Pemerintahan Derap Nusantara

Presiden Prabowo Tunaikan Zakat Melalui Baznas, Dorong Budaya Kedermawanan Nasional

Minggu, 30 Maret 2025 - 14:18 | 19.66k
Presiden RI Prabowo Subianto memberikan keterangan kepada media usai menerima kunjungan Presiden New Development Bank (NDB) Dilma Vana Rousseff di Istana Merdeka.
Presiden RI Prabowo Subianto memberikan keterangan kepada media usai menerima kunjungan Presiden New Development Bank (NDB) Dilma Vana Rousseff di Istana Merdeka.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menutup bulan Ramadan 1447 H, Presiden Prabowo Subianto bersama jajaran Kabinet Merah Putih menunaikan zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di Istana Negara, Kamis (27/3/2025). Langkah ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam membangun budaya kedermawanan nasional, sekaligus menegaskan bahwa zakat bukan sekadar ibadah personal, melainkan instrumen sosial untuk menciptakan keadilan dan solidaritas antarwarga.

Dalam acara yang turut dihadiri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Prabowo didampingi oleh Ketua Baznas RI Noor Achmad. Dalam sambutannya, Presiden menegaskan bahwa zakat adalah wujud nyata semangat gotong royong dan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Advertisement

"Marilah kita berdoa dan mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan. Salah satunya adalah dengan berzakat, berinfak, dan bersedekah," ujar Prabowo.

Potensi Zakat untuk Menghapus Kemiskinan

Presiden Prabowo menyoroti besarnya potensi zakat nasional yang mencapai Rp327 triliun. Namun, hingga kini, realisasi pengumpulan baru sekitar Rp41 triliun. Ia menegaskan bahwa jika dikelola dengan baik, zakat bisa menjadi solusi untuk menghapus kemiskinan ekstrem hanya dengan alokasi dana sebesar Rp30 triliun.

"Zakat adalah cerminan semangat gotong royong, cara umat berbagi, menolong yang membutuhkan, dan mewujudkan keadilan sosial," tambahnya.

Ketua Baznas RI Noor Achmad mengapresiasi peningkatan kesadaran masyarakat dalam berzakat. Jumlah muzaki (pemberi zakat) meningkat dari 10 juta orang pada 2021 menjadi lebih dari 28 juta pada 2024. Tahun ini, Baznas menargetkan penghimpunan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) sebesar Rp41 triliun.

"Masyarakat Indonesia luar biasa. Mereka tidak hanya menyimpan harta, tapi juga membaginya untuk membantu sesama," ujar Noor.

Keteladanan Pemimpin dan Dampaknya

Tindakan Presiden dan Wakil Presiden ini mendapat tanggapan positif dari Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS). Menurut peneliti Muhammad Anwar, langkah tersebut memiliki dampak moral yang besar, karena keteladanan dari pemimpin negara dapat menjadi syiar positif yang mendorong kepercayaan masyarakat terhadap lembaga filantropi.

"Zakat juga memiliki dimensi ekonomi yang signifikan. Dalam situasi ekonomi yang sulit, zakat bisa menjadi bantalan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama menjelang Idul Fitri," kata Anwar.

Hal ini sejalan dengan hasil survei IDEAS terhadap 1.233 responden di 30 provinsi mengenai Potret Kedermawanan Masyarakat Muslim Indonesia. Survei menunjukkan bahwa mayoritas donatur (39,01 persen) adalah Donatur Religius, sementara 23,53 persen merupakan Donatur Skeptis yang kritis terhadap penyaluran dananya.

Tantangan Kepercayaan dan Pengelolaan Zakat

Meskipun potensi zakat di Indonesia sangat besar, tantangan utama masih pada kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan zakat melalui lembaga resmi. Saat ini, hanya sekitar 30 persen masyarakat yang menyalurkan zakatnya melalui Baznas atau Lembaga Amil Zakat (LAZ), sementara sisanya lebih memilih memberi secara langsung kepada penerima atau melalui jalur informal seperti masjid dan komunitas.

"Kita butuh migrasi dari informal giving ke formal giving, agar pengelolaan zakat lebih terarah dan dampaknya lebih besar," jelas Anwar.

Langkah Presiden Prabowo dan jajaran kabinet dalam menyalurkan zakat melalui Baznas diharapkan dapat menjadi teladan bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan kepercayaan terhadap pengelolaan zakat secara profesional dan transparan.

Namun, menurut Anwar, tindakan simbolis saja belum cukup. Diperlukan kebijakan strategis untuk memastikan sistem pengelolaan zakat yang akuntabel, transparan, dan terpercaya, agar dana yang terkumpul benar-benar dapat membantu mengatasi persoalan sosial di Tanah Air.

"Kepercayaan adalah kunci. Jika masyarakat percaya, potensi zakat akan tumbuh dan mampu menjawab berbagai tantangan sosial yang ada," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES