Gas Mikroba Bisa Jadi Obat: Strategi Probiotik Non-Invasif Menjaga Keseimbangan Usus

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Banyak orang mungkin berpikir bahwa semua bakteri itu jahat. Apalagi yang ada di usus—tempat mereka hidup dalam jumlah miliaran. Tapi tahukah Anda? Justru dari perutlah kesehatan sistemik kita bermula.
Dalam dunia ilmiah, kondisi usus yang sehat dikenal sebagai gut eubiosis. Artinya, ada keseimbangan harmonis antara mikroba baik dan mikroba jahat. Idealnya, 85% adalah mikroba menguntungkan, dan sisanya—sekitar 15%—adalah mikroba oportunistik. Tapi jangan buru-buru menyingkirkan yang 15% ini. Karena dalam dosis kecil, mikroba “nakal” ini ternyata punya peran penting bagi tubuh.
Advertisement
Gas Beracun yang Berubah Jadi Sinyal Kehidupan
Mikroba patogenik menghasilkan gas-gas seperti amonia (NH₃), metana (CH₄), karbon monoksida (CO), hingga hidrogen sulfida (H₂S). Sekilas terdengar mengerikan. Tapi jangan salah, dalam jumlah sangat kecil, gas ini justru berfungsi sebagai sinyal antar sel tubuh atau yang disebut gasotransmitter.
Gasotransmitter seperti NO, CO, dan H₂S punya tugas penting: mengatur tekanan darah, memperkuat sistem imun, bahkan memperlancar komunikasi otak melalui saraf usus. Jadi, mikroba jahat pun dibutuhkan—asal jumlahnya tidak mendominasi.
Probiotik Multistrain: Pendekatan Cerdas, Aman dan Alami
Bagaimana cara menjaga agar “yang baik tetap dominan” namun “yang jahat tetap berguna”? Jawabannya adalah probiotik multistrain.
Berbeda dari probiotik tunggal, probiotik multistrain adalah kombinasi berbagai mikroba baik yang bekerja secara sinergis. Mereka tak hanya melindungi usus dari serangan bakteri jahat, tapi juga menghasilkan metabolit bermanfaat seperti short-chain fatty acids (SCFA) dan gasotransmitter itu sendiri. Ini ibarat punya pasukan elit yang bisa melindungi sekaligus memproduksi “obat alami” dari dalam tubuh.
Imun Lebih Cerdas, Peradangan Terkendali
Gasotransmitter dari usus ternyata punya efek yang sangat luas. Tak hanya menjaga sistem pencernaan, tapi juga menenangkan sistem imun, membantu tubuh mengenali mana musuh mana teman, dan menghindari respons peradangan berlebihan yang jadi akar berbagai penyakit kronis seperti diabetes, jantung, hingga gangguan autoimun.
Bahkan, riset mutakhir menunjukkan bahwa probiotik bisa membantu reprogram sistem imun secara epigenetik—yakni memperbaiki kerja gen tanpa mengubah DNA. Hasilnya? Sistem pertahanan tubuh jadi lebih cerdas dan adaptif.
Saatnya Mengubah Paradigma: Mikroba Bukan Musuh, Tapi Mitra
Di tengah gempuran gaya hidup modern yang serba cepat, kita lupa bahwa tubuh kita adalah ekosistem. Usus bukan hanya pencerna makanan, tapi pusat komunikasi, pertahanan, dan produksi sinyal-sinyal kehidupan.
Probiotik multistrain menawarkan pendekatan non-invasif yang tidak mengandalkan obat kimia, melainkan memulihkan keseimbangan alami tubuh. Ini adalah harapan baru di era pengobatan personal yang makin canggih namun tetap ramah terhadap fisiologi tubuh.
Penutup
Bukan semua yang berbau gas itu buruk. Dalam keseimbangan yang pas, gas dari mikroba usus bisa jadi penyembuh alami tubuh kita. Dan lewat strategi cerdas seperti probiotik multistrain, kita bisa menjaga eubiosis, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah penyakit dari akar masalahnya.
”Maka, mari rawat usus Anda. Karena di sanalah awal dari semua kesehatan dimulai”
***
*) Oleh: Ge Recta Geson, (Peneliti bidang mikrobiota usus dan pengembang terapi berbasis probiotik)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |