Gaya Hidup

Energi Jiwa Gunung Bromo

Minggu, 28 Mei 2023 - 06:10 | 219.44k
Ilustrasi Gunung Bromo. (Foto: Dokumen TI)
Ilustrasi Gunung Bromo. (Foto: Dokumen TI)

TIMESINDONESIA, MALANG – Setiap hari Minggu, TIMES Indonesia akan menyajikan esai ringan tentang alam, kehidupan, peradaban, dan lain sebagainya. Rubrik gaya hidup ini akan diasuh oleh Bayhaqi Kadmi (budayawan, humorolog, dai, dan editor ahli TIMES Indonesia). Esai minggu ini akan dimulai dari catatan ringan Khoirul Anwar dari Gunung Bromo yang menggunakan gaya bahasa aku.

Surat kepada Diri Sendiri

AKU telah terpisah dari dunia, dihantui oleh mimpi-mimpi yang belum diwujudkan, dan teka-teki diri sendiri yang belum terpecahkan. Dalam pencarian akan kebenaran dan pemahaman, takdir memandu ku ke suatu tempat yang tak lain adalah cerminan jiwaku sendiri: Gunung Bromo. 

Ini adalah sebuah surat kepada diri sendiri. Penemuan jati diri melalui perjalanan spiritual ke dalam keindahan alam liar.

Pandangan pertama ku pada Gunung Bromo adalah pertunjukan yang indah dan mengerikan. Gunung berapi yang berapi-api, wajahnya tampak misterius di bawah sinar bintang redup tanggal muda bulan Suro. Sebuah pemandangan yang memikat hati, berpadu dengan harum belerang yang memenuhi udara. Itu adalah petualangan yang dipaksakan oleh naluri manusia untuk mencari dan menemukan.

Aku mulai mendaki dengan keberanian, dan ketakutan. Melangkah melalui jalur berpasir yang berbisik dan berbatu. Udara dingin yang menggigit kulit menghidupkan kembali indra. Setiap langkah membawa ku lebih dekat ke puncak dunia. Lebih dekat pada penemuan diri sendiri. 

Tak terasa, aku merasa seperti Edgar Allan Poe dalam karyanya. Tenggelam dalam suasana gelap dan suram, tetapi selalu berharap menemukan cahaya dalam kegelapan.

Aku menyerahkan diri kepada alam. Menyadari bahwa aku bukan apa-apa di hadapan kekuatan besar itu. 

Aku merenung pada pemikiran bahwa, seperti Gunung Bromo yang juga memiliki kekuatan untuk menciptakan dan menghancurkan. Pengalaman ini mencerminkan keadaan jiwa, dipenuhi dengan ketakutan dan harapan, kegelapan dan cahaya, kesedihan dan sukacita.

Dengan setiap jarak yang ku tempuh, aku merasakan sebuah metamorfosis dalam diri. Aku mulai merasakan perspektif baru, mengakui sisi-sisi diri yang belum pernah aku kenali sebelumnya. 

Aku mulai melihat diriku tidak hanya sebagai penonton. Tetapi sebagai bagian dari pemandangan luar biasa ini.

Perjalanan Dimulai Langkah Pertama

Dalam perjalanan ke puncak, aku diingatkan akan kata-kata bijak: "Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah." Langkah pertama ku di Gunung Bromo bukanlah hanya langkah fisik. Tetapi juga langkah spiritual, ke dalam diri sendiri.

Saat berjalan melewati jalur yang berliku dan berbatu, sebuah quote dari Friedrich Nietzsche muncul dalam pikiran saya: "Apa yang tidak membunuh kita membuat kita lebih kuat." 

Itulah yang ku rasakan. Setiap tantangan, setiap kesulitan yang saya hadapi dalam perjalanan ini, telah membuat ku menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih berani.

Di tengah kesunyian dan keheningan, kata-kata Henry David Thoreau terdengar nyata: "Saya pergi ke hutan karena saya ingin hidup dengan sengaja, untuk menghadapi hanya fakta-fakta kehidupan paling penting, dan melihat apakah saya tidak bisa belajar apa yang harus diajarkan, dan tidak, ketika saya datang untuk mati, menemukan bahwa saya belum hidup." 

Inilah yang kucari. Kehidupan yang diisi dengan pemahaman dan penemuan diri.

Ketika aku mencapai puncak, kata-kata dari J.R.R. Tolkien menggema di telinga: "Bukan semua yang berkelana itu hilang." Meski saya merasa tersesat dalam petualangan ini, saya tahu bahwa saya sebenarnya sedang menemukan diri saya sendiri.

Dan akhirnya, ketika aku menatap ke dalam kawah Gunung Bromo yang misterius, sebuah quote dari Carl Jung terlintas dalam pikiran: "Siapa yang melihat ke luar, bermimpi; siapa yang melihat ke dalam, bangun." 

Melalui perjalanan ini, aku bukan hanya telah bermimpi, tetapi juga telah bangun ke realitas diri sendiri.

Setiap quote ini sekarang telah menjadi bagian dariku, menyatu dengan setiap penemuan dan pengalaman di Gunung Bromo. Mereka adalah petunjuk yang telah membantu dalam perjalanan penemuan diri, dan akan terus menjadi sumber inspirasi dan motivasi di jalan ke depan.

Hidup Tak Akan Pernah Berhenti

Ketika aku akhirnya mencapai puncak, tubuh ini serasa dilahirkan kembali. Aku berdiri di tepi kawah, merasakan hembusan angin yang membawa abu vulkanik. Menatap ke dalam lubang yang tampaknya tak berdasar. Dalam ketakutan dan rasa kagum, aku mengenali diri: penuh misteri, mampu, punya kekuatan luar biasa, dan selalu berubah se-labil manusia pada umumnya.

Petualangan ke Gunung Bromo adalah lebih dari sekedar perjalanan fisik; itu adalah perjalanan introspektif. Aku menemukan diri dalam keheningan gunung berapi itu, dalam kegelapan kawahnya, dan dalam keindahannya yang mengerikan. 

Aku telah belajar bahwa, seperti Bromo, aku juga adalah makhluk yang berubah. Yang keberadaannya berarti adaptasi dan pertumbuhan.

Pada akhirnya, perjalanan ini membawa ku pada pemahaman bahwa penemuan diri bukanlah suatu titik akhir, melainkan suatu proses yang tak berakhir. Tidak ada kata-kata yang dapat sepenuhnya menggambarkan perubahan batin yang telah ku alami. Tetapi aku merasa beruntung telah menjalani petualangan ini dan menemukan diri dalam rahasia dan keindahan Gunung Bromo.

Di sini, dalam keheningan dan kesunyian, aku menemukan suara diri sendiri. Dalam kegelapan, aku menemukan cahaya. Dalam ketakutan, aku menemukan keberanian. Dalam kehancuran, aku menemukan kekuatan. Dan dalam perjalanan, aku menemukan tujuan.

Seperti pendaki gunung lainnya, aku meninggalkan jejak di jalur Gunung Bromo. Tetapi lebih dari itu, gunung itu telah meninggalkan jejaknya di diriku. Setiap pemandangan yang terlihat, setiap batu yang terpijak, setiap hembusan angin yang terasakan, semuanya telah menjadi bagian dari diriku sendiri.

Gunung Bromo, dengan semua keindahan dan misterinya, telah menjadi cermin yang menunjukkan gambaran diri ini yang sebenarnya. Mungkin kita semua memerlukan Gunung Bromo kita sendiri. Sebuah tempat yang memaksa kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri, untuk menantang dan mengatasi ketakutan kita, dan untuk akhirnya menemukan siapa kita sebenarnya.

Kini, saat aku berdiri di tengah kebisingan dan keramaian dunia, aku merasa lebih terhubung dengan diri sendiri. Aku membawa Gunung Bromo dalam hati, sebuah simbol dari perjalanan panjang dan sulit yang dilakukan untuk menemukan diri sendiri. Dan saya yakin, tidak ada petualangan yang lebih besar dari petualangan menemukan siapa kita sebenarnya.

Berlabuh di Dermaga Akhir: Ilaihi Rajiun

Dalam perjalanan kembali, aku menatap gunung berapi itu dari kejauhan, lambang dari perjalanan yang telah ditempuh. Gunung Bromo, kini menjadi bagian tak terpisahkan dari jati diri, dari pertumbuhan, dari kesadaran ku sendiri.

Setiap kali aku menutup mata, aku bisa melihat kembali keindahan Gunung Bromo dalam pikiran. Merasakan guncangan tanah di bawah kaki, mendengar bisikan angin di telinga. Gunung Bromo kini bukan hanya tempat yang telah ku kunjungi, tetapi bagian dari diriku yang baru.

Aku menyadari bahwa setiap orang memiliki Gunung Bromo mereka sendiri - tantangan, pengalaman, atau tempat yang membantu mereka menemukan siapa mereka sebenarnya. Petualangan pribadi ini, yang mengharuskan kita untuk menantang diri sendiri, membantu kita untuk berkembang dan menjadi lebih kuat.

Setiap kita memiliki petualangan kita sendiri, dan setiap petualangan mengarah pada penemuan diri sendiri. Petualangan ku di Gunung Bromo mungkin telah berakhir, tetapi perjalanan penemuan diri baru saja dimulai. Aku tahu sekarang bahwa aku adalah seorang petualang, seorang penjelajah, seorang peregrin dalam mencari makna dan tujuan.

Gunung Bromo mungkin hanya satu dari ribuan gunung di dunia ini. Tetapi bagi ku, itu adalah dunia ku sendiri. Tempat aku menemukan diri dan menjadi diri sejati. Ini adalah cerita petualangan pribadi, dan cerita penemuan diri. Dan aku tahu, ini baru permulaan dari perjalanan yang lebih besar.

Saat ini, aku berdiri dengan penuh penghargaan dan rasa terima kasih. Dengan Gunung Bromo di balik sana, dan jalan ke depan ku yang masih jauh dan penuh misteri, aku siap untuk petualangan selanjutnya, petualangan dalam penemuan diri. Karena sekarang, aku tahu bahwa perjalanan itu sendiri adalah tujuannya. Dan petualangan terbesar yang pernah ada adalah petualangan dalam menemukan diri kita sendiri. Sampai akhirnya kita semua pun berlabuh pada dermaga akhir: ilaihi rajiun. (khoirul anwar)

Lereng Bromo, 28 Mei 2023, pukul 05.05 WIB

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bayhaqi Kadmi
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES