Peristiwa Nasional

Prabowo Wacanakan Pemindahan 1.000 Warga Gaza ke Indonesia, Begini Respons PBNU

Jumat, 11 April 2025 - 05:24 | 49.50k
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. (foto: dok TI)
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. (foto: dok TI)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf merespons pernyataan Presiden Prabowo Subianto terkait wacana pemindahan 1.000 warga Gaza ke Indonesia. Menurut Gus Yahya, pernyataan Presiden merupakan bentuk initial statement of goodwill atau itikad baik awal.

Sikap itu mencerminkan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam membantu rakyat Palestina.

Advertisement

“Pernyataan itu saya pahami sebagai komitmen awal yang menunjukkan kesiapan Indonesia untuk melakukan apa pun yang mungkin demi menolong Palestina,” ungkap Gus Yahya dalam keterangannya yang diterima TIMES Indonesia, Jumat (11/4/2025).

Apakah wacana itu bisa terwujud?
Menurut Gus Yahya, upaya tersebut akan dilanjutkan dengan proses-proses diplomatik dan negosiasi yang panjang dan kompleks.

Ada berbagai pertanyaan krusial yang perlu dijawab, termasuk siapa yang bertanggung jawab atas pemulihan Gaza setelah kehancuran, dan bagaimana bentuk tanggung jawab itu direalisasikan.

Gus Yahya juga menekankan bahwa Presiden Prabowo telah menyampaikan bahwa langkah Indonesia tetap berada dalam kerangka multilateral. “Syarat ‘persetujuan semua pihak’ yang disebutkan Presiden menunjukkan bahwa Indonesia tidak akan bertindak sepihak, melainkan tetap mengedepankan pendekatan multilateral dalam menyelesaikan persoalan internasional,” ujarnya.

Masih menurut Gus Yahya, kondisi rakyat Palestina, khususnya di Gaza, saat ini sangat memprihatinkan. Mereka membutuhkan bantuan segera atau immediate relief untuk menyelamatkan kehidupan yang tersisa.

“Setiap orang yang melihat penderitaan anak-anak Gaza pasti terdorong untuk bertindak. Tapi kita juga harus memastikan mereka tidak kehilangan tanah air,” katanya.

Ia juga menanggapi pernyataan kontroversial mantan Presiden AS, Donald Trump, yang bernada mendukung pembersihan etnis (ethnic cleansing). “Kita tidak boleh terpancing oleh retorika semacam itu. Bahkan jika maksud Trump serius, tindakan sepihak dalam isu seperti ini hanya akan memicu konflik global yang lebih luas. Dan tak seorang pun yang waras menginginkan terjadinya perang dunia,” ujarnya.

Gus Yahya menegaskan bahwa isu Palestina bukan sekadar konflik politik, melainkan persoalan kemanusiaan yang menjadi tanggung jawab seluruh umat manusia. Ia menyerukan agar semua pihak melihat persoalan ini dari sudut pandang kemanusiaan, dan mencari solusi terbaik dengan pertimbangan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Menanggapi wacana pemindahan sementara 1.000 warga Gaza ke Indonesia, KH Yahya menilai bahwa langkah tersebut masih harus melalui proses yang panjang. “Jalan ke arah itu masih berliku. Bisa jadi justru akan ditemukan cara lain yang lebih baik untuk membantu mereka,” jelasnya.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh mundur dari komitmen konstitusionalnya: ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

“Kemanusiaan tidak boleh kalah,” tegasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES