Tips Buat Orang Tua dalam Menghadapi Anak yang Tertutup

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Keterbukaan bukan hanya penting antara suami dan istri, tetapi juga antara anak dan orang tua. Anak yang terbiasa terbuka akan memudahkan orang tua memahami perkembangan emosional, sosial, dan mentalnya.
Meski anak hanya nyaman berbagi dengan salah satu orang tua, hal tersebut tetap positif selama komunikasi tetap terbuka dan kedua orang tua mengetahui kondisinya.
Advertisement
Sebaliknya, jika anak bersikap tertutup, orang tua akan kesulitan memahami apa yang sedang dialami anak. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko anak mengalami masalah tanpa diketahui.
Kenapa Anak Bisa Tertutup?
Sikap tertutup anak bisa disebabkan banyak faktor, seperti rasa takut dihakimi, pengalaman buruk saat bercerita, atau merasa tidak dipahami. Karena itu, penting bagi orang tua membangun komunikasi yang sehat sesuai dengan karakter dan usia anak.
Berikut ini beberapa cara yang bisa diterapkan orang tua untuk menghadapi anak yang tertutup:
1. Jadi Pendengar yang Baik
Anak yang sedang bercerita membutuhkan perhatian penuh. Hindari langsung memberi solusi, apalagi menghakimi. Dengarkan dengan sabar dan tanggapi dengan kalimat yang menenangkan serta penuh empati. Ini akan membuat anak merasa dihargai dan lebih percaya untuk terbuka.
2. Kenali Minat dan Dunia Anak
Pahami hal-hal yang disukai anak, seperti hobi, tontonan favorit, atau aktivitas kesehariannya. Dengan begitu, anak merasa orang tuanya memahami dunia mereka dan akan lebih mudah membuka diri untuk bercerita.
3. Hindari Menambah Beban Anak
Terkadang, saat anak menyampaikan kesalahan atau keluh kesah, orang tua justru merespons dengan amarah atau menyalahkan. Misalnya, saat anak lupa membawa buku sekolah dan justru dimarahi. Hal ini membuat anak merasa bercerita hanya akan memperburuk situasi, bukan mendapat dukungan.
4. Jangan Menghakimi
Hindari komentar seperti “kamu salah” saat anak menceritakan kesulitan atau kesalahan. Sikap menghakimi bisa membuat anak trauma untuk berbagi. Cobalah untuk memberi ruang bagi anak agar bisa menyampaikan pandangannya tanpa merasa takut diadili.
5. Bangun Kebiasaan Ngobrol Sehari-hari
Mengajak anak berbicara tak harus menunggu momen besar. Obrolan ringan sehari-hari, bahkan tentang hal-hal kecil, dapat menciptakan kedekatan emosional. Anak akan merasa memiliki tempat yang aman untuk berbagi cerita dan perasaan.
Orang Tua Perlu Hadir, Meski Sesibuk Apapun
Di tengah kesibukan sebagai orang tua—terutama bagi mereka yang bekerja—memang tidak mudah menjaga komunikasi yang konsisten. Namun, hal terkecil yang bisa dilakukan adalah membuat anak merasa didengar, dipahami, dan tidak sendiri.
Dengan kehadiran emosional yang konsisten, anak akan lebih terbuka dan nyaman bercerita kapan pun mereka butuh dukungan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sholihin Nur |