TIMESINDONESIA, MALANG – Di kalangan santri, nama KH Hamim Thohari Djazuli atau akrab dipanggil Gus Miek adalah sosok panutan. Meski cara dakwahnya bagi kebanyakan orang, dinilai janggal.
Dakwah Gus Miek sering masuk ranah yang jarang dilakukan kebanyakan ulama saat itu. Gus Miek mendekati preman. Bercengkrama dengan artis. Keluar masuk lokasi pelacuran, sampai masuk dunia dugem.
Advertisement
Gus Miek sadar, cara dakwahnya yang janggal itu, digunjing banyak kalangan.
Gus Farid bertanya ke Gus Miek
Pernah pada sebuah kesempatan, Gus Miek, memberi kesempatan kepada Gus Farid, putra sulung KH Achmad Shiddiq Jember, untuk bertanya soal apa saja kejanggalan yang ada dalam hatinya tentang cara dakwahnya itu.
Mendapat kesempatan itu, Gus Farid (KH Mohammad Farid Wajdi Jember) tak sungkan lagi untuk bertanya dua hal kepada Gus Miek.
Pertanyaan pertama. "Apa perasaan Gus Miek saat berbaur dengan perempuan cantik yang ada di sekelilingnya?"
Gus Miek kemudian menjawab: "Aku setiap bertemu dengan perempuan, dalam pandangan mataku meskipun perempuan itu secantik apa pun, yang terlihat hanyalah tulang dan darahnya saja. Tanpa ada syahwat sama sekali".
Lalu, pertanyaan kedua diajukan lagi oleh Gus Farid. "Lalu kenapa Gus Miek kok selalu pakai kaca mata hitam setiap menemui tamu yang datang kepadanya?".
Kemudian Gus Miek menjawab pertanyaan itu: "Apabila aku menemui tamu atau bertemu dengan seseorang di jalan, aku diberi pengetahuan tentang perjalanan hidupnya sampai dia mati kelak. Dan apabila aku bertemu (dan juga diberi pengetahuan) dengan seseorang yang bernasib buruk, aku menangis. Aku memakai kaca mata hitam ini, agar orang tidak ada yang melihat bahwa aku menangis".
Dua jawaban Gus Miek atas pertanyaan Gus Farid itu, punya dimensi dan hakikat spritual yang sangat sangat dalam.
Siapa Gus Miek
Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940. Beliau meninggal pada 5 Juni 1993 lalu. Beliau pendiri amalan dzikir Jama'ah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan Sema'an al-Qur'an Jantiko Mantab.
Gus Miek adalah putra KH Ahmad Djazuli Utsman, pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur.
Kalangan santri mengenal Gus Miek sebagai salah satu wali (kekasih Allah) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar Pesantren untuk berdakwah dan wali yang memiliki banyak karomah (kelebihan). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |