Peristiwa Daerah

Pasar Buku Wilis Malang Tetap Ramai di Era Digital, Apa Rahasianya?

Kamis, 27 Februari 2025 - 03:10 | 7.37k
Suasana di Pasar Buku Wilis Malang. Pasar buku yang berdiri sejak 2003 ini tetap ramai dikunjungi warga yang mencari buku baru atau bekas dengan harga terjangkau. (Foto: Nazar Firdausi/TIMES Indonesia)
Suasana di Pasar Buku Wilis Malang. Pasar buku yang berdiri sejak 2003 ini tetap ramai dikunjungi warga yang mencari buku baru atau bekas dengan harga terjangkau. (Foto: Nazar Firdausi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah gempuran era digital yang mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengakses informasi, Pasar Buku Wilis di Kota Malang, Jawa Timur justru tetap ramai dikunjungi pembeli. Pasar yang telah berdiri sejak tahun 2003 ini menjadi bukti bahwa buku fisik, terutama buku bekas, masih memiliki tempat di hati para pencinta literasi.

Rahasia di balik kesetiaan pengunjung terletak pada koleksi buku langka yang sulit ditemukan di tempat lain. "Kami menyediakan buku-buku lawas, mulai dari sastra klasik, buku pelajaran zaman dulu, hingga majalah tua yang sudah tidak diterbitkan lagi. Banyak mahasiswa, peneliti, dan kolektor yang datang ke sini untuk mencari referensi unik," ujar Setyo Tri, salah satu penjual di Pasar Buku Wilis Malang kepada TIMES Indonesia, pada 12 Februari 2025.

Advertisement

Selain koleksinya yang beragam, harga yang terjangkau juga menjadi daya tarik utama. Buku-buku di Pasar Wilis dijual dengan harga mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 50.000, tergantung kondisi dan kelangkaannya.

"Banyak pelanggan yang bilang, di sini mereka bisa mendapatkan buku-buku yang sulit ditemukan seperti nama penerbit buku yang biasanya tidak ada di platform daring, selain itu kualitas buku di sini juga bagus dan harganya juga murah. Ini yang membuat mereka selalu kembali," tambah Setyo Tri.

Suasana-di-Pasar-Buku-Wilis-h.jpgBarisan toko penjual buku di Pasar Buku Wilis Malang. Pasar buku di Jalan Wilis Kota Malang ini menjadi salah satu pasar ikonik yang tetap ramai dikunjungi warga yang mencari buku bekas dan buku baru. (Foto: Nazar Firdausi/TIMES Indonesia)

Tak hanya itu, suasana nostalgia yang tercipta di dalam pasar juga menjadi alasan lain mengapa Pasar Buku Wilis tetap diminati. Rak-rak yang penuh dengan buku-buku bekas, aroma khas kertas lama, serta interaksi langsung antara penjual dan pembeli menciptakan pengalaman berbelanja yang berbeda dari sekadar mengklik tombol "beli" di toko online.

Seorang pengunjung mengaku sering datang ke Pasar Buku Wilis untuk mencari buku-buku sastra lama. "Saya ke sini untuk mencari buku-buku yang tidak ada di toko besar atau platform digital. Selain itu, berburu buku bekas di sini seperti petualangan tersendiri bagi saya," ucap Roni.

Suasana-di-Pasar-Buku-Wilis-c.jpgBuku-bukyang dijual di Pasar Buku Wilis Malang. (Foto: Nazar Firdausi/TIMESu bekas Indonesia)

Meski tantangan era digital tidak bisa dihindari, Pasar Buku Wilis membuktikan bahwa minat terhadap buku fisik, terutama yang memiliki nilai sejarah dan nostalgia, tetap tinggi. Keberadaan pasar ini juga menjadi pengingat bahwa di balik kemajuan teknologi, ada hal-hal tradisional yang tetap dicintai dan dilestarikan. 

"Selama masih ada yang mencintai buku fisik, kami akan terus berusaha mempertahankan toko ini," pungkas Setyo Tri dengan penuh semangat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES