Peristiwa Internasional

Strategi Tarif Impor Trump Gagal Memaksa China untuk Negoisasi

Minggu, 13 April 2025 - 09:02 | 18.53k
Presiden AS Donald Trump.
Presiden AS Donald Trump.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Klaim Presiden Donald Trump bahwa kebijakan tarif balasannya akan mendorong negara-negara lain untuk segera bernegosiasi, tampaknya tidak berlaku bagi China. 

Di balik pernyataan percaya diri bahwa dunia sedang antre untuk membuat kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat, pemerintahan Trump justru terlihat semakin frustrasi menghadapi Beijing yang menolak untuk diajak berdialog.

Advertisement

Alih-alih merespons dengan itikad baik, Presiden Xi Jinping justru memilih diam. Tak merespons tekanan AS.

Upaya Washington secara aktif meminta Xi untuk menelepon Trump yang diharapkan bisa membuka jalan menuju negosiasi, juga justru tak kunjung terwujud.

Ketegangan antara kedua negara adidaya itu pun makin meningkat.

Sehari setelah Gedung Putih mengumumkan tarif baru sebesar 145 persen terhadap barang-barang dari China, Beijing membalas dengan menaikkan tarif terhadap produk asal Amerika dari 84 persen menjadi 125 persen. 

Bukannya membuka ruang kompromi, justru kebijakan saling balas itu mempertegas posisi keras kedua pihak.

Hingga saat ini, masih belum ada tanda-tanda dimulainya perundingan antara Washington dan Beijing. 

Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, mengonfirmasi bahwa negosiasi formal belum dimulai. Padahal dalam berbagai pernyataan publik, Trump berulang kali menyebut bahwa kebijakan tarifnya telah memicu pembicaraan dengan lebih dari 70 negara. 

Meski demikian, Gedung Putih enggan menyebutkan secara spesifik negara mana saja yang dimaksud.

Tiongkok, jelas, bukan bagian dari kelompok itu. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini bahkan dikecualikan dari jeda 90 hari yang diberikan AS kepada sebagian negara dalam penerapan tarif baru.

China tak Mau Tunduk

Menanggapi tekanan yang terus meningkat, Kementerian Keuangan China menyampaikan pernyataan tegas: mereka tidak akan tunduk pada apa yang mereka sebut sebagai perundungan terang-terangan dari Washington. 

Dalam pernyataan resminya, Beijing menyebut bahwa kebijakan tarif yang diterapkan Trump sudah kehilangan rasionalitas ekonomi dan bisa menjadi bahan tertawaan dalam sejarah perekonomian global.

“Dengan tarif setinggi ini, pasar untuk barang-barang AS di China sudah tidak ada lagi, Jika AS terus meningkatkan tekanan, Beijing akan memilih untuk mengabaikannya,” tulis pernyatan kementerian tersebut.

Dampaknya bukan sekadar retorika diplomatik. Banyak pelaku usaha di kedua negara kini mulai merasakan tekanan dari biaya perdagangan yang semakin membengkak. 

Produk-produk AS seperti kedelai, otomotif, dan perangkat elektronik mulai kehilangan daya saing di pasar Tiongkok, sementara perusahaan-perusahaan China juga menghadapi hambatan dalam menembus pasar Amerika.

Pertarungan dagang ini semakin menunjukkan bahwa strategi tekanan maksimal yang diusung Trump belum tentu ampuh menghadapi mitra dagang yang punya posisi tawar kuat seperti China. 

Upaya tekanan diplomasi dari Trump itu kini berubah menjadi ajang adu gengsi. 

Mungkin benar kata Xi Jinping, dalam perang dagang antara AS dan China kali ini, tidak ada pihak yang akan jadi pemenang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES