Kuliner Mozaik Ramadan 2025

Asal-usul Sanggring Kolak Ayam, Tradisi di Gresik yang Dilestarikan Tiap 23 Ramadan

Selasa, 18 Maret 2025 - 19:23 | 7.90k
Sanggring Kolak Ayam, sajian unik untuk berbuka puasa di Gresik. (Foto: Dokumentasi Panitia Sanggring Kolak Ayam).
Sanggring Kolak Ayam, sajian unik untuk berbuka puasa di Gresik. (Foto: Dokumentasi Panitia Sanggring Kolak Ayam).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, GRESIK – Ada tradisi unik di Kabupaten Gresik Jawa Timur yang diperingati setiap 23 Ramadan yakni sanggring kolak ayam. Tradisi masyarakat di Desa Gumeno Kecamatan Manyar ini terus dilestarikan sejak era Sunan Dalem.

Masyarakat setempat biasanya menyediakan ribuan porsi kolak ayam sebagai menu takjil buka puasa bersama di Masjid Jami' Sunan Dalem.

Advertisement

Nama 'sanggring' berasal dari kata 'sang' dan 'gring'. Sang berarti raja atau penggedhe, sementara gring artinya gering atau sakit.

Sehingga Sanggring berarti raja yang sakit. Masakan ini juga biasa disebut kolak ayam karena berbahan utama ayam.

Konon menurut catatan sejarah, Sanggring merupakan tradisi yang berasal dari riwayat Sunan Dalem. Saat itu, Sunan Dalem jatuh sakit lalu memerintahkan penduduk setempat untuk mencarikan obat. Sebagian penduduk bahkan mencari obat ke berbagai daerah. 

Namun mereka tidak kunjung menemukan satupun obat atau orang yang bisa menyembuhkan penyakit Sunan Dalem.

Kemudian Sunan Dalem di tengah kebingungan para penduduk yang sudah berupaya mencari obat dengan berbagai cara akhirnya mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui mimpinya.

Melalui mimpi tersebut, Sunan Dalem diminta untuk membuat masakan yang bisa digunakan sebagai obat yakni Sanggring.

Sanggring-Kolak-Ayam-2.jpg

Keesokan harinya, Sunan Dalem memerintahkan penduduk agar membawa seekor ayam jago berumur sekitar satu tahun ke masjid. 

Oleh penduduk setempat, ayam jago yang diminta Sunan Dalem tersebut kemudian diolah dengan santan kelapa, gula merah, daun bawang dan jinten.

Setelah matang, Sunan Dalem menyantap kolak ayam bersama ketan ketika berbuka puasa, karena saat itu bertepatan dengan 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 Masehi. 

Setelah menyantap kolak ayam, Sunan Dalem akhirnya sembuh dari penyakitnya. Tradisi kuliner yang telah berusia 5 abad tersebut hingga kini masih terus eksis dijalankan oleh masayarakat setempat setiap tahun akhir ramadan 

Ketua pelaksana Sanggring Gumeno Didik Wahyudi mengatakan, rangkaian acara tradisi Sanggring Gumeno tahun ini menjadi perayaan yang istimewa.

Hal ini karena ada Festival Banjari TK Jawa Timur, ada juga pengajian akbar KH. Anwar Zahid dari Bojonegoro yang digelar setelah sholat tarawih. 

“Tahun ini spesial ada pengajian akbar KH. Anwar Zahid dari Bojonegoro setelah sholat tarawih yang belum ada di tahun-tahun sebelumnya,” kata Didik, Minggu (16/3/2025). 

Didik menjelaskan, panitia tahun ini menyediakan sebanyak 3500 porsi Sanggring atau kolak ayam bagi para tamu di Masjid Jami' Sunan Dalem.

Jumlah ini menjadi yang terbanyak dalam sejarah penyelenggaran tradisi Sanggrig Gumeno. 

“Tahun ini disediakan 3500 bungkus untuk tamu di masjid, berasal dari 260 ekor ayam, 740 kg gula merah, 600 butir kelapa, 250 kg bawang daun, 60 kg jinten bubuk, dan 1400 liter air. Jumlah ini terbanyak dalam sejarah pengadaannya,” jelasnya. 

Selain mengikuti rangkaian acara Semarak Sanggring di Masjid Jami' Sunan Dalem, para tamu juga biasanya bertandang ke rumah kerabat maupun warga di desa setempat dan disuguhi menu kolak ayam yang sama. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES