Peristiwa Daerah

Tradisi Likuran Akhir Ramadan, Masjid Tegalsari Ponorogo Jadi Jujugan Pemburu Lailatul Qadar

Senin, 24 Maret 2025 - 10:50 | 15.12k
Ribuan jemaah selalu memadati masjid Tegalsari Ponorogo di sepuluh hari terakhir Ramadan. (Foto:Marhaban/TIMES Indonesia)
Ribuan jemaah selalu memadati masjid Tegalsari Ponorogo di sepuluh hari terakhir Ramadan. (Foto:Marhaban/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PONOROGOTradisi likuran sudah ada sejak turun temurun di Masjid Tegalsari, Kabupaten Ponorogo. Sepuluh hari terakhir Ramadan, masjid yang didirikan Kiai Ageng Hasan Besari 400 tahun lalu selalu menjadi jujugan umat Islam dari berbagai penjuru untuk ber-i'tikaf.

Tradisi likuran bagi umat Islam memang berkaitan dengan sepuluh hari terakhir atau malam-malam ganjil di bulan suci Ramadan. Tradisi ini berhubungan erat dengan dalil bahwa malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan bisa jadi malam mulia Lailatul Qadar.

Advertisement

Lailatul qadar sendiri menurut keyakinan umat Islam dalam malam yang jika kita mendapatinya maka pahala yang diraih  seolah-olah kita beribadah seribu bulan. Seribu bulan sama dengan 83 tahun kurang lebih, adakah manusia yang sanggup beribadah secara konsisten selama itu.

Dari Pantauan TIMES Indonesia, sejak malam 21, Jumat (20/3/2025), dan malam 23, Sabtu (22/3/2025), ribuan jemaah  telah  memadati area Masjid Tegalsari. 

Tradisi-Likuran-Akhir-Ramadan-S.jpg

"Tradisi turun -temurun ini masih terjaga dengan baik di Tegalsari. Bahkan setiap tahunnya selalu meningkat, dan puncaknya nanti malam 27 Ramadan," kata Kunto Purnomo, salah satu tokoh yang dituakan di Masjid Tegalsari.

Ia pun bercerita tentang malam Lailatul Qadar yang selalu diburu umat Islam di sepuluh hari terakhir Ramadan. Menurutnya, malam Lailatul Qadar  atau malam ketetapan, adalah satu malam  penting yang terjadi di bulan Ramadan.

"Sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan adalah benar adanya. Dan diskripsi keistimewaan malam Lailatul Qadar sudah tercatat dalam Al-Qur'an pada surah Al-Qadar," sebut Kunto.

Yoyok Gunawan, salah satu jemaah asal Madiun mengaku, hampir setiap tahun di sepuluh hari terakhir Ramadan ikut berburu malam Lailatul Qadar di Masjid Tegalsari.

"Terus terang di Masjid Tegalsari ini memang beda. Mungkin sugesti saya, di Masjid Tegalsari ini doa-doa saya seakan-akan di ijabah oleh Allah SWT," katanya.

Sementara itu Sutrisno, salah satu jemaah Masjid Tegalsari mengaku dirinya hampir setiap hari menjadi jemaah Masjid Tegalsari. Terkait malam Lailatul Qadar, ia menjelaskan, "Haq, itu kuasa Allah SWT dan benar adanya. Kenapa malam Lailatul Qadar selalu diburu umat Islam,

"Karena siapa yang mendapati malam tersebut, seperti melakukan ibadah selama kurang lebih 83 tahun. Kalau secara nalar memang tidak bisa dicerna, tapi kita kembalikan kepada Kuasa Allah SWT yang tiada batas, itu saja menurut saya," tukas Sutrisno, warga Kutu Wetan Ponorogo.

Informasi yang diterima TIMES Indonesia, Senin (25/3/2025), malam nanti, yang merupakan malam 25 Ramadan, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan Bupati Madiun Hari Wuryanto akan bersama-sama ribuan jemaah berburu malam Lailatul Qadar, dan melakukan i'tikaf di Masjid Tegalsari, Kabupaten Ponorogo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES