Mengenal Siropen Leo, Sirop Legendaris 4 Generasi Asli Kota Malang yang Berdiri Sejak 77 Tahun Lalu

TIMESINDONESIA, MALANG – Kota Malang sebagai kota yang sarat akan sejarah, menyimpan banyak cerita menarik termasuk dalam dunia kuliner. Tidak banyak yang tahu, bahwa Kota Malang memiliki produk kuliner minuman legendaris bernama Siropen Leo.
Siropen Leo diproduksi di pabrik rumahan yang terletak di Jalan Brigjen Katamso Kecamatan Klojen, Kota Malang. Sirop ini pertama kali diproduksi pada tahun 1948 oleh generasi pertama, bernama Tjan Ing Tjhan.
Advertisement
Kini, sirop legendaris tersebut dikelola oleh generasi keempat, yakni Daniel Hartono. Ia pun tetap mempertahankan resep turun temurun dari kakek buyutnya, yaitu memakai gula pasir tebu tanpa pemanis buatan.
"Dahulu kalau tidak salah, tempat produksi atau pabriknya itu berada di kawasa sekitaran Jalan Zaenal Zakse. Lalu sekitar tahun 1980, pindah ke Jalan Brigjen Katamso sampai sekarang," ujar Daniel, Sabtu (15/3/2025).
Daniel menjelaskan, pada awal mula berdiri, kakek buyutnya itu memproduksi sirop dengan varian rasa terbatas, yakni rose, leci dan cocopandan.
"Tentunya, usaha sirop ini terus kami kembangkan. Dan kini total sudah ada 11 varian rasa yaitu blewah, lemon squash, coffee mocca, leci putih, leci hijau, rosen, frambozen, aardbeien atau strawberry, cocopandan, melon dan anggur," terangnya.
Disamping resep, cara pembuatannya pun masih mempertahankan cara tradisional dan manual. Mulai dari pemasakan, pengisian sirop ke dalam botol hingga menempel label.
Untuk alur pembuatan, yaitu gula dengan air dan bahan-bahan lainnya dicampur dan dimasak jadi satu hingga benar-benar larut. Setelah itu, disaring bersih dan didinginkan.
"Selanjutnya diberi perasa dan warna lalu dimasukkan ke dalam kemasan botol. Dari sekian proses itu, yang paling lama ya proses pendinginannya," ungkapnya.
Bahkan, kuali yang ia gunakan untuk membuat sirup, itu dipertahankan sejak pertama kali ada tahun 1948 sampai sekarang.
“Kuali ini sejak awal ada sampai sekarang kita pakai. Kalau awal buat, nunggu lama harus nunggu panas. Kalau prosesnya ya 24 jam lah sampai pengemasan,” katanya.
Berkat eksistensinya, sirop legendaris ini memiliki pangsa pasar sendiri. Untuk di Kota Malang, dipasarkan di toko-toko tertentu.
"Selain dalam kota, kami juga mengirimkannya ke luar kota. Karena beberapa konsumen ada yang tinggal di Semarang, Solo, Bandung bahkan Bali," tuturnya.
Bahkan, saat Ramadan tiba mereka mampu memproduksi 3.000 botol per harinya. Ini meningkat 300 persen dari hari hari biasanya.
“Meningkatnya 300 persen. Biasanya kan 1.000 botol per hari, sekarang sampai 3.000 botol per hari,” ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |