Keutamaan Tarawih Malam ke-27 Ramadan: Melewati Shirath Secepat Kilat

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Keutamaan Tarawih malam ke-27 Ramadan dijelaskan dalam kitab Durratun Nashihin, yang menyebutkan bahwa orang yang menjalankannya akan melewati jembatan Shirathal Mustaqim dengan kecepatan seperti kilat pada hari kiamat.

Kitab tersebut memuat kutipan berbahasa Arab:

Advertisement

وَفِى اللَّيْلَةِ السَّابِعَةِ وَاْلعِشْرِيْنَ جَازَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَلَى الصِّرَاطِ كَاْلبَرْقِ اْلخَاظِفِ.

Yang artinya: Pada malam kedua puluh tujuh, di hari kiamat ia melewati jembatan Shirathal Mustaqim secepat sambaran kilat.

Jembatan Shirathal Mustaqim sendiri adalah jalur yang harus dilalui setiap manusia di akhirat untuk mencapai surga. Dalam berbagai literatur Islam, Shirath digambarkan sebagai jembatan yang lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang. Hanya mereka yang mendapatkan rahmat Allah yang bisa melaluinya dengan cepat, sedangkan yang lain akan terjatuh ke dalam jurang neraka.

Malam ke-27 Ramadan juga sering dikaitkan dengan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Meski tidak ada kepastian bahwa Lailatul Qadar jatuh pada tanggal ini setiap tahunnya, banyak ulama menganjurkan umat Islam untuk meningkatkan ibadah, termasuk salat Tarawih dan amalan lainnya.

Bagi umat Islam, menjalankan salat Tarawih di malam-malam terakhir Ramadan, termasuk malam ke-27, menjadi kesempatan emas untuk mendapatkan pahala besar. Selain memperkuat spiritualitas, salat Tarawih juga diyakini menjadi sarana penghapus dosa dan pemberi syafaat di akhirat kelak.

Dengan demikian, keutamaan salat Tarawih pada malam ke-27 Ramadan menjadi motivasi bagi umat Islam untuk semakin meningkatkan ibadahnya, memohon ampunan, dan meraih keberkahan di bulan suci ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.