebutkan, masih banyak lagi kopi-kopi enak di Indonesia yang disukai di luar negeri.

Indonesia dengan tanah yang subur menjadi lahan pas untuk menanam kopi ataupun rempah. Negara lain sudah mengetahui bahwa varietas kopi di Indonesia memiliki kualitas tinggi yang disukai baik aroma ataupun kopinya sendiri.

Berikut contoh kopi seperti Kopi Arabika Flores Bajawa, kopi asal Nusa Tenggara Timur ini yang telah banyak diekspor ke banyak negara di dunia, salah satunya adalah Amerika.

Berbicara perihal kopi, di kota Bandung, tepatnya jalan Kopo ada juga pelaku usaha kopi yang sudah bersertifikasi dan tergabung dalam ASKI. Pelaku usaha ini adalah 16/12 yang memiliki perhatian khusus terhadap kopi Nusantara dengan baik.

Banyak kopi Nusantara, dari Sabang hingga Merauke yang berasal dari provinsi di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga ke Flores dan tempat lain di Indonesia, dipasarkan oleh owner 16/12, Peter Adrianto dan Cuncun Tjandra ke berbagai daerah. Mereka pun aktif mengikuti berbagai pameran dan eksibisi kopi sampai ke luar Jawa Barat.

Kopi-16-2.jpgCuncun & Peter melayani pembeli kopi yang datang ke stand (Foto : Djarot/TIMES Indonesia)

Mengapa mereka menyukai membina networking ke mana-mana alasannya agar bisa menambah banyak ilmu dan pengalaman dari sesama pelaku usaha kopi di Indonesia.

“Kenapa kita mengedepankan kopi-kopi produk Jawa Barat? Karena kita memang berkegiatan usaha di Jawa Barat. Jadi, otomatis petani-petani kopinya mudah dijangkau oleh kita” ujar Cuncun Tjandra, Bifhex, Bandung, Minggu (5/1/2023)

“Pak Peter ini pemerhati hulu, jadi ia suka ke kebun, petik buah sendiri, proses dan sangrai sendiri, dan semuanya dilakukan itu untuk menjaga kualitas kopinya itu,”ulas Cuncun.

Cuncun pun, yang hobi cuap-cuap menyatakan bahwa kopi dari setiap daerah itu memiliki ciri khas.

Ia juga menjelaskan bagaimana kopi Aceh memiliki rasa fruity dan cheelynya. "Kopi Aceh itu memiliki rasa pedas yang juga ketika diseduh suka ada rasa gula aren, asam jawa sehingga Cuncun pun berseloroh bahwa Kopi Aceh seperti rujak," ungkapnya.

Cuncun menerangkan bagaimana kopi dari Flores akan keluar aroma kacang sedangkan kopi Jawa Barat memiliki rasa kuat buah-buahannya dan kopi Bali ciri khasnya adalah kopinya yang kental.

Owner 16/12 ini pun menjelaskan bahwa karakter setiap kopi di daerah di Indonesia itu memiliki ciri khasnya masing-masing.

Kopi-16-3.jpgProduk kopi yang dijual Kopi 16/12  (Foto : Djarot/TIMES Indonesia)

“Curah hujan setiap daerah pun mempengaruhi terhadap kualitas kopi yang dihasilkan,” ungkap Peter menambahkan.

“Bahkan, orang-orang hanya mengenal dua varian saja dalam kopi, seperti kopi Arabika dan Robusta, padahal masih ada juga kopi seperti Exelsa dan Liberika walau kopi sudah sangat jarang ditemui,” paparnya.

Peter pun menerangkan bahwa pelanggan kopinya tidak hanya membeli satu varian kopi saja tetapi bisa saja lain waktu membeli kopi dari daerah lain. Begitu juga pembeli baru akan seperti itu, bisa berbeda dalam membeli jenis kopi yang diinginkan.

Peter juga menceritakan bagaimana ia berupaya membuat apa yang dihasilkan oleh pohon kopi itu, zero waste, artinya tidak ada yang terbuang, semua menghasilkan.

Hasilnya, ia pun bisa memanfaatkan kulit atau daging buah kopi bisa juga dibuat seperti seduhan teh dan hasilnya enak juga.

Ia tambahkan sangraian kulit biji kopi dengan tambahan bunga seperti bunga telang contohnya.

Peter menjelaskan bahwa harapannya kelak ia bisa membuat petani kopi menjadi sejahtera sehingga kelak ada penerus di keluarganya yang menjadi petani kopi juga.

Bila petani kopi sekarang merasa bertani kopi tidak mensejahterakan diri dan keluarganya maka ke depan, ia yakin akan semakin sulit mendapat petani kopi yang berkualitas. Karena itulah, ia berencana untuk kursus bersertifikat dari luar negeri untuk mendapatkan keilmuan perihal perkopian ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES