Ekonomi

Buah Naga Kuning, Primadonanya Buah Naga yang Mengguncang Pasar

Kamis, 27 Juni 2024 - 17:30 | 13.93k
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat mengunjungi lahan buah naga Mulyadi (petani dari Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran yang sukses mengembangkan buah naga kuning) di sela kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa).
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat mengunjungi lahan buah naga Mulyadi (petani dari Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran yang sukses mengembangkan buah naga kuning) di sela kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa).

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIBuah naga kuning kini tengah menjadi primadona dan banyak diminati oleh masyarakat. Keunikan rasa dan manfaat kesehatannya membuat buah ini semakin dicari. Kabupaten Banyuwangi, yang dikenal sebagai salah satu sentra pemasok buah naga terbesar di Indonesia, tentu tidak akan melewatkan peluang emas ini.

Selain menanam buah naga merah dan putih, para petani hortikultura di Banyuwangi juga mengembangkan buah naga kuning. Salah satu contoh sukses adalah Mulyadi, petani dari Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, yang telah mengembangkan buah naga kuning varietas Golden Isis sejak satu setengah tahun lalu.

Varietas Golden Isis memiliki rasa yang unik, perpaduan rasa buah anggur dan leci, serta tampilan eksotis dengan warna kulit kuning keemasan. Inilah yang membuat varietas buah naga kuning ini menjadi primadona. 

"Harganya juga cukup tinggi. Saat ini di pasaran sudah mencapai Rp50.000 per kilogram, sementara buah naga merah di bawahnya," kata Mulyadi saat dikunjungi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di Desa Sumberagung, Selasa (25/6/2024).

Harga yang menggiurkan ini membuat Mulyadi dan sejumlah petani lain di desa tersebut tertarik untuk menanam buah naga kuning. Saat ini, tidak kurang dari 2,5 hektar lahan buah naga kuning di wilayah Kecamatan Pesanggaran. 

Mulyadi menyebut pola perawatan buah naga Golden Isis tidak jauh berbeda dengan buah naga merah. Ia memberlakukan perawatan semi organik dengan memadukan penggunaan pupuk kandang dan pupuk kimia, serta kapur dolomit, didukung dengan penyinaran lampu untuk merangsang pembungaan.

Dengan perawatan tersebut, tanaman buah naga Golden miliknya tumbuh dan berbuah secara optimal. 

"Dari tanam hingga panen pertama biasanya butuh waktu 1-1,5 tahun. Tapi buah naga Golden saya 9 bulan sudah panen perdana dan buahnya bagus," jelas Mulyadi. 

Dalam 1,5 tahun masa tanam, Mulyadi mengaku sudah melakukan panen sebanyak tujuh kali dengan hasil mencapai dua ton. Produk buah naga kuning tersebut sudah memenuhi standar kualitas supermarket.

"80 persen hasil panen kami dipasok ke supermarket di wilayah Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta," ungkap Mulyadi. 

Dalam mengembangkan buah naga, Mulyadi sangat teliti dan berhati-hati sehingga menghasilkan buah berkualitas sesuai spesifikasi supermarket. Misalnya, tidak sembarangan menggunakan pupuk dan perangsang buah. 

"Hasilnya ukuran buah seragam, antara 5-8 ons. Ini sesuai standar pasar modern. Mereka tidak mau buah yang ukurannya terlalu besar," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Ipuk sangat mendukung upaya para petani buah naga di desa dengan mengembangkan varietas baru. 

"Kita memang harus jeli melihat peluang pasar. Selain memperkaya potensi pertanian daerah, ini juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani karena harganya yang tinggi," ujar Ipuk.

Selain di Kecamatan Pesanggaran, buah naga kuning juga dikembangkan di beberapa daerah lainnya di Banyuwangi, seperti Kecamatan Muncar, Giri, dan Gambiran. 

Pemkab Banyuwangi mendukung pengembangan buah naga kuning ini melalui berbagai program, termasuk pendampingan intensif oleh tenaga penyuluh pertanian, bantuan pupuk, pelatihan sambung pucuk, hingga bantuan bibit. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES