Peristiwa Nasional

Menag: Jadikan Waisak Momentum Merajut Kembali Kerukunan

Kamis, 23 Mei 2024 - 09:58 | 17.50k
Menag Yaqut Cholil Qoumas. (FOTO: dok. Kemenag for TIMES Indonesia) 
Menag Yaqut Cholil Qoumas. (FOTO: dok. Kemenag for TIMES Indonesia) 

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengajak masyarakat Indonesia memanfaatkan momentum Hari Raya Waisak 2568 Buddhis Era (BE)/2024 Masehi untuk merajut kembali kerukunan usai pemilihan Presiden dan Anggota Legislatif. 

“Mari jadikan Waisak tahun 2568 BE ini sebagai momentum untuk merajut kembali kerukunan setelah dinamika pemilihan presiden dan anggota legislatif,” ucap Menag Yaqut dalam video yang diterima TIMES Indonesia pada Kamis (23/5/2024).

Dalam peringatan Hari Raya Waisak ini, Menag yang akrab disapa Gusmen mengatakan, sudah waktunya seluruh masyarakat bersinergi dan berkolaborasi bersama-sama dalam berkontribusi bagi pembangunan bangsa kedepan. 

Selain itu, Gusmen juga mengapresiasi tema Hari Raya Waisak yaitu kesadaran, keberagaman jalan hidup luhur harmonis dan hidup bahagia. Menurutnya, tema ini sangat relevan dengan konteks bangsa saat ini.

“Kesadaran bahwa bangsa ini kaya akan keragaman sangat penting untuk merawat harmoni dan kerukunan, sebab kerukunan adalah prasyarat pembangunan,” ujar Gusmen. 

“Kepada umat Budha di seluruh Indonesia, selamat memperingati Hari Raya Trisuci Waisak 2568 BE tahun 2024,” tandas Menag Yaqut Cholil Qoumas. 

Makna Waisak

waisak.jpg Ilustrasi Makna Waisak. (FOTO: dok. Kemenag) 

Dilansir dari laman Kementerian Agama, Kata Waisak berasal dari dua bahasa yaitu Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali) yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis. Pada kalender Masehi, Waisak umumnya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.

Umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak, karena untuk memperingati tiga peristiwa penting, yaitu: (1) Kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM; (2) Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM; dan (3) Wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.

Menyongsong Waisak, umat Buddha sering mengadakan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makan leluhur, bersih makam pahlawan. Pada saat Hari Waisak, umat Buddha melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama. Kegiatan lomba atau pentas kesenian juga dilaksanakan untuk memeriahkan perayaan Waisak.

Perayaan Waisak, tidak hanya sekedar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu. Umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.

Tekad dan semangat Buddha Gautama ditunjukkan pada saat beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara. Petapa Sumedha bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya. Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama terlahir di bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami. Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha. 

Umat Buddha yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya. Penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES