Peristiwa Internasional

PPI Turki: 5000 Lebih Pelajar Indonesia Siap Menjadi Duta Budaya Tanpa Gelar

Selasa, 15 April 2025 - 23:06 | 13.61k
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menikmati menu makn siang bersama anggota PPI Turki. (Foto: PPI Turki)
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menikmati menu makn siang bersama anggota PPI Turki. (Foto: PPI Turki)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ribuan pelajar Indonesia di Turki tak hanya mengejar gelar akademik, namun juga secara aktif menjadi penggerak diplomasi budaya. Hal ini menjadi sorotan dalam pertemuan antara Perhimpunan Pelajar Indonesia atau PPI Turki dan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.

Pertemun tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, dan Dirjen Promosi Kerja Sama dan Diplomasi Kebudayaan, Endah Tjahjani.

Advertisement

Kegiatan yang berlangsung di Ankara ini menjadi ajang dialog interaktif antara pelajar dan pejabat negara. Kedua pihak membahas banyak hal mulai dari pengalaman hidup di negeri Ottoman, hingga kontribusi nyata pelajar dalam mengenalkan budaya Indonesia di kancah global.  

PPI Turki melaporkan bahwa saat ini lebih dari 5.300 pelajar Indonesia tersebar di berbagai kota di Negeri Ottoman tersebut. Jumlah ini bukan hanya angka statistik, melainkan potensi besar dalam penguatan soft diplomacy Indonesia di luar negeri.

“Semangat kami sebagai pelajar Indonesia di Turki untuk memperkenalkan budaya sangat tinggi,” ujar salah satu mahasiswa peserta dialog.

Batik x Ebru: Diplomasi Lewat Kolaborasi Seni

Salah satu inisiatif yang menjadi sorotan adalah program budaya Batik x Ebru, sebuah kolaborasi antara seni membatik dari Indonesia dan seni lukis air khas Turki, Ebru. Program ini telah digelar sejak 2023 di kota Bursa, Konya, dan Eskisehir.

PPI-TUrki-a.jpg

Respons masyarakat lokal sangat antusias, bahkan program ini mendapat dukungan dari YTB (Yurtdışı Türkler ve Akraba Topluluklar Başkanlığı), lembaga resmi pemberi beasiswa Turki.

“Batik x Ebru bukan sekadar pertunjukan seni, tapi jembatan antarbudaya yang mempertemukan dua identitas besar,” ujar salah satu pengurus PPI.

Kultur Akademik yang Menginspirasi

Dalam dialog tersebut, pelajar Indonesia juga membagikan pengalaman mereka dalam sistem pendidikan Turki yang mendukung perkembangan pemuda.

Di antaranya adalah keberadaan perpustakaan 24 jam, camilan gratis untuk mahasiswa, dan Gençlik Merkezi yakni pusat kepemudaan yang menawarkan berbagai kursus gratis dan ruang belajar publik.

Mereka berharap beberapa konsep ini bisa diadaptasi di Indonesia untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih ramah dan progresif.

Dukungan dari Kementerian dan Harapan Masa Depan

Dalam kesempatan tersebut Fadli Zon menyampaikan apresiasinya atas berbagai inisiatif yang telah dilakukan oleh PPI Turki dalam menjaga semangat kebudayaan.

Dirinya juga memperkenalkan program Indonesiana, yang dapat digunakan komunitas-komunitas Indonesia di luar negeri untuk mengajukan dana kegiatan diplomasi budaya.

Sementara itu, Endah Tjahjani menegaskan bahwa kebudayaan tidak terbatas pada kesenian semata. “Kebudayaan juga mencakup sistem religi, bahasa, nilai-nilai hidup, dan cara pandang masyarakat. Semua ini bisa menjadi kekuatan dalam diplomasi,” ujarnya.

Duta Tanpa Gelar, Tapi Penuh Peran

Di sela-sela pertemun PPI Turki juga mengungkap bahwa seluruh pelajar di Negeri Ottoman tersebut siap menjadi duta budaya tanpa gelar. Mereka telah membuktikan bahwa menjadi duta budaya tidak harus menunggu penugasan resmi.

Dengan semangat kolektif, kreativitas, dan rasa cinta terhadap tanah air, para pelajar ini telah memainkan peran penting dalam menjaga dan memperkenalkan identitas Indonesia ke dunia internasional.

Di Turki, mereka memang berstatus sebagai mahasiswa. Namun di balik itu, mereka adalah duta budaya tanpa gelar, yang membawa Indonesia dalam setiap langkah, karya, dan interaksi lintas bangsa.

Identitas mereka tidak ditandai oleh pin di dada atau jabatan diplomatik, melainkan oleh inisiatif yang nyata. Saat ini para anggota PPI Turki telah terlibat dalam mendirikan kelas tari, mengenalkan kuliner nusantara, menggelar pameran budaya, hingga menciptakan ruang dialog antarbangsa.

Semua dilakukan dengan semangat kerelawanan dan kesadaran bahwa budaya Indonesia terlalu berharga untuk hanya dinikmati sendiri.

Mereka adalah wajah-wajah muda Indonesia di luar negeri yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga matang secara kultural. Di tangan para anggota PPI Turki tersebut, diplomasi budaya Indonesia menemukan bentuk yang paling tulus: hadir dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk dunia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES