Anak Tantrum Gara-Gara Gadget? Waspada, Itu Sinyal Kecanduan!

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Psikolog klinis dan keluarga, Pritta Tyas, M.Psi, mengungkapkan bahwa tantrum pada anak yang disebabkan oleh gawai bisa menjadi pertanda awal adanya adiksi.
Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada itu menegaskan, jika anak sampai tantrum karena gawai, itu jelas menunjukkan ada indikasi kecanduan yang perlu segera ditangani.
Advertisement
“Anak yang menunjukkan kecemasan berlebihan saat tidak berinteraksi dengan gawainya merupakan salah satu indikator kecanduan,” kata Pritta dalam sebuah diskusi di Jakarta, kemarin.
Ia menyebutkan, gejala lain dari adiksi gawai meliputi kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya disukai dan kesulitan fokus pada hal lain selain bermain gawai.
“Kondisi ini sering kali muncul karena kurangnya aktivitas fisik dan bermain di luar ruangan, membuat anak hanya terpaku pada permainan di ponsel,” tandasnya.
Pritta menambahkan, kurangnya pendampingan orang tua atau terlalu dini memperkenalkan gawai pada anak juga berkontribusi pada masalah ini.
Apabila gejala-gejala tersebut mulai terlihat, Pritta menyarankan agar orang tua segera mengambil alih gawai dari anak.
“Ketika anak mengalami tantrum, langkah awal yang harus dilakukan orang tua adalah memastikan keamanan anak dan menemani mereka,” tegasnya.
Setelah itu, biarkan anak meluapkan emosinya, termasuk menangis, hingga mereka tenang. Setelah anak lebih tenang, orang tua bisa memberikan dukungan fisik.
"Penting untuk memvalidasi emosi mereka, misalnya dengan mengatakan, 'Mama/Papa tahu kamu marah, tapi waktu bermain sudah habis.' Tunggu sampai anak lebih tenang, baru tawarkan minum atau bantulah mereka mengeringkan air mata," jelas Pritta.
Pritta merekomendasikan agar anak mulai menonton konten digital dengan pendampingan pada usia minimal 3 tahun, dengan durasi maksimal 15 menit per sesi dan total 1 jam per hari. Anak diperbolehkan memainkan gawai sendiri saat berusia 4-5 tahun. Sementara untuk memiliki gawai pribadi, usia idealnya adalah 8-9 tahun, ketika mereka sudah bersekolah dan mungkin membutuhkan perangkat untuk keperluan tugas.
Untuk mencegah adiksi gawai, Pritta menyarankan agar orang tua aktif mencari alternatif kegiatan lain, seperti mengajak anak bermain di luar ruangan atau melakukan aktivitas yang tidak melibatkan layar. Penting juga untuk menjelaskan kepada anak mengenai fitur kontrol orang tua (parental control) yang diterapkan pada gawai.
"Harus ada kesepakatan jelas, seperti gawai tidak boleh dibawa ke kamar, hanya boleh digunakan di ruang keluarga atau di kamar orang tua, dan ada batas waktu penggunaan maksimal yang disepakati bersama," pungkas psikolog tersebut. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |