Kenaikan Bukan Perpisahan, tapi Awal Perjalanan Menjadi Saksi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pagi itu, langit tampak tak biasa. Bukan karena warnanya yang lebih biru, atau awan yang lebih lembut. Langit berbeda karena hati para murid sedang dibungkus sunyi yang dalam.
Ya, mereka baru saja menyaksikan Sang Guru, Sang Penebus, Sang Mesias, terangkat perlahan ke surga. Ia meninggalkan jejak kasih yang tak akan pernah hilang dari bumi.
Advertisement
Namun, Kenaikan Yesus bukanlah sebuah adegan penutup. Ini bukan akhir sebuah kisah suci. Kenaikan itu adalah permulaan babak baru yang jauh lebih luas.
Babak ketika kasih Ilahi diamanatkan kepada manusia. Ketika Gereja mula-mula mulai belajar berjalan sendiri dengan kekuatan dari atas.
Yesus tidak naik ke surga untuk menjauh. Ia naik untuk meninggikan harapan. Mengokohkan iman. Dan, memulai perutusan yang akan berlangsung lintas abad dan lintas benua: membawa damai dan terang ke dunia yang rapuh.
Sukacita yang Tak Boleh Diperam
Melalui salib dan kebangkitan, Kristus telah mematahkan rantai dosa. Dia juga membuka jalan baru menuju kehidupan.
Maka, sukacita Paskah bukanlah perayaan pribadi. Bukan pula harta rohani untuk dikunci dalam peti-peti hati.
Sebaliknya, seperti ditegaskan dalam Lukas 24:47, itu adlaah pertobatan dan pengampunan dosa yang harus diberitakan kepada segala bangsa.
Inilah dinamika iman. Sukacita hanya menjadi sempurna ketika dibagikan.
Sukacita yang diperam hanya akan membusuk. Namun sukacita yang mengalir bisa menjadi air hidup yang memulihkan dunia. Maka, iman kita dipanggil untuk tidak diam. Tapi diarahkan bergerak, berbicara, dan mewujud dalam kasih yang nyata.
Sebelum meninggalkan dunia dalam tubuh-Nya yang mulia, Yesus mengukir amanat terakhir ke dalam hati para murid: “Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Luk. 24:48).
Di tengah keterkejutan dan ketidaksiapan murid murid yang menyaksikan, Ia menambahkan janji peneguhan: Roh Kudus akan datang, dan kuasa akan dicurahkan.
Dalam Kisah Para Rasul 1:8, pesan ini menjadi semakin mendalam: “Kamu akan menerima kuasa, dan kamu akan menjadi saksi-Ku… sampai ke ujung bumi.”
Ini adalah panggilan yang tak mengenal jeda dan batas, karena dunia terus menanti kabar baik. Dunia menunggu saksi yang hidup, bukan hanya pengkhotbah, tapi pejalan kasih.
Kristus yang Naik, Gereja yang Bergerak
Efesus 1:20–23 menghadirkan wajah Kristus yang dimuliakan—duduk di sisi kanan Allah, melampaui segala kekuasaan. Tapi di sana pula ditegaskan: Ia adalah Kepala Gereja. Artinya, kendali Gereja tidak terletak pada manusia, melainkan pada Kristus yang naik dan tetap menyertai dalam Roh-Nya.
Gereja tidak ditinggal. Gereja diberi misi. Dan Kenaikan menjadi tonggak awal dari gerakan spiritual yang merasuki sejarah umat manusia. Membawa Kristus ke tempat di mana Ia belum dikenal, menghidupkan Injil di tempat yang telah letih oleh ketidakadilan dan kekeringan kasih.
Ketika para murid berdiri terpaku, menatap langit yang perlahan menelan tubuh Yesus, datang suara dua malaikat: “Hai orang Galilea, mengapa kamu berdiri melihat ke langit?” (Kis. 1:11).
Kalimat pendek ini mengguncang kesadaran. Seolah mengatakan: "Cukup sudah menatap, kini saatnya melangkah."
Iman tidak mengajak kita menunggu di langit, tetapi berjalan di bumi. Kristus memang naik ke surga, tetapi Dia tinggal dalam hati setiap orang yang bersaksi. Maka tugas kita bukan bermimpi, tetapi bergerak—dari Yerusalem pribadi kita, menuju segala penjuru dunia.
Dari Yerusalem hingga Ujung Dunia
Menjadi saksi tidak harus dimulai dari jauh. Yerusalem kita adalah keluarga, komunitas, lingkungan kerja. Di sana, Kristus harus dilihat dan dirasakan. Saat kita memilih untuk jujur di tengah godaan, mengampuni di tengah luka, atau peduli di tengah acuh, kita sedang menghadirkan Kristus yang bangkit. Bukan dalam kata, tapi dalam laku.
Dari situ, cakupan kesaksian akan melebar. Tak perlu selalu dengan mimbar, cukup dengan hidup yang otentik, penuh kasih, dan tak gentar berkata benar.
Hari Kenaikan bukan seremoni, tapi pengingat. Apakah kita masih berdiri diam, hanya menatap langit? Ataukah kita sudah melangkah menjadi saksi?
Kristus telah naik. Roh Kudus telah turun. Kuasa sudah diberikan. Kini, Gereja bergerak. Dan kita, masing-masing, adalah bagian dari gerakan kasih itu. Dunia tidak butuh lebih banyak penonton. Dunia menanti saksi-saksi yang membawa cahaya Injil—dengan hidup, bukan hanya suara.
Kenaikan Yesus bukan akhir. Ia adalah awal dari pengutusan yang tak pernah padam. Hingga Ia datang kembali, kita dipanggil untuk menjadi terang. Dan dalam terang itu, dunia akan tahu: Tuhan masih bekerja—dalam diri kita, dan melalui kita. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |