Tradisi Bermaafan saat Idul Fitri Jadi Penawar Perpecahan Umat

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Akademisi Muhammadiyah Edi Sugianto menyampaikan, bermaaf-maafan usai Bulan Ramadhan atau saat Idul Fitri sudah menjadi tradisi di tengah kaum muslimin, khususnya di Indonesia.
"Ucapan 'mohon maaf lahir batin' biasanya serangkai dengan kalimat 'Minal 'Aidin wa al-Faizin' dan juga 'Taqabbalallahu minna wa minkum'. Menurut saya, tradisi yang sangat bagus," katanya kepada TIMES Indonesia.
Advertisement
Mengapa demikian? Doktor dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu menjelaskan, sederhananya, karena Idul Fitri merupakan momentum kebersamaan yang sangat luar biasa.
"Bahkan kerabat yang tadinya berjauhan atau merantau sejenak kembali ke kampung halaman untuk bersilaturrahim," jelas penulis buku 'Mendidik Karakter Bangsa' itu.
Hanya saja, lanjut pria yang biasa disapa Esug itu, jika ditanya ada dalil secara spesifik atau tidak tentang hal itu, sejauh pengetahuannya, kata dia, itu tidak ada.
"Namun, secara umum bermaaf-maafan banyak sekali dijelaskan di dalam Al-Quran dan Hadits. Misalnya, QS. Ali Imran (3): 134. Wal afina anin-nas, bahwa di antara ciri-ciri orang bertakwa adalah gemar memaafkan kesalahan orang lain," katanya.
Selain itu, menurutnya, momentum Idul Fitri dengan bermaaf-maafan bisa menjadi modal besar bagi umat Islam, sebab 'penyakit' umat ini yang sangat sulit disembuhkan adalah perpecahan dengan berbagai aspeknya.
"Mari jadikan Idul Fitri sebagai momentum persatuan dan kebangkitan umat Islam Indonesia. Mohon Maaf Lahir dan Batin," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |